November 23rd (CY's Bday Countdown)

2K 304 80
                                    


Chanyeol

Nov 20, 21:50

Gak usah ngaco. Kalo udah mau pulang kabarin, aku jemput di stasiun. (read)

***

Dua hari berlalu begitu cepat. Yoona tidak sempat memikirkan masalahnya dengan Chanyeol karena jadwal pemotretan yang begitu padat. Tiffany benar-benar memanfaatkan waktu empat hari mereka di sana. Mereka sampai harus berkali-kali pindah lokasi, dari pantai di ujung selatan Yogyakarta sampai Kaliurang, dataran tinggi di sebelah utara.

Tidak terasa mereka sudah dalam perjalanan pulang dengan kereta. Di sebelah Yoona, Tiffany sudah terlelap sejak mereka di Purwokerto. Sementara Yoona terlalu gelisah untuk bisa tidur. Sekitar dua jam lagi ia akan bertemu Chanyeol setelah pembicaraan terakhir mereka di telepon dua hari yang lalu yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

Dua hari terakhir mereka benar-benar tidak saling berhubungan, kecuali tadi sore ketika Yoona mengirimkan foto tiket keretanya, memberi tahu Chanyeol pukul berapa ia akan sampai di Jakarta.

Dalam situasi normal, Chanyeol akan menyambut Yoona dengan cengiran lebarnya dan kedua tangan yang ia rentangkan, menarik tubuh mungilnya ke dalam pelukan beruang. Tapi malam ini Chanyeol langsung membantu membawakan kopernya dalam diam. Ia hanya menyapa Tiffany dan tim Minho sekilas sebelum melenggang begitu saja menuju tempat parkir.

Perjalanan yang biasanya diisi obrolan ringan dan seru mereka berdua pun kini sunyi senyap. Chanyeol fokus menyetir, sementara Yoona duduk menatap jendela samping. Hingga ketika berhenti di lampu merah, Chanyeol melirik jam di dashboard dan bertanya, "Laper nggak?"

Yoona menoleh. "Hm? Nggak, sih. Kamu laper?"

"Nggak juga," balas Chanyeol singkat. Lalu keduanya kembali tenggelam dalam keheningan yang sama sekali tidak terasa nyaman.

Tanpa harus diminta, Chanyeol langsung mengemudikan mobilnya ke arah rumah Yoona. Suasana kompleks perumahan Yoona masih sepi, karena matahari juga belum terbit. Yoona baru akan membuka pintu mobil ketika Chanyeol tiba-tiba mematikan mesin. Ia mengurungkan niat dan kembali duduk bersandar, memilih menunggu karena tahu bahwa ada yang Chanyeol ingin bicarakan. Dan itu membuat jantungnya berpacu lebih cepat.

"Kemarin yang kamu bilang di telepon itu maksudnya apa?" tanya Chanyeol setelah menimbang beberapa saat. Kedua tangannya masih mencengkeram roda kemudi. Ia bahkan tidak menatap Yoona.

Yoona mengangkat bahu pelan. "I don't know."

"Kenapa nggak tau?"

"Ya karena aku emang nggak tau! Aku nggak tau apa yang aku rasain, aku juga nggak tau kita tu sebenernya kenapa." Nada suara Yoona mulai meninggi. Di sampingnya, Chanyeol menghela napas panjang.

"We were actually fine, weren't we? Sampai akhirnya kamu tiba-tiba keluar kota nggak ngabarin, terus ngomong ngaco di telepon."

Yoona tidak tahan untuk tertawa sinis. "Kamu duluan kan yang minta ngejauh dulu?"

"Apa itu artinya kamu bisa pergi jauh tanpa ngabarin sama sekali sampe aku harus denger dari orang lain?"

"Lagian aku juga males ribut sama kamu kalo kamu tau ada Minho juga."

Chanyeol merasa sisa-sisa kesabarannya sudah mulai menipis. Karena ia sedang terlalu lelah untuk ribut, ia pun memejamkan mata dan menarik napas panjang berkali-kali. Dadanya sedikit nyeri. Ada setitik ketakutan yang tidak bisa ia hilangkan.

Ketika Yoona memilih untuk menatap jendela alih-alih menghadapnya.

Ketika Yoona berkata seolah-olah semua tentang hubungan mereka akhir-akhir ini adalah kesalahan.

Day by DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang