40. Promises

6.1K 806 28
                                        

Jungkook dan Ahreum menyeruak masuk ke kamar Jihan. Jungkook segera bersimpuh di samping Jihan yang tergeletak tidak sadarkan diri di dekat pintu balkon. Suhu tubuhnya meningkat, dia demam tinggi.

Pikiran Ahreum yang kacau kini makin kacau. Ini salahnya! Ahreum menggeleng pelan disertai air mata yang menetes.

“ T... Tidak.. Ini bukan salahku... Bukan... Bukan aku... ” Perhatian Jungkook tersedot, dia melihat Ahreum yang sedang ketakutan.

Dia sangat ingin memeluk Ahreum tapi keadaan Jihan tidak jauh lebih baik. Dia butuh pertolongan.

“ Hubungi Namjoon hyung. ” Perintah Jungkook pada pelayannya, kemudian dia mengangkat tubuh Jihan ke ranjang.

Ahreum masih terus menangis dan merasa takut. Suara isakan itu makin keras, bayangan masa laku, saat Chanyeol dan Seulgi meninggal di hadapannya kembali menghantuinya. Ruangan sempit, kosong, gelap, Rumah Sakit Jiwa, semua itu muncul secara perlahan.

Hiks... Tidak!! BUKAN AKU!! ” Teriak Ahreum lalu berlari meninggalkan kamar Jungkook.

“ Ahreum! ” Panggil Jungkook, dia bangkit dan berniat mengejar Ahreum tapi langkahnya terhenti saat sebuah tangan hangat menggenggam lengannya.

“ Tetaplah bersamaku, Jeon. ” Lirih Jihan dengan pandangan sayu.

Sekali lagi, Jihan berhasil membuat Jungkook diam. Tetap bersamanya meski hatinya menginginkan Ahreum tapi tubuhnya tidak pernah bisa menolak Jihan.

Sebut saja dia lelaki bodoh! Tidak bisa menenangkan Ahreum saat dia merasa dalam titik terendahnya. Karena yang Ahreum butuhkan hanya satu. Pelukan seorang Jeon Jungkook.

👑 The Truth Untold 👑

Ahreum berlari keluar, tanpa perduli pada rasa sakit yang kembali menggerayai rongga perutnya. Dia terlalu takut, dia terlalu sakit, dan dia terlalu muak atas semuanya. Depresinya bertahun-tahun lalu, rasa takutnya, semuanya kembali dan itu karena Jihan.

“ Nyonya!! Tunggu!! Anda mau kemana Nyonya!! ” Teriak seorang pelayan yang melihat Ahreum berlari keluar rumah.

Seakan tuli, Ahreum masih terus berlari dengan berderai air mata, tanpa tau dia harus kemana. Menangis pada siapa, memeluk siapa, dan mengaduh pada siapa? Dia tidak punya siapapun.

Langkah kaki Ahreum terhenti tepat di tengah jalan, saat dia melihat sebuah mobil melaju dengan kencang. Inilah saatnya, untuk mengakhiri semuanya. Ahreum bersiap, memajmkan mata seerat mungkin. Berharap semuanya akan berakhir dan selesai. Saat cahaya menyilaukan itu berhasil memasuki kelopak matanya yang tertutup, saat itu Ahreum tau. Kalau waktunya sudab habis, semuanya akan berakhir, detik ini.

“ Ahreum!! "

BRUGGG...

“ Dasar wanita gila! Jangan bunuh diri di sini! Kau hanya akan merugikanku! ”

Ahreum mendengarnya tapi tidak melihatnya karena matanya masih tertutup erat. Dia lelah membuka mata, melihat setiap perlakuan tidak adil Jungkook, melihat perlakuan kejam Jihan. Dia butuh istirahat, selama mungkin.

“ Buka matamu. ” Bisikan itu mampu membuainya dan memaksanya membuka mata.

Jimin. Tengah merengkuhnya erat di pinggir jalan. Mata Jimin menyorot langsung, menyalurkan kehangatan tersendiri. Membuat Ahreum makin menangis dibuatnya.

