9. Pesan Celana Dalam di Matahari

3.4K 227 5
                                    

"Ini terakhir ya. Gue nggak mau tahu!"

Ini sudah pusat perbelanjaan ketiga yang mereka datangi. Fahmi harus tegas! Jika disini tidak ada, maka tidak akan ada celana dalam bergambar Spiderman juga Ironman yang akan mereka bawa pulang!

"Iyaa." Sungut Kiki.

Kiki masih mempimpin di depan. Dia terus keluar-masuk toko pakaian dalam. Beberapa kali wajah sedih terpancar di sana, jujur Fahmi tidak tega melihatnya. Namun apa boleh buat, keinginan gadis itu memang aneh. Mungkin jika yang dia inginkan adalah celana dalam anak-anak, mereka sudah mendapatkannya sejak tadi. Tapi ini tidak, Kiki ingin celana dalam gambar Spiderman dan Ironman ukuran dewasa, untuk Abangnya, Kenzo Alfarizi yang notabennya seorang mahasiswa.

Fahmi menarik tangan Kiki sebelum dia memasuki toko terakhir di sana.

"Ini yang terakhir." Fahmi kembali mengingatkan dengan tatapan tajam.

"Iya-iya! Fahmi lebay!" Kiki mendengus dan masuk ke toko itu.

Fahmi dibuat terkejut olehnya. Bagaimana bisa dia berteriak mengatai Fahmi lebay tepat di depan wajahnya? Sepertinya Keeyara Asyqilla gadis mungil dan cantik itu amnesia, dia lupa siapa yang lebay selama ini.

"Bang. Ada celana dalam gambar Spiderman sama Ironman?" Tanya Kiki kepada penjaga toko.

"Ada. Ini."

"Bukan buat anak-anak, Bang!"

"Lah?" Penjaga toko itu bingung.

"Buat dia?" Tunjuknya kepada Fahmi.

"E.. eh.. bukanlah. Anjir ngapa jadi gue." Dengus Fahmi.

"Bukan, bukan. Kalau dia mah sukanya Rapunzel." Jawab Kiki sekenanya.

"Aw!" Kiki meringis ketika Fahmi memukulnya dengan box berisi celana dalam.

"Buat anak kuliahan Bang. Kira-kira..." Kiki tampak serius memandangi penjaga toko itu.

Penjaga toko itu dibuat salah tingkah olehnya. Bagaimana tidak, Kiki memandang tepat di tempat biasa lelaki mengenakan celana dalam. Kiki mengelus dagunya dengan jari telunjuknya.

"Kira-kira se-Abang lah."

"Ha? Ap-ap-apanya?"

"Ukurannya Bang. Jangan mikir jorok deh. Fahmi, nih abangnya mikir jorok, masa." Kiki menatap Fahmi, tapi Fahmi justru buang muka seakan mengatakan.. Gue nggak kenal.

Tapi Kiki tidak peduli. Dia masih ingin fokus dengan celana dalam untuk Ken.

"Jadi ada enggak Bang?"

"Nggak ada kayaknya."

"Ih, kok kayaknya sih. Yang serius dong Bang!"

"Mau banget diseriusin?"

"Fahmi! Abangnya genitin Kiki, masa."

Penjaga toko itu terbahak.

"Udah, Bang. Cepetan kasih. Gue pusing lama-lama bareng dia." Fahmi menatap Kiki sekilas.

Fahmi bahkan lupa, jika mereka telah bersama sejak TK.

"Fahmi mah gitu." Sungut Kiki.

"Beneran nggak ada kalo buat ukuran dewasa mah. Ada juga yang polos-polos kaya gini." Penjaga toko itu menunjukan beberapa kotak celana dalam yang tidak bermotif.

"Pesen bisa nggak, Bang?"

Fahmi juga penjaga toko dibuat terkejut oleh pertanyaan Kiki. Fahmi benar-benar tidak habis pikir jika gadis mungilnya itu akan berpikir sejauh itu. Memesan celana dalam khusus untuk Ken, dengan motif Spiderman dan Ironman. Rasanya Fahmi ingin terjun dari atas jurang saja kalau sudah begini.

"Hmm. Mesen ya?" Penjaga toko itu tampak berpikir.

"Bisa sih. Kayaknya.."

"Oke. Kiki anggap bisa! Kiki pesen ya bang. Yang motifnya Spiderman satu pak, yang Ironman juga satu pak. Ukuran dewasa. Emm seberapa ya," Kiki sibuk membuka beberapa celana dalam. Bahkan dia mengangkatnya tinggi-tinggi, tanpa risih dengan tatapan aneh dari orang-orang yang lalu lalang.

Fahmi sendiri sudah ingin lari dari tempat itu. Dia benar-benar malu!

"Nah segini. Iya. Segini." Kiki yakin ukuran celana dalam Abangnya segitu. Kiki hafal dengan apapun tentang Abangnya, Ken.

Penjaga toko itu meraih celana dalam yang di tangan Kiki.

"Segini, ya? Oke."

"Kapan bisa diambil, Bang?" Mata Kiki berbinar. Perjuangannya, rasa lelahnya benar-benar terbayar.

"Nanti gue kabarin."

"Kalau gitu catet nomor Kiki, jangan lupa kabarin ya."

Baru saja penjaga toko itu mengeluarkan ponsel dari sakunya, tapi sudah direbut oleh Fahmi.

"Hubungin gue aja." Kata Fahmi sembari mengembalikan ponsel itu.

"Kok Fahmi, sih?" Tanya Kiki heran.

"Ujung-ujungnya juga lo minta dianterin." Jawab Fahmi dingin.

Padahal bukan itu tujuan Fahmi. Fahmi hanya tidak ingin ada orang lain yang menyimpan nomor Kiki. Itu saja.

Kiki hanya meringis mendengarnya. Benar juga, ujung-ujungnya Kiki minta diantarkan oleh Fahmi.

"Oke. Nanti gue kasih tahu kalau udah siap."

"Hm." Fahmi menarik Kiki meninggalkan toko itu.

"Makasih ya, Bang." Teriak Kiki.

Fahmi melepaskan tarikannya saat mereka sudah lumayan jauh.

"Kiki laper." Keluhnya.

"Makan aja di rumah."

"Fahmi pelit, nggak pernah mau beliin Kiki makanan!"

"Baru kemarin gue nggak beliin lo makan, Keeyara. Selama ini lo pikir emang siapa yang ngasih lo makan."

"Emang Fahmi?"

"Om Keenan, lah."

"Yeeee!" Kiki menyikut perut Fahmi.

"Tapi Kiki beneran laper." Kiki memegang perutnya yang terasa perih.

"Udah malem. Nanti dimarahin Tante Amira."

"Beli burger aja deh, terus dimakan di jalan." Kiki membujuk Fahmi.

"Nggak!"

"Fahmiiii..." rengek Kiki.

"Iya-iya." Fahmi menjepit leher Kiki dengan lengan kekarnya, kemudian menjitak pelan kepala Kiki berkali-kali.

"Fahmi, ih! Keteknya bau tahu!"

"Oh, jadi bau?"

"Iya, bau?" Fahmi justru mengusap-usap ketiaknya dan membekap hidung juga mulut Kiki dengan telapak tangannya.

"Fahmiii! Jorok!" Kiki berkali-kali mengusap wajahnya.

Fahmi terkekeh. Dia selalu senang menjahili Kiki. Baginya, hanya Ken dan dirinya yang berhak menggoda Kiki.

"Fahmi tahu nggak?" Tanya Kiki saat mereka berjalan menuju parkiran.

"Hm?"

"Sehebat-hebatnya orang Amerika yang berhasil mendarat di Bulan, masih hebat Kiki yang bisa mesen celana dalam di Matahari."

Fahmi terbahak mendengar penuturan konyol gadis mungilnya itu. Teori dari mana coba? Kiki memang benar-benar sakit.

"Siapa yang ngajarin?" Tanya Fahmi.

"Nggak tahu. Tiba-tiba kepikiran aja." Jawab Kiki sekenanya.

Lagi-lagi Fahmi terkekeh,
"Terserah Ki, terserah." Fahmi masih terkekeh dan mengacak puncak kepala Kiki, gemas.

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang