Chanyeol menarik hand break begitu mobilnya menepi di depan rumah Yoona. Ia menoleh ke samping, ke tempat Yoona yang tampak mendesah panjang.
"Balik deh ke reality," katanya lemas.
Chanyeol menggumam setuju. "Balik sibuk lagi deh. Udah buka jadwal belum?"
"Barusan aja nih," Yoona menggerak-gerakan ponsel di tangannya.
Berhubung sudah semester 7, teori yang harus mereka ambil sudah tidak banyak. Hanya beberapa mata kuliah pilihan dan untuk kasus Chanyeol, 2 mata kuliah wajib yang ingin ia ulang karena merasa tidak puas dengan hasilnya. Tapi Chanyeol juga masih ada tanggungan praktikum karena dia asisten laboratorium.
Manusia ambis, biasa.
"Banyak nggak liburnya?"
Senyum Yoona merekah. "Lumayan, nih. Jumat free, Rabu cuma ada satu matkul doang."
Chanyeol ikut tersenyum saat mencubit pipi Yoona gemas. Tapi senyumnya luntur saat mengingat kembali kejadian kemarin. Jemarinya yang masih bertahan di pipi Yoona berubah membelainya pelan.
"Kamu beneran udah nggak papa?" Ia menatap Yoona khawatir.
Yoona sedikit terkejut dengan topik perbincangan yang tiba-tiba berubah. Ia mengerjap pelan. "Hah?" tanyanya gagap. "Ah, nggak kok, nggak papa."
Terlalu cepat, Yoona. Yoona mengutuk dirinya sendiri. Jawabannya sama sekali tidak terdengar meyakinkan.
Chanyeol mendesah panjang. Tentu saja Yoona menjawab demikian. Kapan sih pacarnya ini akan membiarkan orang lain khawatir karenanya? Hampir tidak pernah. Meskipun dengan begitu ia harus mengorbankan perasaan dengan memendam semuanya sendiri.
"Kasih tau aku kalo kamu ngerasa takut, marah, trauma, apapun itu. Aku nggak mau kamu kenapa-napa setelah ini, oke?" Chanyeol menumpukan kedua tangannya di bahu Yoona, lalu meremasnya pelan, seakan mengatakan pada Yoona betapa khawatir dan takutnya ia sekarang.
Chanyeol tidak buta masalah sexual harassment dan semacamnya. Ia tahu bagi sebagian korban, harassment bisa menyebabkan trauma berkepanjangan. Dan menyaksikan sendiri bagaimana Yoona mencengkeram tangannya erat semalam, Chanyeol hanya takut akan apa yang mungkin menimpa gadis itu.
Meskipun ia mati-matian berharap apa yang Jun lakukan terhadap Yoona tidak separah yang ia bayangkan.
Yoona memaksakan seulas senyum. "Iya, aku nggak papa."
"Nggak papa nya cewek tuh selalu lain artinya."
Yoona berusaha mengeluarkan tawa, meskipun terdengar sumbang.
Chanyeol mendesah. "Na, jangan remehin hal kayak gini."
Susah payah Yoona menelan ludah. Lagi-lagi ia hanya bisa mengulaskan senyum menenangkan yang terlihat terpaksa.
Yoona bukannya sudah benar-benar lupa akan kejadian kemarin. Ia pun masih dihantui mimpi buruk tentang itu semalam. Tapi mengingatnya hanya akan membuat ketakutannya kembali. Ia lebih memilih untuk melupakannya begitu saja, dengan harapan kejadian itu tidak akan membayanginya lagi.
Yoona perlahan melepaskan kedua tangan Chanyeol dari bahunya dan mulai membereskan barang-barangnya. "Udah ya, aku nggak papa. Sekarang aku mau turun. Capek."
Satu desahan panjang lolos dari bibir Chanyeol. Ia mengalah, mengikuti Yoona turun dari mobil. Dibawakannya koper kecil Yoona, tak lupa ia ikut masuk untuk sekadar menyapa orang di rumah.
Meskipun ada keraguan tersendiri untuk menemui kedua orang tua Yoona. Kejadian kemarin menjadi bukti bahwa ia sempat kecolongan dan gagal menjaga Yoona dengan baik, dan ia tidak siap menghadapi kedua orang tua Yoona kalau sampai mereka berdua mengetahui kejadian kemarin.
![](https://img.wattpad.com/cover/155634148-288-k588930.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Day by Day
أدب الهواةKumpulan cerita kocak, aneh, dan menggemaskan tentang keseharian Yoona dan Chanyeol. [Diadaptasi dari akun RP Chanyeol dan Yoona di instagram yang aku bikin beberapa waktu lalu. Yang belum follow, boleh difollow dulu yaa namanya @/yoonatheala dan @...