Yoona's First Day of Work

866 172 34
                                    

"Gently close your eyes..." musik lembut mengiringi suara yang terdengar menenangkan. "Begin to take deep, refreshing breaths."

Tarik napas, keluarkan. Tarik napas, keluarkan. Tarik napas, keluarkan.

"Kak? Ngapain?"

Kedua mata Yoona langsung terbuka. Buyar sudah kata-kata yang diucapkan pengisi video meditasi yang sedang ia simak. Di hadapannya, Seohyun mengangkat sebelah alis, keheranan melihat tingkah kakaknya.

"Meditasi," jawab Yoona setelah mendesah panjang. Ia menutup kembali ponselnya dan melanjutkan kegiatan bersiapnya. Tidak mungkin ia melanjutkan meditasi setelah pengganggu ini menginvasi kamarnya.

"Meditasi buat?" Seohyun mendadak tertarik. Bagaimana tidak? Sejak kapan kakaknya yang chaotic ini tiba-tiba mengikuti video-video meditasi?

"Hari pertama, Seo. Deg-degan parah gue dari semalem."

Bibir Seohyun membulat. Sekarang ia paham mengapa kakaknya terlihat beda pagi ini.

"You'll do great, Kak. Yoona Theala gitu loh!"

Yoona tersenyum mendapatkan sedikit penghiburan dari adiknya. Ia memeluk erat Seohyun dan menciumi pipinya seperti ketika mereka masih kecil dulu, membuat Seohyun berteriak minta ampun dan mereka berdua pun tertawa. Ternyata ini lebih ampuh meredakan gugupnya daripada video meditasi manapun.

"Thanks, ya!" Yoona mengacak-acak rambut Seohyun.

Hari ini adalah hari pertama Yoona bekerja setelah dinyatakan diterima dua minggu lalu. Ini juga merupakan pekerjaan resmi Yoona yang pertama, wajar kalau ia merasa gugup. Untuk menentukan baju apa yang akan dikenakan saja ia sampai kesulitan tidur.

Yoona beruntung memiliki keluarga yang sangat supportive. Tidak hanya Seohyun yang membantu menenangkannya, Bi Ulan juga sengaja memasak makanan favoritnya untuk sarapan pagi ini. Kedua orang tuanya bahkan ikut sarapan bersama di saat biasanya mereka akan berangkat ke kantor lebih pagi.

"Duh, Yoona jadi terharu."

"Lebay sih jujur," Seohyun menggumam pelan tetapi langsung mengatupkan mulutnya setelah mendapatkan pelototan galak dari sang Mama.

"Ingat, Yoona. First impression itu penting. Jadi, tinggalkan kesan sebaik mungkin," pesan Papa entah untuk yang ke berapa kali. Yoona sampai hafal di luar kepala.

"Jadi dianter Chanyeol, Kak?" giliran Mama berbicara.

Yoona mengangguk di antara kunyahannya. "Udah di jalan tadi."

"Bukannya kamu bilang semalem Chanyeol baru pulang manggung dari Bandung? Nggak capek dia?" Papa bertanya heran.

Yoona meringis kecil. "Kalo pacar yang request sih mana bisa dia nolak, Pa."

"Kak Chanyeol mah bucin akut, Pa, nggak usah ditanya," Seohyun ikut menimpali.

Papa dan Mama hanya tertawa. Di saat-saat seperti ini mereka kembali menyadari bahwa anak-anak sudah beranjak dewasa. Keduanya tidak pernah keberatan jika anak-anak mereka menjalin kasih layaknya anak muda pada umumnya. Asal tidak mengganggu kewajiban, baik Yuri, Yoona, maupun Seohyun dibebaskan untuk melakukan apa yang mereka suka tetapi tetap dengan batasan-batasan tertentu.

Tidak lama kemudian, setelah masing-masing selesai dengan sarapan mereka, Yoona mendengar deru mobil Chanyeol memasuki pelataran rumahnya. Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat, dan sosok Chanyeol pun akhirnya muncul. Cowok itu kemudian menyapa kedua orang tua Yoona dengan hormat.

Yoona segera menandaskan minumannya sebelum berpamitan pada Mama dan Papa. "Wish me luck, Ma, Pa," ujarnya sembari mencium tangan keduanya. Rasa gugup yang sempat hilang kini kembali ia rasakan.

Day by DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang