When We're Ready

737 149 40
                                    

"Nak, sini bentar dong."

Chanyeol yang sore ini kembali ke rumah hanya untuk mengambil gitar pun urung untuk berjalan keluar karena panggilan mamanya dari arah ruang tengah. Mamanya terlihat sedang menata makanan kering di toples yang memang selalu tersedia di atas meja ruangan itu saat Chanyeol berjalan mendekat.

"Kenapa, Ma?" tanya Chanyeol setelah meletakkan gitar dan menduduki salah satu sofa.

"Lagi nggak buru-buru, kan?"

"Nggak, sih. Ini cuma mau ke studio aja kok."

Melihat gelagat mamanya yang tidak biasa, Chanyeol bisa menebak kalau apapun yang akan dikatakan mamanya ini cukup serius. Apalagi saat mamanya tidak kunjung berbicara, seolah-olah sedang mempersiapkan diri.

"Kamu sama Yoona gimana?"

Alis Chanyeol sedikit terangkat saat mendengar pertanyaan yang begitu tiba-tiba itu. Meski sedikit bingung, Chanyeol tetap menjawab, "Baik-baik aja."

"Kalian nih udah jalan berapa lama, ya? Dari awal kuliah bukan, sih?"

Chanyeol mengangguk lagi. "Udah empat tahun lebih, Ma."

Saat mamanya hanya manggut-manggut, Chanyeol pun tidak bisa menahan lagi rasa penasarannya. "Kenapa, sih? Tumben banget nanyain hubungan aku sama Yoona."

Mama sedikit menghela napas. Ia menutup toples terakhir sebelum sepenuhnya menghadap anak bungsunya. "Kamu ada rencana ke sana?"

"Ke sana?" Perlu beberapa detik bagi Chanyeol untuk memahami makna di balik pertanyaan mamanya. "Oh, maksudnya nikah?"

"Iya. Ada rencana kapan, gitu? Kamu tau sendiri lah, Mama ini kan orang tua. Kalo orang tua kan cuma ngeliatnya kalian ini udah lulus kuliah, udah sama-sama punya uang sendiri, jalan juga udah lama, jadi nunggu apa lagi? Tapi kan ini semua kamu dan Yoona yang ngejalanin, jadi pasti kalian lebih tau," terang Mama panjang lebar.

Chanyeol tersenyum maklum. Ia sangat memahami pemikiran mamanya, karena ia dan Yoona pun beberapa kali mendapatkan pertanyaan serupa dari orang-orang di sekeliling mereka. Tapi baru kali ini ia mendengar langsung dari mamanya.

Karena ia bisa memahami perasaan mamanya, Chanyeol pun berusaha memberikan penjelasan selembut mungkin. "Kalau pengen sih pasti pengen, Ma. Tapi nggak mungkin tahun ini, sih. Mungkin satu tahun atau dua tahun lagi? Karir Chanyeol kan juga belum mapan banget. Masih banyak lah, yang mau Chanyeol capai."

Mama tampak menghela napas, mungkin lega karena akhirnya mendengar kejelasan dari pertanyaannya selama ini. "Tapi Yoona tau, kan, kalau kamu nggak buru-buru?"

"Tau," Chanyeol mengangguk. "Aku pernah ngomongin ini sama Yoona, dan pemikiran dia kurang lebih sama kayak aku."

"Orang tuanya?" tanya Mama lagi. Saat Chanyeol menatapnya tidak mengerti, Mama pun akhirnya menambahkan, "Ada baiknya kamu bilang juga sama orang tuanya. Takutnya mereka nunggu. Kita kan nggak tau pola pikir orang lain, Nak."

Ternyata, obrolan serius ini memang benar-benar serius. Masih untung tidak ada Yura di sini. Kalau ada kakaknya itu, sudah pasti ia harus mendengarkan ceramah panjang lebar tentang komitmen dan kawan-kawannya itu.

"Iya, nanti Chanyeol coba bicarain lewat Yoona dulu, baru ke orang tuanya." Pada akhirnya, Chanyeol tetap harus menenangkan mamanya.

***

Chanyeol pikir, pembicaraan itu hanya akan berakhir di ruang tengah rumahnya. Tetapi, ia masih saja mengulang-ulang obrolan dengan mamanya tadi di benaknya, bahkan hingga berjam-jam sesi latihan di studio dengan Threesixty. Dan semesta seakan sedang berkonspirasi ketika tiba-tiba saja salah seorang teman kuliahnya mengirimkan undangan pernikahan di grup angkatan.

Day by DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang