34. You Know That I Can' t

6.2K 905 64
                                    

Ahreum duduk terdiam di tepi kolam renang, kedua kakinya dia biarkan tenggelam di air hingga sebatas lutut. Tubuhnya memang di apartemen Jimin, tapi pikirannya di tempat lain. Dia tidak habis pikir dengan sikap Jungkook. Dengan mudahnua dia tunduk dan takhluk pada Jihan. Sementara Ahreum? Dia dilupakan!

“ Istirahatlah, sudah 2 jam lebih kau duduk di sini. Aku yakin, sebentar lagi hujan akan turun. ” Suara lembut itu menyapu gendang telinga Ahreum.

Ahreum masih bergeming, tidak berniat menjawab bahkan menoleh. Dia masih menatap dalam diam, air tenang di depannya.

“ Apa itu sakit? ” Ahreum mengernyit, menatap Jimin yang duduk di sampingnya.

“ Apa sesakit itu sampai kau tidak bisa tersenyum di depanku? ” Perkataan Jimin berhasil membuat Ahreum tersenyum getir.

Ahreum menggeleng pelan. Lalu menghembuskan nafas beratnya dan kembali menatap lurus ke depan.

“ Bisa kau bayangkan bagaimana lelahnya jadi aku? Aku harus bertahan di atas pecahan kaca, mencoba tersenyum meskipun sejujurnya aku menangis. Bisa kau bayangkan bagaimana sakitnya? Aku merelakan masa depanku untuk seorang duda sepertinya, tapi? Dia kembali pada rumah lamanya. Benar, aku ini jalang, wanita murahan. ” Setetes air mata berhasil lolos kembali melalui pelupuk itu. Rasa sakit itu kembali, Ahreum membiarkan suara tangisnya memenuhi tempat dia berpijak.

Perlahan, Jimin menarik tubuh lelah itu dalam pelukannya. Tangisan Ahreum makin menjadi, kehangatan yang dia terima harusnya bukan dari Jimin tapi Jungkook. Aroma vanila menguar masuk dalam paru-paru Ahreum. Jimin begitu hangat sampai hatinya terasa nyaman dalam rengkuhan itu. Tangisannya perlahan mereda meski mata itu masih terpejam. Membayangkan betapa bodohnya Jungkook. Saat dia membiarkan Ahreum pergi, diusir, dihina, tanpa ada pembelaan sedikitpun. Anggap saja Jungkook kejam.

Jimin masih setia mengelus punggung yang rapuh itu. Dengan suara pelan dan lembut, dia berbisik.

“ Buka matamu. ” Disertai tangan Jimin yang menuntun wajah Ahreum untuk tegak dan memaksanya menatap matanya yang meneduhkan.

“ Katakan, Jim. Apa yang harus kulakukan? ” Lirih Ahreum.

“ Kau terlalu terobsesi, kau menutup hatimu hingga orang lain tidak bisa masuk. Jadi sekarang cobalah membuka hatimu sedikit saja agar orang lain bisa masuk. ” Ahreum masih tertegun, merasakan jemari Jimin bermain di pipinya.

“ Mungkin dia tidak bisa membuatmu jatuh cinta padanya. Tapi kau bisa bersandar padanya untuk sesaat. Sampai kau bisa menentukan, kau mau tetap tinggal atau pergi. ” Ahreum makin tidak mengerti, bibirnya yang bergetar mencoba mengeluarkan sebuah kalimat.

“ Apa maksudmu, Jimin? ”

Jimin tersenyum tulus, mendekatkan wajahnya pada Ahreum lalu.....

“ Aku ingin menggantikan posisi Jungkook. ”

🐣 The Truth Untold 🐣


Jam menunjukkan pukul 10 malam, Ahreum masih setia duduk di atas ranjang Jimin. Ya, meskipun apartemen ini sangat mewah, tapi di sini hanya ada 1 kamar saja. Dan fasilitsnya memang lengkap, dari perpustakaan pribadi sampai tempat gym.

Jadi Ahreum tidur di kamar, dan Jimin ada di ruang tamu, di sofa lebih tepatnya. Perkataan Ahreum pagi tadi berhasil mengusiknya selama seharian ini. Menggantikan Jungkook? Sepertinya mustahil.

Ahreum menghela nafas, dia berjalan menuju ruang tamu. Matanya menangkap Jimin tengah tertidur di sofa. Ahreum tau, posisi itu pasti sangat melelahkan ditambah lagi udara di ruang tamu sangat dingin. Berbeda dengan kamarnya yang memang terpasang pemanas ruangan. Ahreum mendekatinya, duduk di lantai menatap wajah damai itu saat terpejam.

“ Kau benar Jim, aku terlalu terobsesi. Aku mempertahankan seseorang yang sama sekali tidak melihatku. Aku istrinya, tapi hanya status. Kau pria hebat, kau pria baik, terimakasih. ” Ahreum menyingkirkan helaian rambut yang menutupi sebagian dahi Jimin.

“ Kau ingin menggantikan Jungkook? ” Ahreum tersenyum tulus kemudian....

“ Aku akan membiarkanmu menggantikannya. ”

🐣 The Truth Untold 🐣

Hari ini Ahreum sengaja bangun pagi, entah kenapa dia ingin mengurus rumah. Padahal tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Ahreum selesai membersihkan apartemen, dan sekarang dia tengah menyiapkan sarapan. Memasak semua beberapa bahan yang ada di lemari es.

Eoh? Kenapa kau sudah bermain di dapur? Kau tidak boleh terlalu lelah. ” Jimin turun dari kamarnya dengan pakaian sudah rapi.

“ Aku sudah selesai. ” Ahreum meletakkan sup ayam di meja makan.

Jimin mendekat pada Ahreum, mata sipitnya menelisik setiap sudut meja makannya. Penuh, biasanya dia hanya akan sarapan dengan satu cup ramen instan. Tapi kali ini, dia merasa seperti memiliki seorang istri. Jimin tersenyum lalu menatap Ahreum yang juga tersenyum.

Pandangan mata Ahreum segera terfokus pada dasi Jimin yang sangat berantakan. Dia tersenyum sesaat lalu, mendekat pada pria itu. Meraih dasi berantakan itu secara tiba-tiba hingga Jimin terpaku.

Dengan telaten Ahreum membetulkan dasi Jimin. Secepat kilat, bayangan Jungkook kembali memenuhi kepala Ahreum. Bersamaan itu, rasa nyeri pada bagian luka operasinya terasa. Ahreum memekik sambil membungkuk, memegangi bagian lukanya. Jimin segera menangkap tubuh itu, menjaganya agar tidak jatuh.

“ Kau baik-baik saja? Sudah kubilang, jangan terlalu lelah. Lukamu belum sembuh. ” Omel Jimin lalu membantu Ahreum duduk di sebuah sofa.

Ahreum kembali membisu, pikirannya melayang kemana-mana. Jimin tau, roh Ahreum sedang berkelana ke tempat lain. Jimin bangkit, mengambil semangkuk sup lalu duduk di lantai, tepat di depan Ahreum.

Eomma... Eunwoo mau cup.. ” Kata Jimin menirukan gaya Eunwoo.

Dan berhasil, Ahreum tersenyum lalu menjitak kepala Jimin.

“ Menjijikkan. Eunwooku tidak sepertimu. ” Kata Ahreum lembur.

Eomma nappeun.. ” Katanya sambil mengerucutkan bibir.

Ahreum yang gemas segera menjepit bibir manyun Jimin dengan jemari lentiknya.

“ Menggelikan.. ” Ahreum terkekeh pelan.

Jimin meraih tangan itu, menggenggnya lembut lalu mengecupnya pelan. Dia menatap dalam mata Ahreum. Mencoba mencari sedikit celah dalam kekelaman itu.

“ Kau tau Ahreum, apa kebahagiaan terbesarku? ” Tanya Jimin dengan mata yang masih menyorot manik cantik Ahreum.

Ahreum mati kutu, tatapan mata itu mampu membuatnya terpaku. Ahreum tau, ini salah. Sedikit saja dia menatap mata Jimin semakik dalam. Ahreum akan semakin merasa bersalah.

“ Kebahagiaanku adalah senyummu, Ahreum. ”







To Be Continued~~

Aku boleh mewek ga sih? Aku terharu loh karena kukira book ini ga bakal sesukses ini. Kukira vote ga bakal sampai 1K, tapi sekarang? Votenya 1K lebih. Thanks guys^^

Sebagai rasa terimakasih. Aku pengen double update 😘

Love you all 💋💋

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang