19. Anak Basket

3.2K 177 0
                                    

Fahmi menghentikan motornya di depan supermarket dekat sekolah mereka.

"Beliin gue minum." Pinta Fahmi kepada Kiki.

"Mana duitnya?" Kiki mengulurkan tangannya.

"Ck." Fahmi memberikan selembar uang berwarna hijau.

Fahmi sengaja menyuruh Kiki untuk membelikannya minum. Mustahil jika menunggu kesadaran Kiki, bisa-bisa Fahmi dehidrasi seperti waktu di SMA Gemilang kemarin.

"Nih kembaliannya."

"Kok cuma dua ribu lima ratus?" Tanya Fahmi.

"Sisanya Kiki pakai beli ciki sama susu kotak." Kiki menunjukan kantong plastik putih yang berada di tangannya.

"Nggak apa-apa 'kan?" Tanya Kiki polos.

"Hm. Naik!"

Jarak tempuh sekolah mereka dengan supermarket itu hanya 10menit dengan kecepatan normal. Saat ini Kiki dan Fahmi sudah tiba di sekolah. Fahmi memang selalu latihan futsal di sekolahnya, selain gratis, di sana juga ada guru olahraga yang siap memberi mereka pengarahan meskipun mereka latihan di luar jam ekstrakulikuler.

"Di sini aja. Jangan ke mana-mana." Fahmi meminta Kiki untuk menunggu di pinggir lapangan futsal.

Lapangan futsal di kelilingi oleh jaring, tepat di samping lapangan futsal ada lapangan basket, dan di sebelah lapangan basket ada lapangan voli. Hal itu berlaku untuk lapangan indoor dan outdoor.

Kiki duduk di luar lapangan futsal, dia terlihat sibuk dengan ciki yang ada di tangannya. Kiki memang sangat menyukai ciki, dia juga tidak pernah membeli minuman selain susu kotak dan air mineral. Kiki rentan terserang batuk atau penyakit radang.

Ting..

Tiba-tiba ponsel Kiki berdering. Sebuah notifikasi masuk ke ponselnya.

Ira: Ki, gue ke rumah lo ya?

Keeyara: Kiki lg di sekolah nih. Sini aja.

Ira: Ngapain lo sore-sore di sekolah, bego!

Keeyara: Ck! Nggak sopan Ira tuh! Kiki lg nonton Fahmi latihan futsal.

Ira: OTW!

Percakapan mereka berhenti sampai di sini. Kiki mengedarkan pandangannya, menyapu seluruh lapangan. Dia menangkap sosok yang tidak asing di sana, di lapangan basket.

"Kak Nandes.." gumam Kiki pelan.

"Jadi, dia benar anak basket?"

"Ah biarin aja."

Kiki berbicara sendiri.

Kiki kembali fokus melihat Fahmi. Fahmi terlihat sangat tampan. Sesekali dia tertawa dengan Seno, juga teman satu timnya yang lain. Suara tawa Fahmi memang khas, membuat Kiki bisa langsung tahu jika itu tawa Fahmi. Kadar ketampanan Fahmi bertambah ketika dia tertawa, matanya akan menyipit dan rahang tegasnya, ah.. Fahmi.

Fahmi menoleh kepada Kiki. Manik mata mereka bertemu, bahkan Fahmi mengunci pandangan mereka beberapa detik. Kiki tidak bisa untuk tidak menatapnya. Tatapan Fahmi sangat tajam. Fahmi memang memiliki tatapan elang yang membuat objeknya sulit untuk berpaling. Fahmi tersenyum kepada Kiki setelah lebih dari 10detik mereka saling pandang. Kiki justru tertawa lebar membalas senyuman itu. Kiki menggoyangkan botol mineral yang ada di tangannya. Dia menenggak air yang berada di botol itu. Fahmi menatapnya semakin tajam. Bagaimana tidak, itu mineral milik Fahmi. Kalau sampai Kiki menghabiskannya, Fahmi akan dehidrasi lagi dan tentu saja sia-sia dia menyuruh Kiki untuk membelinya. Melihat ekspresi Fahmi, Kiki justru tertawa puas. Sangat puas.

Suara tawa Kiki mengalihkan fokus seseorang di sana. Seseorang yang tak kalah tampan, meski masih tampan Fahmi, dikit. Dia adalah Nandes, kakak kelas yang telah membantu Kiki tempo hari.

"Kiki?" Gumamnya pada dirinya sendiri.

Nandes berniat menghampiri Kiki, namun ia urungkan karena Ira menepuk pundak Kiki dari belakang. Nandespun mulai fokus dengan permainannya. Sebenarnya dia sudah kelas XII, tidak diwajibkan untuk ikut ekstrakulikuler, namun Nandes tetap mengikutinya karena baginya ekstra adalah hiburan untuk melepas penat setelah seharian belajar. Tentu saja kelas XII harus lebih banyak belajar untuk menghadapi UN. Dan entah mengapa, hari ini dia bertemu dengan Kiki. Ah.. tidak, bukan bertemu, tapi melihat.

"Kok lo nggak ajak-ajak gue, sih!" Gerutu Ira.

"Ira pengen ikut?"

"Iyalah!"

"Biasanya juga enggak." Kiki cuek.

"Ya kan gue pengen lihat si Wahyu."

Kiki melirik Ira dengan ekor matanya.

"Apa dah?" Tanya Ira.

"Kok Ira pengen lihat Wahyu?"

"E-eh, ya-ya kan, pengen aja." Jawab Ira cepat, tapi dengan gugup.

"Ira suka sama Wahyu ya?" Cengiran Kiki terlihat jelas.

"Ngaco! Nggaklah!" Ira mengelak.

"Itu buktinya ke sini buat lihat Wahyu."

"Lo juga ke sini buat lihat Fahmi 'kan?"

Kiki nampak berpikir.

"Iya, sih." Jawabnya dengan masih berpikir.

"Tapi lo nggak suka sama dia kan?"

Kiki menggeleng. Mana mungkin Kiki menyukai Fahmi, mereka kan bersahabat sejak kecil.

"Nah, jadi kalau gue ke sini lihat Wahyu, belum tentu juga gue suka sama dia." Ira membela diri.

"Iya ya." Wajah Kiki berpikir semakin keras.

"Ck! Udah nggak usah dipikirin!" Ira menjitak kepala Kiki.

Ira meraih sebungkus ciki yang ada di samping Kiki, lalu memakannya tanpa berdosa.

"Minuman siapa?"

"Fahmi."

Ira sebenarnya berniat untuk menenggaknya. Namun mengetahui itu milik Fahmi, ia mengurungkan niatnya. Ira mengedarkan pandangannya ke seluruh lapangan.

"Anak basket kalo ekstra emang bareng sama anak futsal, ya?" Tanya Ira.

"Anak basket emang hari Rabu. Kalau futsal Jum'at. Ini anak futsal latihan soalnya mau turnamen bentar lagi." Jawab Kiki panjang lebar.

Kiki memang tahu kapan jadwal Fahmi ekstrakulikuler.

"Oh."

"Ternyata anak basket ganteng-ganteng ya. Kece banget kalo lagi masukin bola ke ring." Ira menopang dagunya dengan kedua tangannya.

Kiki mengikuti arah pandang Ira. Dia memperhatikan anak-anak basket, terutama Nandes. Benar, mereka terlihat lebih keren ketika sedang memasukan bola ke dalam ring. Kemudian Kiki melihat Fahmi dan teman-temannya yang sedang futsal.

Tapi, anak futsal juga keren. Fahmi keren. Apa lagi waktu Fahmi menggiring bola dengan lincah untuk menghindari lawannya. Wajah fokus dan tatapan elangnya membuat Fahmi lebih tampan. Kharisma Fahmi ketika berada di tengah lapangan memang tidak bisa diragukan lagi. Bahkan kharisma itu selalu membuat gadis-gadis memekik histeris ketika melihatnya.

Jadi kesimpulannya, anak basket dan anak futsal sama-sama keren. Hanya saja mereka memiliki porsi masing-masing.

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang