Kalo chapter ini nulisnya sambil dengerin Cry - CBX. Silakan didengarkan di mulmed :)
***
"Sekarang, dengerin Kakak."
Yoona menggigit bibir bawahnya, menahan isakannya agar tidak terdengar hingga keluar kamar, walaupun air matanya dari tadi mengalir tanpa henti. Tangan kanannya menggenggam ponsel erat, mendengarkan apapun yang akan dikatakan kakaknya.
"Kamu nggak harus terlihat kuat setiap waktu, Na. Ada kalanya kamu ngerasa lemah, ngerasa nggak pede, ngerasa nggak worth it. And that's normal. Dan saat itu terjadi, Kakak mau kamu nggak memendam semua sendiri. Nggak ada gunanya menanggung semuanya sendiri. Kamu punya Kakak, punya Papa Mama, Seohyun, Chanyeol, temen-temen kamu yang lain juga. It's okay to show them your weakness. Mereka, kami, nggak akan judge kamu seperti yang kamu takutkan. We'll help you, because we love you regardless."
Yoona makin terisak, seolah-olah setengah jam terakhir, ditambah satu jam penuh setelah ia sampai di rumah tadi sore, ia belum menangis keras. Air matanya seperti tidak ada habisnya.
"And when that happens, please reach out to us. Jangan tenggelam sama masalahmu sendiri."
Setengah jam lalu, beberapa menit setelah tengah malam, Yoona tiba-tiba mendapat telepon dari Yuri. Ia sempat mengernyit heran karena biasanya Yuri akan menyesuaikan jam Indonesia jika akan telepon orang rumah.
Baru kalimat pertama saja, Yoona sudah ingin menangis.
"Kamu kenapa?" hanya itu yang dikatakan Yuri, tapi mampu membuat pertahanan Yoona luruh seketika. Dan mengalirlah semua yang Yoona coba pendam akhir-akhir ini. Ini pertama kalinya ia menceritakan keseluruhan masalahnya pada seseorang.
Setelah mendengar cerita panjang Yoona, yang ia ceritakan sambil menangis, Yuri menghela napas panjang. Dari dulu, ia sangat tau tabiat adiknya yang tidak mau terlihat lemah ini. Seolah-olah menunjukkan kelemahan setitik saja bisa membuat hidupnya tidak tenang. Sampai akhirnya ia sendiri yang tenggelam dalam semua masalahnya.
"Don't push people away," pesan Yuri terakhir kali. "Kakak yakin Chanyeol nggak akan ninggalin kamu setelah dia tau semua masalah kamu. Dan jangan tinggalin dia hanya karena kamu merasa nggak pantes. That's bullshit. Itu namanya kamu nggak adil sama dia."
Yoona tidak bisa memejamkan mata bahkan setelah hampir satu jam pembicarannya dengan Yuri di telepon berakhir. Ia bergelung di dalam selimut, meringkuk memeluk guling. Sesekali air matanya masih mengalir, tapi dadanya entah mengapa jauh lebih lega.
Menatap jam di nakas, Yoona baru sadar bahwa ini sudah memasuki tanggal 27 November, hari ulang tahun Chanyeol. Yoona harap Chanyeol tidak menunggu teleponnya, seperti tahun-tahun sebelumnya karena Yoona selalu jadi yang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya.
Untuk malam ini, Yoona ingin sendiri. Biarkan ia menyembuhkan dirinya sendiri.
Dalam kegelapan kamar malam itu, Yoona berbisik lirih, "Happy birthday, Chanyeol," sebelum tenggelam dalam dunia mimpi.
***
"Selamat ulang tahun, Sayang." Pelukan Mama langsung menyambut Chanyeol pagi itu begitu ia sampai di ruang makan.
Di meja makan, Papa tersenyum ke arahnya. Beliau tidak pernah mengucapkannya, tapi Chanyeol langsung tau hanya dengan menatap matanya. Untuk itu Chanyeol juga hanya tersenyum dan mengangguk singkat.
"Kok nggak seneng gitu sih keliatannya lagi ulang tahun?" Mama setengah merajuk karena menurutnya Chanyeol tidak terlalu antusias dengan pelukannya barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day by Day
FanfictionKumpulan cerita kocak, aneh, dan menggemaskan tentang keseharian Yoona dan Chanyeol. [Diadaptasi dari akun RP Chanyeol dan Yoona di instagram yang aku bikin beberapa waktu lalu. Yang belum follow, boleh difollow dulu yaa namanya @/yoonatheala dan @...