Chanyeol
Good luck for the tour. Jaga kesehatan, jangan sampe sakit. Jangan lupa telepon Mama, Papa, dan Kak Yura tiap hari. Have fun with the team, bilang juga good luck untuk mereka.
Just... live well, Chanyeol Archibald.
Layar hape gue masih menyala, menampilkan chat terbaru dari Yoona yang gue terima beberapa menit yang lalu. Mau gue baca berkali-kali pun, isinya tetep sama.
She wished me good luck and told me to live well. Tapi buat gue, orang yang mengenal dia sangat dekat beberapa tahun ini, it also means goodbye. A farewell.
Am I not enough? Apakah gue kurang ada untuk dia? Apa gue masih kurang memahami dia? Apakah cinta gue ke dia gak cukup untuk meyakinkan dia bahwa dia layak dicintai sebesar ini, dan dia juga layak mencintai dirinya sendiri lebih lagi?
Heh, otak, bisa diem gak?
Beberapa temen gue yang berkecimpung di dunia ini selalu cerita kalo mereka merasakan void setelah selesai konser. Selesai dengan euforia di panggung, mereka mendadak merasa kosong ketika akhirnya harus sendirian. Tapi gue gak pernah merasakan itu karena selalu ada Yoona yang menunggu gue di bawah panggung, bawain handuk atau obat tetes mata, lalu menemani gue sampai gue mengantarkan dia balik ke rumah.
Tapi sekarang...
Fuck. Jadi gini rasanya void setelah konser? Kosong. Hampa. Sepi.
Di samping gue tergeletak sebuah gitar dan lembaran kertas yang berserakan. Ada juga asbak yang isinya mulai penuh karena gue gak bisa berhenti merokok dari kemarin. Kalau Yoona di sini, dia pasti akan memarahi gue habis-habisan karena gue merokok lagi.
Sayangnya semua itu cuma berhenti di kata "kalau". Kalau Yoona di sini, kalau gue dan Yoona sedang baik-baik saja.
Hah. Tai.
"Bang Andi kan udah bilang, jangan stres-stres kalo lagi tour. Lah elo malah pake berantem sama Yoona segala."
Baekhyun dan mulut sampahnya. Heran juga kenapa gue bisa temenan sama makhluk semacam ini. Masih untung gak ada Bule di sini. Kalau ada dua orang itu, mending gue pesen tiket pesawat sekarang, pulang ke Jakarta.
"Diem kek."
"Ulululuh, sensitifnya anak bunda."
Temen kurang ajar emang. Tapi lebih baik begini. Akan sangat menjijikkan kalau dia sok-sok hibur gue pake kata-kata bijak.
"Nikmatin aja lah tournya. 3 minggu jauh dari Jakarta, nyet. Gak seneng emang lo?"
Seneng? Hahahahaha.
Gue dan Yoona benci LDR, dalam artian Long Distance Relationship. Tapi kalau saat ini mungkin bakal lebih pas diartikan menjadi Lo Doang Relationship. Alias gue doang yang masih bertahan.
Foto-foto gue yang dihapus dari IG Yoona udah gue anggep angin lalu kemarin. Gue cuma mikir, oh, ya udah, gini doang kok. Malah gue sempet berpikir kalau dia childish.
Tapi mau berapa kalipun gue membohingi diri gue sendiri, sok-sok tegar, rasanya tetep sakit.
Hehe.Gak ada telepon pagi-pagi atau malem sebelum tidur, gak ada yang ngerecokin gue dengan spam chat kalau gue terlalu sibuk urusan band, gak ada yang ngirimin gue tweet aneh-aneh di DM.
Ini rasanya void.
Kayak ada sesuatu dari diri lo yang direnggut paksa.
Kayak lagi berpegangan erat sama seutas tali, tapi ternyata di sisi yang lain udah gak ada apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day by Day
FanfictionKumpulan cerita kocak, aneh, dan menggemaskan tentang keseharian Yoona dan Chanyeol. [Diadaptasi dari akun RP Chanyeol dan Yoona di instagram yang aku bikin beberapa waktu lalu. Yang belum follow, boleh difollow dulu yaa namanya @/yoonatheala dan @...