Hiks... Kenapa kau di sini? ” Lirih Ahreum di tengah tangisannya.

Jimim tersenyum lembut lalu berujar dengan pelan.

“ Karena aku sudah pernah bilang. Aku tidak akan membiarkanmu jatuh. ” Tepat saat kata-kata Jimin, tubuh Ahreum seolah kehilangan tenaga.

Dia hampir merosot jatuh kalau saja Jimin tidak merengkuhnya lebih erat.

“ Kau merasa sakit? Bagian mana? Kita ke Rumah Sakit ya? ” Tanya Jimin cemas dan panik.

Ahreum menatap Jimin dengan pandangan sayu, bahkan mata basahnya hampir terpejam.

“ Aku lelah. Bawa aku pulang. ” Lirih Ahreum.

“ Pulang? Tidak! Kau akan ikut bersamaku! ” Jimin segera membopong Ahreum, dan mulai melangkah perlahan.

“ Eunwoo. Dia butuh aku. ” Jimin tau benar kalau Ahreum sangat menyayangi Eunwoo. Tapi dia juga tidak bisa membiarkan Ahreum disiksa secara batin oleh Jungkook dan Jihan.

“ Tapi aku juga membutuhkanmu. ” Kata Jimin lirih.

Ahreum tidak mampu berkata-kata, dia hanya menyandarkan kepalanya di dada Jimin, merasakan detak jantungnya yang berdetak seirama dengan milik Jimin. Air matanya tidak kunjung berhenti, terlalu menyesakkan menerima setiap kenyataan menyedihkan yang dia alami.

Akhirnya mau tidak mau, Jimin membawa Ahreum dengan berjalan kaki. Ahreum mentap sayu pada wajah tegas Jimin yang menatap lurus ke depan. Dia pria baik, terlewat baik sampai Ahreum tega melukainya begitu dalam. Menjadikannya sebagai pelabuhan sementara.

👑 The Truth Untold 👑

Ting... Tong...

Bel mansion mewah itu berbunyi, Jungkook tengah duduk di ruang tamu dengan gelisah. Dia masih menunggu Namjoon yang sedang memeriksa keadaan Jihan. Berkali-kali pula dia menghubungi ponsel Ahreum tapi ternyata ponselnya berada di kamar Eunwoo.

Seorang wanita paruh baya segera berlari dan membuka pintu.

“ Nyonya Ahreum?! ” Pekik wanita itu yang berhasil merebut atensi Jungkook.

Dia segera bangkit berdiri dan berjalan cepat menuju pintu. Matanya memanas saat melihat istrinya terkulai lemas dengan bibir pucat pasi dalam gendongan Jimin.

Cemburu? Tentu saja, Ahreum kelihatan sangat nyaman dalam rengkuhan Jimin, sangat berbeda saat dia bersama Jungkook. Jungkook segera membawa tubuh Ahreum pada gendongannya, mata itu tertutup rapat, seolah dia terlalu lelah meski hanya sekedar membuka mata.

“ Apa yang kau lakukan padanya? ” Sarkas Jimin.

“ Apa yang kulakukan? ” Bingung Jungkook. Karena memang secara kasat mata dia tidak melalukan kesalahan, tapi Jungkook tidak pernah tau isi hati Ahreum yang rapuh.

“ Dia hampir mati bunuh diri! Berapa kali kau menyakitinya?! Kalau Taehyung tau, dia pasti akan membawa Ahreum dengannya! Kali ini, aku masih bisa mengampunimu, tapi nanti. Saat kau atau Jihan menghancurkannya. Aku bersumpah. Aku akan mengambilnya darimu, Jeon Jungkook. ” Janji Jimin lalu pergi.






To Be Continued~~

Haluuuuuuuuuu...
I'm back. Btw kemarin semua book ku ilang loh. Terlanjur bingung dan stres ternyata dia muncul lagi.. Hehe.. Ternyata dia main petak umpet di kampung sebelah *canda 😅😅

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang