"Keeyara?"
Kiki yang merasa terpanggil pun menoleh. Seorang lelaki tampan dengan tubuh jangkung sedang menuruni tangga.
"Kak Nandes?"
Nandes tersenyum.
"Kok belum masuk?"
"Ini mau masuk kok, Kak."
"Kakak mau ke mana?" Tanya Kiki.
"Olahraga di lapangan outdoor."
Kiki hanya ber-oh ria.
"Nanti pulang sekolah sama gue ya." Tawar Nandes.
"Yah, Kiki nanti dijemput sama Ayah."
"Ayah lo pulang?"
Kiki mengangguk mantap.
"Ya udah. Nanti gue main ke rumah."
"E-eh, ngapain?"
"Gue ke lapangan dulu. Bye Kee!" Bukannya menjawab Nandes justru berlari menuruni tangga menuju lantai satu.
Kiki terheran-heran dibuatnya. Untuk apa Nandes main ke rumah? Bahkan dia belum pernah mampir ke rumah Kiki. Setiap mengantar Kiki, dia hanya mengantarnya sampai depan gerbang.
"Lo dari mana aja sih, Ki?!"
"Habis dari kelas Fahmi."
"Ngapain lo ke kelas tu curut satu!" Sarkas Ira.
"Ira! Nggak sopan kaya gitu tuh!"
Ira hanya memutar bola matanya malas.
"Ira, kok Fahmi aneh ya."
"Aneh?" Ira mengulangi.
"Iya, aneh."
"Aneh gimana?"
"Nggak tahu. Ya pokoknya aneh deh!"
"Ya anehnya gimana, Keeyara!!"
"Ira jangan teriak-teriak dong!"
"Ya lo bego!"
"Ira! Jangan ngatain orang bego gitu! Kata-kata adalah do'a tahu!"
"Lo mau dido'ain bego sama semua orang juga nggak pinter-pinter Ki!"
"Ya iyalah! Orang do'ainnya bego!" Kiki mendengus.
"Ya terserah gue dong!"
"Ishh! Ira, Kiki tuh mau cerita. Jangan ngajak berantem! Kata Bunda nggak boleh berantem-berantem gitu tuh!"
"Udah buru cerita nggak usah bawa-bawa Bunda lo."
Ira terlihat sudah jengah, dan Kiki semakin kesal dibuatnya.
"Fahmi tadi berangkat sama Naina deh kayanya."
Mata Ira memicing.
"Lo yakin?"
Kiki mengangguk.
"Tadi Kiki ke kelas Fahmi. Terus Fahmi belum berangkat. Kiki nunggu aja sama Wahyu. Eh si Fahmi masuk kelas barengan sama Naina."
"Tuh kan, gue bilang juga apa. Ada apa-apa pasti tuh Fahmi sama Naina!"
"Emang ada apa?"
"Ck. Emang dasar lo bego ya, Ki."
Kiki melirik Ira sinis.
"Apa? Gue nggak sopan? Iya?" Ira sudah menebak apa yang ingin Kiki katakan.
Kiki hanya mengerucutkan bibirnya.
"Emang Fahmi nggak pernah ngajak lo berangkat bareng lagi?"
Kiki menggeleng.
"Pulang bareng?"
Kiki kembali menggeleng.
"Main ke rumah lo?"
"Fahmi emang nggak pernah ke rumah Kiki. Kiki yang ke rumah Fahmi." Jawab Kiki.
"Ck! Agresif lo!"
"Kan Kiki main ke rumah sahabat Kiki." Kiki tidak terima dibilang agresif.
"Oke lupain. Terakhir Fahmi ke rumah lo, kapan?"
Kiki tampak berpikir.
"Waktu Kiki nangis gegara keinget Fahmi pernah ngatain Kiki kaya badut. Terus Fahmi malah bilang kalau Naina cantik."
"Fahmi bilang gitu?!" Ira terkejut.
Kiki mengangguk.
"Katanya kalau Kiki dandan itu mirip badut. Tapi kata Naina, Fahmi pernah bilang Naina cantik waktu dia dandan."
"Terus lo?"
"Ya Kiki bilang gitu ke Fahmi. Tapi Fahmi malah bilang kalau dia nggak pernah bilang Naina cantik. Fahmi bilang kalau dia nggak suka cewek dandan, terus katanya yang paling cantik itu cuma Mama Niken."
Ira tampak berpikir. Ia tidak tahu harus mempercayai siapa, Naina atau Fahmi. Jika dipikir-pikir, seorang Fahmi memang tidak mungkin memuji kecantikan wanita. Bagi wanita di luar sana, Fahmi adalah kutub es. Tidak mungkin kutub es bisa mendadak menghangat hanya dengan api dari korek api yang kecil. Tapi jika dilihat kedekatan Fahmi dan Naina akhir-akhir ini, ada kemungkinan bahwa Fahmi mengucapkannya. Terlebih akhir-akhir ini Fahmi lebih banyak bersama dengan Naina daripada Kiki.
"Lo lebih percaya sama Fahmi apa tu anak baru?"
"Emmm... Fahmi."
"Gue sih pengennya juga gitu. Tapi kalau dilihat dari gelagat mereka selama ini, bisa aja si Fahmi emang muji Naina."
"Kiki sih nggak apa-apa. Naina emang cantik kok."
Ira menjitak kepala Kiki dengan keras.
"Kurang-kurangin deh begonya! Udah lo diem aja. Nanti gue suruh Wahyu buat cari tahu hubungan mereka."
"Hubungan? Hubungan apa?"
"Nanti gue suruh Wahyu buat cari tahu, Fahmi sama Naina itu sebenernya pacaran apa enggak."
"Kalau mereka pacaran, gimana?"
"Ya kalau mereka pacaran, lo jangan terlalu deket sama Fahmi lah! Emang lo mau nanti dibilang ngrusak hubungan orang?"
Kiki menggeleng dengan cepat.
"Makanya, kalau ternyata mereka pacaran, lo bersikap sewajarnya. Nggak usah terlalu deket sama Fahmi. Jangan deket-deket sama pacar orang."
"Berarti Kiki juga nggak boleh dekat sama Wahyu?"
"Hah?" Ira sempat terkejut.
"Ya terserah lo. Wahyu juga nggak bakalan mau sama cewek bego kek lo." Ujar Ira saat dia sudah menguasai dirinya.
"Ishh! Ira tuh!"
Kiki hanya mendengus dan melipat tangannya di depan dada. Percuma juga memberitahu Ira jika berkata demikian adalah tidak sopan. Toh Ira akan terus mengulanginya. Ira akan terus mengatakan bahwa Kiki adalah gadis bodoh. Padahal kan Kiki selalu menjadi bintang kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
K E E Y A R A [Completed]
Teen FictionInsyaaAllah lucu 😂 InsyaaAllah ndak nyesel kalo baca. DILARANG KERAS PLAGIAT CERITA SAYA!!!!!!! Kalian boleh membaca, tapi tolong, jangan diplagiat. Author nulisnya juga nggak gampang, perlu berbulan-bulan buat selesaiin cerita ini. Jadi tolongg, s...