Kiki menghempaskan tubuhnya di kasur berukuran single miliknya.
Kiki terus menangis, hidungnya yang terluka semakin terasa perih.
"Hidung Kiki, sakit." Kiki bergumam pelan.
Dia tidak berniat untuk memberitahu keluarganya. Toh dia sudah diobati oleh Mamanya Bangkit. Memberitahu keluarganya hanya akan menambah keadaan semakin runyam. Mereka pasti akan mewawancarai Kiki dengan puluhan pertanyaan. Terlebih ayahnya ada di rumah.
Kiki kembali membayangkan kejadian yang menimpanya. Bagaimana Kiki bisa seceroboh itu. Bagaimana bisa dia tidak tahu jika ada bola yang mengarah padanya. Kiki tidak menyalahkan Bangkit karena dia tahu Bangkit juga tidak sengaja melakukannya.
Ponsel Kiki berdering.
Nama Ira tertera di layar ponsel Kiki.
"Halo?" Suara Ira terdengar dari seberang.
"Iya?" Kiki menjawab pelan.
"Ki, lo udah baikan kan? Apa perlu gue ke sana?"
"Kiki udah baikan. Ira nggak perlu ke sini."
"Hidung lo, masih perih?"
"Dikit."
"Ya udah, lo istirahat. Semoga besok bisa masuk, ya."
Kiki hanya mendeham. Dia sedang tidak ingin banyak bicara. Kiki menutup matanya perlahan. Dia ingin tidur. Dia lelah. Hari ini terlalu berat untuk Kiki yang lemah.
Fahmi sendiri masih duduk di balkonnya. Dia masih terus menunggu Kiki. Fahmi merutuki dirinya yang pengecut. Ke mana Fahmi yang pemberani? Apakah Fahmi merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya selama ini sampai dia tidak berani muncul di depan Kiki?
"Lo lagi ngapain, Ki?" Tanya Fahmi dalam hati.
Fahmi terus menerawang, dia memikirkan apa yang membuat Kiki menangis, dan siapa lelaki yang mengantarkan Kiki pulang.
"Dek?"
Tok.. tok.. tok..
"Dek?!"
Baru setengah jam Kiki memejamkan matanya, namun Ken sudah mengganggunya.
Kiki mengerang pelan, dia terduduk dan mengusap wajahnya.
"Apa, Bang?" Kiki membuka pintu kamarnya.
"Lo tidur dan belum ganti baju?"
"Kiki capek. Abang mau apa?"
"Turun, ada yang mau ketemu sama lo."
"Siapa?"
"Turun aja dulu. Ganti baju dulu. Kusut seragam lo, besok kan masih dipakai."
Kiki menatap baju yang ia pakai. Benar, Kiki masih memakasih seragam sekolahnya. Kiki terlalu lelah sampai ia lupa berganti baju.
"Iya-iya." Kiki mendengus dan menutup pintu.
Ken kembali ke lantai dasar rumahnya.
Seperti biasa, Kiki memakai kaos terusan warna lavender dan hotpants warna putih. Kiki menuruni tangga rumahnya. Dia melihat seorang gadis duduk menghadap ke tangga. Rambutnya panjang, dan dikuncir kuda. Dia memakai hoodie warna pink dan celana jeans selutut.
Kiki baru pertama kali melihatnya, namun kenapa dia ingin bertemu Kiki?
"Adek udah bangun?" Amira juga ada di sana.
Kiki hanya mengangguk. Dia masih fokus pada gadis asing di depannya. Gadis itu cantik. Wajahnya berbentuk oval, rambutnya pirang. Lebih tinggi dari Kiki dan tubuhnya tergolong berisi, tapi tidak gemuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
K E E Y A R A [Completed]
Teen FictionInsyaaAllah lucu 😂 InsyaaAllah ndak nyesel kalo baca. DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA SAYA!!!!!!! Kalian boleh membaca, tapi tolong, jangan diplagiat. Author nulisnya juga nggak gampang, perlu berbulan-bulan buat selesaiin cerita ini. Jadi tolongg, s...