Pagi harinya, setelah perasaan Ahreum membaik. Dia memutuskan untuk menjenguk Jihan. Bukan karena dia ingin mencari muka pada Jungkook tapi karena dia masih memiliki hati sebagai seorang wanita.
Ahreum berjalan menyusuri koridor Rumah Sakit dengan 2 cup hot chocolate di tangannya. Jungkook sedang menemani Jihan di ruang rawat. Dan Ahreum, hanya ingin mengembalikan mood Jungkook dengan coklat panas yang dia beli. Kedua tungkai Ahreum berhasil menginjak lantai ruang rawat luas itu.
Jungkook masih setia duduk di samping Jihan, menggenggam tangan yang tertembus jarum infus itu dengan lembut. Ada perasaan sakit saat melihat adegan itu. Tapi Ahreum sudah mempersiapkan diri, untuk menerima setiap rasa sakit itu.
Setelah meletakkan 2 cup itu di nakas, Ahreum berdiri di samping Jungkook, perlahan dia mengusap pundak suaminya.
“ Tidak apa, dia pasti baik-baik saja. ” Ucap Ahreum menenangkan.
Jungkook tidak menghiraukan, dia masih fokus pada Jihan. Sampai Jimin dan beberapa suster masuk ke ruangan itu.
“ Bisa aku bicara dengan kalian? ” Kata Jimin.
“ Ini soal Jihan. ” Tambahnya yang sukses membuat atensi Jungkook tertuju padanya.
Jungkook berdiri lalu mengikuti Jimin, begitu juga Ahreum. Mereka duduk di sebuah meja, di ruangan yang cukup luas.
Jimin menyodorkan sebuah kertas di depan Ahreum dan Jungkook, sesaat Ahreum hanya menatap kertas itu heran.
“ Itu hasil sinar X milik Jihan. Kau lihat ini? ” Jimin menunjuk pada bagian rongga perut.
“ Satu ginjal Jihan pecah, dan satu ginjalnya lagi mengalami masalah. Kalau dalam beberapa hari kau tidak bisa mendapat transplantasi ginjal, aku tidak bisa menjamin dia tetap hidup. ” Kata Jimin.
“ Jaga mulutmu Jimin!! Kau harus bisa menyelamatkan istriku!! ” Entah kenapa tapi Jungkook berubah menjadi sentimen. Dia berdiri dan menggebrak meja.
Bahkan dia tidak memikirkan perasaan Ahreum. Ahreum ikut berdiri lalu mengelus punggung Jungkook lembut.
“ Kau tidak bisa memaksanya Jungkook. Jimin bukan Tuhan yang bisa kau minta untuk menyelamatkan Jihan. Dia hanya seorang dokter spesialis ginjal. Dia juga manusia biasa yang tidak bisa menyelamatkan nyawa orang lain. ” Kata Ahreum menenangkan.
Ahreum tau benar, saat ini Jungkook sedang sedih, dia gelisah, jadi emosinya mudah terpancing. Tapi Ahreum juga memiliki hati, hanya saja dia lebih kuat dari Jungkook. Tanpa menghiraukan Ahreum, Jungkook segera meninggalkan ruangan ruangan Jimin. Membiarkan hati Ahreum hancur menjadi bagian-bagian kecil. Ahreum hanya bisa menunduk dan menangis dalam diam. Dia diabaikan. Sebenarnya dia ini siapa? Dia ini apa? Istri? Atau patung tidak bernyawa?
Jimin mendekatinya, dia tau perasaan Ahreum. Perlahan, dia menarik Ahreum ke rengkuhan hangatnya. Dan Ahreum, membiarkan tubuh lelahnya bersandar pada Jimin.
“ Hiks... Apa yang harus kulakukan, Jim. Aku lelah.. ” Isak Ahreum.
“ Menangislah, tidak apa. Selama itu bisa membuatmu lega. ” Saat ini, hanya itu yang bisa dikatakan oleh Jimin.
🎵 The Truth Untold 🎵
Ahreum berjalan pelan kembali ke ruang rawat Jihan tapi dia berhenti saat melihat Jungkook duduk di sebuah kursi, di depan ruang rawat Jihan. Dia tampak sangat terpukul, kesedihannya tersirat jelas.Ahreum mengambil posisi di samping Jungkook. Perlahan dia mengelus punggung lebar itu, mencoba memberi kehangatan pada suaminya itu. Meski sebebarnya, dia sendiri sedang dihancurkan secara perlahan oleh Jungkook.
“ Kau harus kuat untuknya. Aku percaya Jihan wanita yang kuat. Dalam waktu dekat, kupastikan dia akan mendapat donor. Aku akan membantunya. ” Janji Ahreum.
Dia ingat kalau, dia memiliki banyak teman yang bekerja di Rumah Sakit, mungkin dengan begitu Ahreum bisa membantu untuk mencari pendonor ginjal untuk Jihan.
Jungkook menatap Ahreum, bukan tatapan penuh kasih sayang miliknya. Tapi tatapan datar dan dingin yang selalu Ahreum benci.
“ Apa kau bisa menjamin nyawa Jihan? ” Tanya Jungkook.
“ Tentu. ” Jawab Ahreum.
Jungkook berdiri, masuk ke ruang rawat Jihan tanpa mengatakan apapun lagi. Lagi-lagi Ahreum dibuat menangis, sebenarnya Jungkook menganggap Ahreum itu siapa? Patung? Hebat!
Selama beberapa menit, hanya suara isakan Ahreum yang menggema di sepanjang koridor. Jungkook sudah melupakan Ahreum, bukan hanya Ahreum tapi juga janin yang ada dalam rahimnya. Ahreum menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Sampai suara ponsel mengejutkannya. Salah satu pegawai butik Ahreum menghubunginya.
“ Waeyo? Apa ada masalah di butik? ”
“ Ya Nyonya, seorang customer meminta gaun pernikahannya dihandle oleh Nyonya sendiri. ”
“ Baiklah, aku ke sana sekarang. ”
Setelah sambungan diputus sepihak oleh Ahreum, dia segera berdiri. Menghapus air matanya lalu memasang senyuman terbaiknya. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan Jungkook.
Awalnya Ahreum berniat untuk berpamitan pada Jungkook. Tapi, yang Ahreum lihat Jungkook tengah tertidur dengan kepala berada di perut Jihan. Ahreum tersenyum miris lalu meninggalkan Rumah Sakit begitu saja.
🎵 The Truth Untold 🎵
Dentingan jarum jam terdengar memenuhi seisi ruangan. Ahreum masih betah duduk di kursi empuknya. Di luar hujan turun cukup deras, Ahreum bisa saja pulang dengan supir pribadinya tapi Ahreum masih betah di sana. Dia lebih suka berdiam diri di butiknya yang sepi dan minim penerangan.Dia merasa, tempat ini lebih mengerti dirinya. Tempat ini lebih nyaman dibanding rumahnya. Seketika itu, wajah Eunwoo terbesit. Ahreum segera bangkit berdiri. Dia segera keluar, tidak perduli dengan hujan yang mengguyur tubuhnya. Karena yang terpenting sekarang adalah Eunwoo. Bocah itu pasti mencari Ahreum. Karena seharian ini Ahreum tidak melihat putranya sama sekali. Pagi tadi, sebelum Eunwoo bangun, dia sudah berangkat ke Rumah Sakit. Setelah itu dia ke butik sampai malam ini, pukul 12 malam. Ditambah lagi ponselnya mati, lengkap sudah penderitaan Ahreum.
To Be Continued~~
Yaps, aku double update ( lagi )
Ga yakin sih ada yang nunggu 😔😅
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold
Fiksi PenggemarPenuh kesepian, kebun ini mekar penuh duri. Dan aku tau, semua kehangatanmu benar. Aku ingin memegang tanganmu. Ini takdirku, jangan tersenyum padaku, terangi aku. Karena aku tidak bisa datang padamu. Tidak ada nama yang bisa kau hubungi. Kau tau, a...