25. Bertemu

2.7K 161 1
                                    

Spesial part buat fariz_19, Fans fanatik Kiki yang ngga sabaran 😐

_______

"FAHMI!"

Fahmi yang sedang berjalan dengan Kiki pun menoleh.

Fahmi hanya menatap Seno yang terengah di depannya.

"Dipanggil Pak Handoko." Kata Seno.

"Oke. Duluan aja."

Seno pun berlalu. Dia kembali ke ruang guru untuk bergabung dengan yang lain. Sepertinya ada sesuatu yang penting sampai Pak Handoko mengumpulkan Fahmi dan teman-temannya.

"Lo ditemenin Abas sama Thole aja, ya?"

"Nggak usah. Kiki sendiri aja."

"Jangan dong!"

"Ck! Fahmi! Udah nggak apa-apa, Kiki ke kantin sendiri."

"Bentar. Gue chat Abas dulu." Fahmi mengeluarkan ponsel dari saku kemeja seragamnya.

Kiki menurunkan tangan Fahmi yang telah mencapai sakunya.

"Nggak usah, Fahmi. Nggak bakal ada yang jahatin Kiki. Nanti Kiki langsung laporan deh ke Fahmi." Kiki tersenyum tulus.

Fahmi menghela nafas kasar.

"Oke. Lo ke kantin, gue lihatin dari sini."

"Ih nggak usah! Udah sana! Nanti dimarahin Pak Handoko lho. Masa kapten telat." Cibir Kiki.

"Emang paling bisa." Fahmi mengacak rambut Kiki.

"Udah sanaaa!" Kiki mendorong tubuh Fahmi.

Fahmi terkekeh dan meninggalkan Kiki sendirian.

Kiki meneruskan perjalanannya untuk ke kantin. Beberapa kali Kiki membalas sapaan siswa yang menyapanya. Kiki memang begitu, dia selalu ramah kepada siapa saja.

Kiki melihat Ira duduk sendirian disalah satu bangku. Tanpa basa-basi, Kiki langsung duduk di samping Ira.

"Loh? Kok sendiri? Fahmi mana?"

"Fahmi ada rapat buat turnamen."

"Oh. Udah sana pesen makan."

Kiki mengangguk dan memesan cilok kuah kesukaannya, juga segelas lemon tea.

"Kiki?" Panggil seseorang ketika Kiki hendak menyendok ciloknya.

Kiki menoleh.

"Kak Nandes?"

Nandes sedang berdiri di samping meja Kiki dengan sepiring batagor dan segelas es jeruk dimasing-masing tangannya.

"Wah, jarang ya kita ketemu di kantin gini." Modusnya.

Kiki hanya tersenyum tulus.

"Duduk sini, boleh?" Tanya Nandes.

"Duduk aja, Kak." Kiki menggeser duduknya.

"Oh iya, Kak. Ini Ira. Sahabat Kiki."

"Nandes." Nandes memperkenalkan diri.

"Kak Nandes yang dulu kapten basket itu kan?" Mata Ira berbinar.

Nandes hanya terkekeh dan mengangguk.

"Waah! Aku ngfans sama Kakak lho dari dulu."

"Ck! Kampungan!" Cibir Kiki.

Kiki, Ira, dan Nandes duduk bertiga di meja yang sama. Sesekali mereka tertawa renyah disela-sela obrolan, seperti sudah berkali-kali bertemu dan berteman akrab.

Perhatian seluruh penghuni kantin seketika teralihkan. Yang awalnya sibuk dengan makanan mereka masing-masing, kini sibuk memperhatikan tiga lelaki tampan yang memasuki kantin.

Fahmi, Wahyu, dan Satya berjalan dengan tenang. Mereka baru saja kembali dari ruang guru. Turnamen futsal yang semakin dekat menyita hampir seluruh waktu mereka. Mereka harus lebih giat latihan, juga rapat dengan Pak Handoko selaku pelatih untuk mengatur strategi-strategi baru.

Mata Fahmi terkunci dengan punggung seseorang yang sangat dia kenali. Punggung kecil dengan rambut sepunggung yang terurai bebas. Sebenarnya bukan punggung itu yang mengganggu pandangannya, tapi punggung yang lain. Punggung kekar yang berada tepat di samping punggung kecil itu.

Fahmi semakin mempercepat langkahnya. Dia ingin tahu siapa pemilik punggung kekar itu? Siapa dia berani duduk di samping gadis mungil Fahmi?

"Ki?" Panggik Fahmi dengan suara beratnya.

Kiki dan Nandes berbalik untuk melihat siapa pemilik suara itu. Senyum Kiki seketika merekah, sedangkan Nandes dibuat bertanya-tanya dengan kehadiran Fahmi. Ira sendiri masih melanjutkan makannya.

"Fahmi? Udah rapatnya?"

"Hm." Fahmi berdeham dan menatap Nandes sekilas. Tatapan mereka bertemu, tapi Fahmi mengakhirinya terlebih dulu.

Fahmi menatap Kiki.

"Kalau udah makannya, ke kelas." Fahmi pergi meninggalkan mereka setelah mengucapkan kalimat itu.

Wahyu dan Satya terbingung-bingung melihatnya.

"Sat! Gue belum jadi makan!"

"Lo nggak lihat Big Boss udah balik?"

"Udah ayo balik." Tambah Satya sebelum dia pergi dari sana.

Wahyu menatap Ira sekilas sebelum akhirnya dia juga meninggalkan kantin.

"Fahmi emang nggak lapar ya? Kok dia nggak makan?" Kiki bertanya pada entah siapa.

"Ki balik, yuk!" Ajak Ira.

"Tapi cilok Kiki belum habis." Kiki menatap cilok kuah dihadapannya dengan sedih.

"Ck! Gue kebelet nih! Yuk!" Ira menarik Kiki.

"Kak Nandes, Kiki ke kelas dulu ya!" Kiki melambaikan tangannya.

Nandes hanya terkekeh membalasnya. Nandes tidak terlalu mengambil pusing kejadian ini. Dia beranjak untuk kembali ke kelasnya.

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang