BRAKK!!
“ Jeon Jungkook!! ” Taehyung menyeruak masuk dan segera berteriak seperti orang kesetanan.
Membuat semua pelayan berkumpul disusul Jungkook yang turun dengan malas dari lantai 2, masih dengan menggenggam surat dari Ahreum.
“ Mau apa kalian kesini? ” Tanya Jungkook datar.
“ Di mana Ahreum? ” Kata Jimin tanpa basa-basi.
Jungkook tersenyum miring lalu menyibak rambutnya ke belakang, dia mendekat pada Jimin, meremas surat dari Ahreum dan melemparnyatepat ke wajah Jimin.
“ Tidak perlu bersandiwara. Kau tau di mana Ahreum kan? Dia pasti sedang kau sembunyikan. Dia hanya meninggalkan kertas itu. Dia pergi! Kau puas?! Dan aku tau kau pasti membawanya!! Bukankah kau yang bilang, kau akan membawanya pergi?! Hebat sekali kau! Lalu sekarang kau mencari Ahreum padaku!! ” Kata Jungkook sambil menarik kerah jas kerja Jimin.
Taehyung terdiam sejenak, sebelum mencerna perkataan Jungkook. Jadi adiknya pergi? Dan tidak ada yang tau kemana Ahreum pergi? Hebat sekali! Amarah Taehyung membuncah, dia segera memukul wajah Jungkook keras hingga sang empunya jatuh terjengkang. Tidak sampai di situ, dia menarik kerah piyama Jungkook, menyudutkannya ke dinding dan memberinya pukulan bertubi-tubi.
“ Aku memberimu adikku!! Bukan untuk kau sia-siakan seperti ini!! Kalaupun dia pergi!! Itu karena kau dan Jihan, bukan Jimin!! Kau tau?! Dia sedang sakit!! Kenapa kau tidak mencoba memahami keadaannya!! Dia tidak pernah meminta banyak hal darimu bukan?! Dia hanya perlu kau saat ini!! HANYA KAU!! TAPI KAU MELEPASKANNYA!! ” Satu pukulan lagi mendarat di perut Jungkook.
Jimin segera melerai mereka berdua dibantu oleh seorang pelayan. Taehyung menatap Jungkook nyalang.
“ Kuberi kau waktu 1 minggu untuk menemukan adikku. Jika dalam 1 minggu ke depan kau tidak menemukannya. Tidak akan kubiarkan kau hidup tenang! ” Taehyung menyeka keringatnya, mengibaskan tangan Jimin dan pergi.
Jimin menatap Jungkook dan terseny miring.
“ Atau aku menemukannya lebih dulu. Dan, menjadikannya sebagai milikku. Jeon Jungkook. ” Katanya lalu pergi begitu saja.
Jungkook murka, dia menghempaskan tangan pelayannya, lalu memecahkan sebuah vas bunga. Sebenarnya, kemana Ahreum pergi? Tanpa memberitahu Jungkook, Jimin, bahkan Taehyung yang berstatus sebagai kakaknya.
✌ The Truth Untold ✌
Kurang lebih satu jam bis berwarna merah itu menyusuri jalan raya. Akhirnya, dia sampai di sebuah halte di daerah DaeJeon. Ahreum menghela nafas pelan sebelum turun dari bis, menyeret koper dan duduk di kursi halte. Di luar sangat panas, dia lelah ditambah lagi keadaannya yang memang tidak boleh kelelahan. Dia menoleh ke kana dan ke kiri, mencoba mencari taksi agar cepat sampai di apartemen barunya.
Ahreum mengambil ponsel di sakunya, tanpa menghidupkannya dia segera membongkar ponsel itu, mengambil kartu SIMnya lalu membuangnya ke tempat sampah.
“ Maaf Jimin, aku tidak ingin bergantung dan memberimu harapan. Maaf oppa, aku pergi tanpa memberitahumu. Tapi, aku akan memulai hidup baruku, tanpa siapapun. Karena agar saat aku pergi, kalian tidak akan merasa kehilangan. ” Ahreum tersenyum lembut meski hatinya menangis.
Ahreum berhasil memberhentikan sebuah taksi, dia segera masuk dan menyandarkan tubuh lelahnya. Dia memejamkan matanya pelan saat supirnya memasukkan barangnya ke bagasi.
“ Anda ingin diantar ke mana, Nona? ”
“ DaeJeon apartemen. ” Jawab Ahreum singkat.
Saat taksi mulai berjalan, Ahreum kembali membuka matanya. Dia melihat keluar jendela, memperhatikan setiap bangunan yang dia lewati. Sebelum wajah Jungkook kembali terbesit, Ahreum menghela nafas lalu memukul kepalanya pelan.
Mau sampai kapan dia terperangkap dalam bayangan Jungkook? Air matanya kembali menetes saat memorinya memutar saat-saat dia bertemu dengan Jungkook. Pertemuan pertama, pertengkaran kecil, olokan, pernikahan, Eunwoo, dan perpisahan. Begitu klasik bukan?
Tapi sekarang Ahreum bertekat, ingin memulai kehidupan barunya, tanpa siapapun. Dia akan memulai semuanya dengan indah, dan menghilang dengan perlaha tanpa ada yang menangisi kepergiannya.
“ Selamat tinggal. Aku mencintaimu, Jeon. ” Ahreum tersenyum tipis.
Ahreum menginjakkan kakinya keluar lift, dia berjalan pelan menuju apartemen barunya. Nomor ‘19’, sesekali bibirnya menggumankan sebuah lagu kesukaannya. Sesekali dia tersenyum saat beberapa tetangga barunya menyapa. Sampai...
BRUGGG...
Ahreum memekik saat seseorang menabraknya kuat, apalagi orang itu menabrak tepat di bagian luka operasi Ahreum. Wanita itu jatuh terduduk dengan tangan memegangi perutnya.
“ Astaga... Maaf, aku benar-benar tidak melihatmu. Kau baik-baik saja? ” Orang itu— lebih tepatnya pria itu segera membantu Ahreum berdiri.
Ahreum mengangguk lalu tersenyum simpul.
“ Aku baik-baik saja. ” Jawab Ahreum.
“ Iya, kau tetangga baru rupanya. Apartemenku nomor 18, mungkin kau butuh sesuatu. Kau bisa menghubungiku. ” Kata pria itu ramah.
“ Ah, ne. Aku di nomor 19. Namaku Ahreum, Kim Ahreum. Kau? ” Tanya Ahreum penasaran, hitung-hitung dia mencari teman kan?
Ahreum juga pasti butuh teman, dia tidak akan bisa hidup sendiri. Pria itu tersenyum.
“ Aku Kang Daniel. ”
✌ The Truth Untold ✌
Jungkook berlari terbirit-birit, keluar dari mobil dan berniat memasuki butik Ahreum. Tapi, tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana, bangunan kaca itu tertutup rapat bahkan digembok. Di pintu, terdapat kertas bertuliskan ‘ DIJUAL ’.
Jungkook berdecak lalu merobek kertas itu. Dia bingung, harus mencari istrinya kemana. Bahkan Jungkook sampai lupa kalau Jihan sedang koma di Rumah Sakit karena dia terlalu sibuk dengan Ahreum.
Apalagi kalau memikirkan perkataan Taehyung. Kalau Ahreum sakit, bukankah selama ini di depan Jungkook, Ahreum selalu bersikap seolah dia sehat? Seolah dia baik-baik saja? Lalu, sebenarnya Ahreum sakit apa? Jungkook benar-benar bingung.
“ Kemana kau pergi, sayang? ” Gumam Jungkook putus asa.
To Be Continued~~
Flat ya? Ga ngefeel banget! Sebel akutuh! Btw Daniel coming, siap-siap ada perang dunia *otw ketawa jahat 😈
Btw lagi, maaf banget ga bisa bales comment kalian satu-satu. Bukan karena Ken sombong, tapi emang Ken lagi banyak kerjaan. So, ntar kalo ada waktu pasti Ken bales kok 😢
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold
Fiksi PenggemarPenuh kesepian, kebun ini mekar penuh duri. Dan aku tau, semua kehangatanmu benar. Aku ingin memegang tanganmu. Ini takdirku, jangan tersenyum padaku, terangi aku. Karena aku tidak bisa datang padamu. Tidak ada nama yang bisa kau hubungi. Kau tau, a...