The One That Got Away - 1.0

2.6K 316 91
                                    

Laknat adalah harus ngajarin Kai ngerjain gambar long profile jalan untuk tugas Geometri Jalan Raya di hari Sabtu begini. Di saat kelas lain udah say goodbye for good sama tugas yang paling menyita waktu seluruh mahasiswa semester 4 Teknik Sipil di sini, Kai masih harus asistensi.

"Lo enak, dosen lo bisa percaya sama asistennya. Jadi lo asistensi ke dosen juga langsung acc. Lah gue? Tiap step harus dikonsulin ke dosen, mana mahasiswa dia kalo ngantri udah kayak ngantri daging kurban."

Mau gue sumpahin sial tujuh turunan tapi gue nggak bisa karena dia vokalis band gue. Kalo dia sial, apa kabar Threesixty? Jadi gue tahan-tahan aja ngajarin mahasiswa bebal satu ini.

"Anjir ini perhitungan lo salah semua, nyet!" Maki gue ketika gue cek file excel dia. Si yang punya tugas malah sibuk nyemil kuaci di sebelah gue.

Dia lalu mendekatkan mukanya ke layar laptop. "Masa sih? Ngantuk kali gue ngerjainnya. Tolong benerin dong, Chan."

Sumpah apa yang bisa gue semburin ke manusia ini yang tidak akan berimbas ke gue?

Mengembus napas kesal, gue pun terpaksa membenahi perhitungannya yang berantakan. Kai nyengir. "Lo nggak ada janjian ketemu Yoona kan? Temenin gue lah seharian ini."

"Udah gue bantuin, awas aja kalo jatahnya kita promote album tugas lo belum kelar."

"Iye, ah. Bawel lo kayak gebetan."

Kami berdua sekarang ada di ruang belajar sipil demi tugas sialan ini. Kai bilang dia susah konsentrasi kalo ngerjain di rumah, apalagi di tempat makan. "Tar makanan gue doang yang masuk, tugas gue nganggur."

Si goblok.

Ruang belajar sepi, cuma ada gue sama Kai. Ya iya, lah. Siapa juga yang mau ke ruang belajar weekend begini?

Gue masih sibuk dengan excel sementara Kai nulis laporan ketika tiba-tiba pintu ruang belajar kebuka. Joy, temen seangkatan kami berdua sekaligus temen SMA gue, masuk dengan tangan menenteng gulungan kertas ukuran A1.

"Ngapain lo bawa-bawa begitu? Abis asistensi?"

Joy mengangguk lemas. Ia melempar gulungan itu begitu saja dan langsung duduk lesehan di hadapan gue dan Kai. "Rese banget Kak Jess minta asistensi hari Sabtu." Lalu dia menatap kami bergantian. "Lo berdua ngapain?"

Gue melirik Kai. "Nih, ngerjain long-nya keling."

"Lah anjir baru sampe long lo, tem?"

Kai berdecak males. "Iye, iye. Hina gue aja terus. Tanyain noh temen sekelas gue, belom ada yang acc sampe sekarang. Lo juga masih asistensi aja Joy? Belom acc?"

"Boro-boro acc. Dicoret-coret terus kerjaan gue. Tapi paling nggak gue udah hampir selesai sih. Laporannya juga udah gue tulis semua."

"Tae. Sombong sebelum acc hukumnya haram, Joy. Bisa-bisa lo harus ngulang dari awal," seloroh Kai asal.

"Heh! Jangan nyumpahin gue napa?!" pekik Joy kesal. Gue ketawa.

Hampir satu jam gue bantuin Kai benerin perhitungan sekaligus nge-plot semua hitungan itu ke AutoCAD. Hampir satu jam pula Joy masih betah duduk di tempatnya sambil sesekali beranjak untuk mengganti lagu yang ia putar lewat komputer di ruang belajar.

"Nggak laper lu pada? Makan yuk!" ajak Joy tepat setelah gue menyimpan kerjaan gue. Gue melirik jam dinding dan emang ternyata udah lewat dari waktu makan siang.

"Penyet biasanya aja yuk. Udah lama gue nggak ke sana," Kai nyaut yang disambut anggukan setuju oleh Joy. Gue sih ngikut aja.

Gue dan Kai pun mulai beres-beres. Joy matiin komputer sambil masukin gulungan kertas ke tas tabung yang dibawanya. Hingga kemudian hape Joy yang ada di atas meja bergetar, tanda telepon masuk. Joy mengangkatnya dengan cepat, dan dia sempat melirik gue. Gue jadi ikut memperhatikan Joy karena dia berkali-kali mencuri pandang ke arah gue sambil gigit bibir sesekali. Kenapa tu bocah?

Day by DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang