Together, Still

1.5K 278 59
                                    

Yoona

Gue gak bisa tenang. Jantung gue bertalu-talu. Jari-jari gue gak bisa berhenti mengetuk-ngetuk setir. Saking gugupnya, gue sampe gak kepikiran untuk mematikan mesin mobil meskipun harusnya udah gue lakukan 10 menit yang lalu setelah gue sampai di sini. 

Dan harusnya Krystal udah keluar dari gedung di depan gue itu. Tapi sampai detik ini, sosoknya belum juga keliatan. Gue cuma takut kalau dia gak muncul sekarang juga, gue akan berubah pikiran dan langsung pergi dari sini.

Gak pernah gue segugup ini mau dateng ke konser Threesixty.

Semalem, sebelum nganeterin gue ke studio Threesixty, Krystal memaksa gue untuk dateng ke konser penutupan tour mereka. Katanya, "Belum tentu taun depan mereka bisa konser lagi kan, Na?" 

Awalnya gue langsung menolak ide itu meskipun dalam hati. Tapi, setelah kejadian semalam dan tadi pagi, entah mendapat keberanian dari mana gue sore ini tiba-tiba memutuskan untuk dateng. Karena rasanya aneh aja kalo gue gak dateng. Di luar masalah gue sama Chanyeol, mereka berempat itu bisa dibilang temen-temen deket gue. Gue pikir gak ada salahnya gue dateng untuk kasih support temen-temen gue sendiri.

Sebelum berangkat tadi gue masih berpikir ini adalah ide brilian. Tapi sekarang, gue gak yakin. What should I say to him? Gue harus gimana nanti di depan Chanyeol? Semalem aja gue harus pura-pura tidur karena mendadak gak sanggup ngadepin dia.

Untung gak lama kemudian, gue bisa liat Krystal keluar dari pintu belakang dan berlari ke arah mobil gue. Kalo udah begini, gue gak mungkin bisa kabur lagi.

"Lo telat setengah jam!" Krystal langsung menghakimi begitu gue turun dari mobil.

"Gue bisa nyampe di sini aja udah keajaiban, Tal."

Krystal menyipitkan mata, keliatan gak setuju dengan pemikiran gue. Tapi kita berdua tau dia gak bisa melakukan apa-apa soal itu.

"Ya udah, yuk! Nanti kita minta tolong Mas Andi buat dapet tempat di depan." Krystal langsung menarik tangan gue dan mengajak gue untuk jalan bersama.

"Gue gak nonton dari depan." Kalimat gue ini langsung menghentikan langkah Krystal. Alhasil gue pun ikut berhenti.

"Terus?"

"Dari belakang panggung aja. Atau dari samping. Gue gak bisa nonton dari depan." Karena gue gak mau Chanyeol liat gue nonton dia. Meskipun posisi dia paling belakang karena dia drummer, mata dia selalu jeli buat menemukan posisi gue tiap kali dia manggung. I just don't want to face him yet.

Krystal mungkin langsung paham apa yang gue rasakan. Dia mendesah panjang, mengalah dan maklum sama keputusan gue ini. "Oke deh, gue temenin," cuma itu yang dia katakan setelahnya.

Gue pernah bilang belum sih, kalo gue paling suka ngeliat Chanyeol ngelakuin hal-hal yang dia suka? Salah satunya ini. Ngeliatin dia kayak orang kesurupan di panggung, gebuk-gebuk drum dengan sekujur tubuh yang udah pasti basah karena keringat. 

Dia selalu terlihat paling terang ketika dia di atas sana. Tubuhnya terlihat ringan. Hidupnya kayak gak ada beban, padahal gue tau dia pasti stres karena besok harus seminar proposal. Dan mungkin juga stres karena masalah kita berdua.

He's Chanyeol Archibald, the man I fell in love with and still do. But also the one I hurt the most because I can't deal with myself.

Mereka gak lagi bawain lagu sedih, tetapi gue harus mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh di pipi gue. Dari ekor mata, gue bisa ngeliat Krystal sempat melirik ke arah gue walaupun setelah itu dia gak melakukan apa-apa.

Orang-orang di belakang panggung udah siap-siap karena konser mau selesai. Gue mendadak gugup lagi. Panik, karena sebentar lagi gue akan berhadapan dengan Chanyeol di depan banyak orang. 

Day by DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang