52. Second Sadness

6K 769 68
                                    

Usia kehamilan Ahreum memasuki bulan ke tiga. Dari kemarin, dia terus mengurung diri di dalam kamar apartemennya. Setiap Taehyung ataupun Jimin mengantar makanan padanya, dia akan selalu mengamuk bahkan tidak jarang kalau Ahreum berniat bunuh diri. Tapi baik Jimin dan Taehyung selalu berhasil menggagalkannya.

Ahreum hancur, dia tidak tau apakah Jungkook masih mengingatnya bahkan sampai detik ini. Di sini, dia sedang mengandung anaknya. Ahreum kembali menangis sambil mengelus perutnya yang sudah mulai membuncit.

Yang Ahreum pikirkan adalah, jika sampai bayinya lahir nanti dan Ahreum meninggal. Lalu siapa yang akan merawat anaknya? Taehyung? Dia bahkan belum berkeluarga. Jimin? Dia juga harus melupakan Ahreum, segera mungkin. Jungkook? Rasanya mustahil untuk kembali padanya apalagi meningat Jihan masih bersamanya. Dia tidak mungkin kembali dan tidak akan pernah.

Sedikit lagi, maka Ahreum akan menghilang, dia sudah cukup putus asa dengan keadaannya. Rasanya tidak mungkin baginya kalau bisa sembuh. Berbulan-bulan, dia juga melakukan cuci darah secara rutin di apartemennya. Tapi tetap tidak ada perubahan, rasa sakitnya malah bertambah parah.

Ahreum terus menangis sampai dia bisa merasakan kalau seseorang berhasil duduk di sampingnya lalu menariknya ke dalam pelukannya. Ahreum membuka matanya, tangisannya semakin menggema saat orang yang memeluknya adalah Park Jimin.

Hiks... Jimin.... Apa yang harus kulakukan? ” Isak Ahreum.

“ Kenapa kau tidak memberitahu Jungkook? Bagaimanapun dia adalah Ayah dari bayi itu kan? Dia harus tau. ” Jimin mengelus pelan pundak Ahreum.

Ahreum menggeleng keras di dada Jimin.

Hiks... Aku tidak bisa kembali.... Aku tidak boleh kembali... Hiks... Aku akan mati... Aku membuatnya membenciku agar saat aku pergi dia tidak menangis untukku... Hiks.. Dengan dia membenciku seperti ini.. Aku akan hilang secara perlahan.. ” Kalimat Ahreum barusan berhasil menembus jantung Jimin. Seputus asa itukah Ahreum dengan keadaannya?

“ Kau akan baik-baik saja. Aku janji. ” Ucap Jimin sambil mengecup kening Ahreum pelan.

“ Kau mau aku baik-baik saja kan? ” Tanya Ahreum sambil menatap mata Jimin dengan mata basahnya. Menunggu jawaban yang akan keluar dari bibir pria itu.

“ Tentu. Apapun akan kulakukan agar kau baik-baik saja. ” Jawab Jimin disertai senyuman.

“ Kalau begitu.... Pergilah... Pergi sejauh mungkin sampai kau tidak bisa lagi menggapaiku. Pergi sejauh mungkin sampai kau tidak bisa lagi melihatku. ”

🐠 The Truth Untold 🐠

Jungkook berjalan mengikuti kemana Jihan mengajaknya. Kurang lebih 2 jam mereka terus keluar masuk toko baju dan perhiasan di mall mewah ini. Tapi 2 jam itu pula pikiran Jungkook tidak pernah di sana, tapi di tempat lain.

Dia masih belum menyerah, masih terus mencari Ahreum selama berbulan-bulan. Berharap Ahreum akan kembali padanya. Dia jadi menyesal, mengingat perkataan kasar yang pernah dia lontarkan pada Ahreum. Jungkook sadar, saat dia emosi, perkataannya sering tidak terkontrol. Harusnya dia tidak berkata seperti itu pada Ahreum kan?

“ Jungkook? Kenapa kau terus melamun dari tadi? Aku bertanya, gaun mana yang bagus untukku. Kau malah diam saja. ” Lamunan Jungkook buyar seketika. Dia segera menatap jengah pada Jihan.

“ Pilih yang mana saja dan cepat pulang. ” Sarkas Jungkook.

Memang, setelah kepergian Ahreum. Jungkook berubah dingin dan datar, dia memang akan selalu menuruti Jihan tapi dia juga akan selalu mengabaikannya saat mereka menghabiskan waktu berdua. Karena pikiran Jungkook terlalu fokus pada Ahreum.

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang