16. Pendatang

3K 175 0
                                    

"Fahmi, Kiki mau ke perpustakaan."

"Tapi-"

"Kiki sendiri aja. Fahmi kan nggak suka ke perpustakaan."

Kiki tahu betul jika Fahmi tidak pernah mau ke perpustakaan. Bahkan Fahmi lebih suka futsal di lapangan meski matahari cukup terik. Dia lebih suka bergulat dengan sinar matahari daripada buku-buku usang di ruangan yang tidak diperbolehkan untuk membawa makanan itu.

"Yakin?"

"Ck. Fahmi! Ini tuh di sekolah. Kiki aman."

"Oke. Gue tunggu di kantin." Fahmi meninggalkan Kiki.

Kiki berjalan menyusuri koridor. Perpustakaan mereka terletak di lantai tiga. Kiki menaiki anak tangga dengan sesekali tersenyum kepada siswa yang dia temui. Kiki sedang menyombongkan diri sekarang, dia tersenyum kepada siapa saja yang ditemuinya, dia sedang menunjukan kepada semua orang bahwa senyumannya sangat manis.

Perpustakaan tampak sedikit lebih ramai dari biasanya. Mungkin karena Kiki ke sana waktu istirahat. Kiki memperhatikan judul buku yang ada di rak besar itu. Kiki sedang mencari buku Kimia. Dia akan ada ulangan Kimia besok, sedangkan referensi buku yang Kiki miliki kurang. Mata Kiki meneliti dengan jeli. Satu persatu judul buku dia baca. Dari kanan ke kiri, dari rak paling bawah, sampai rak paling atas.

Mata jernih Kiki mengunci satu buku bersampul biru. Itu buku yang dia cari. Buku Kimia kelas XI. Buku itu terletak di rak yang paling tinggi. Dengan tubuh Kiki yang seperti ini, mustahil dia mengambil buku itu sendiri kecuali jika ia jatuhkan raknya. Tapi itu lebih tidak mungkin lagi.

Kiki celingukan mencari orang yang kira-kira bisa membantunya.

"Kak!" Panggil Kiki setengah berbisik.

"Ck. Nggak dengar lagi."

Kiki berjalan mendekati seorang lelaki bertubuh jangkung. Kira-kira tingginya sama dengan Fahmi. Lelaki yang duduk di kursi itu terlihat begitu serius dengan buku ditangannya.

"Kak?" Panggil Kiki saat sudah di sampingnya.

"Ya?"

"Boleh minta tolong?"

Lelaki itu mengangkat salah satu alisnya.

"Ambilin Kiki buku, disana." Kiki menunjuk tempat buku Kimia itu berada.

Lelaki itu terkekeh kecil, lalu berdiri.

"Yang mana?" Tanyanya saat di dekat rak.

"Buku Kimia kelas XI yang sampulnya biru itu."

"Ini?" Dia menunjuk buku yang Kiki maksud.

Kiki mengangguk antusias.

Dengan mudah buku itu sudah berada ditangan Kiki.

"Makasih ya, Kak..."

"Nandes." Lelaki jangkung yang baru saja memperkenalkan dirinya itu mengulurkan tangan kepada Kiki

Kiki menyambut uluran tangannya dengan senang hati.

"Keeyara. Panggil Kiki aja."

"Oh, oke .. Kiki." Nandes tersenyum kecil.

"Kelas XI apa?" Tanya Nandes saat dia sudah duduk di samping Kiki.

"IPA 1."

"Oh.."

"Kakak?"

"XII IPA 3."

Kiki hanya mengerucutkan bibirnya membentuk huruf O.

"Kakak suka ke perpustakaan?"

"Nggak juga sih. Cuma kalau lagi pengen aja. Kamu suka?"

Kiki menggeleng.

"Cuma kalau lagi butuh aja." Kiki tersenyum lebar.

Nandes terkekeh melihatnya.

"Murid di sekolah kita sebanyak ini ya?"

Kiki bingung dengan pertanyaan Nandes.

"Nggak, maksudnya kenapa aku sampai belum pernah lihat kamu, ya?" Nandes tertawa pelan.

"Kan murid di sini emang banyak Kak, lagi kelas Kakak di lantai atas." Jawab Kiki polos.

"Aah, iya. Apa pernah lihat kali ya, cuma nggak tahu aja."

Nandes sedikit tertarik dengan kepolosan Kiki.

"Kak, Kiki keluar dulu ya." Pamit Kiki.

Dia baru ingat jika Fahmi di kantin, mungkin Fahmi sedang menunggunya.

"Udah dapet yang dibutuhin?"

Kiki tertawa.

"Udah." Dia menggoyang-goyangkan bukunya.

"Oke."

K E E Y A R A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang