Yoona
Waktu memutuskan buat daftar jadi freelancer di Breakthru, yang ada di pikiran gue cuma satu. Gue mau jadi penyiar radio. Titik. Tanpa karena.
Waktu akhirnya diterima, gue seneng banget sekaligus nervous. Seneng karena keinginan gue tercapai, nervous karena gue gak tau apakah gue bisa atau gak. Untung orang-orang di sini baik, semua membimbing dan membantu gue.
Tiga tahun gue di sini. Dari awal masa training, terus cuma disuruh baca berita yang durasinya gak sampai dua menit, sampai akhirnya dipercaya buat pegang program sendiri, semua gue lalui dengan kerja keras penuh. Semua karir gue di luar, mulainya dari Breakthru.
Tapi, gue gak mau hanya bertahan di satu tempat. Gue pengen coba sesuatu yang baru, eksplor yang lebih luas lagi.
Ninggalin Breaktrhu bikin gue sedih, tapi gue harus terus berjalan, kan?
"Hari terakhir banget nih siaran sama lo?" Mas Juan, operator yang selalu setia sama gue ini juga kelihatan sedih. Waktu gue bilang mau selesaiin kontrak akhir bulan ini beberapa waktu yang lalu pun dia udah terang-terangan bilang kalo dia gak rela gue pergi.
Sedih rasanya ninggalin tempat yang hampir tiap hari gue datengin. Tempat gue ngoceh dan berinteraksi sama pendengar tiap Rabu dan Kamis. Tempat yang kadang bikin stres tapi selalu bikin ilagi juga.
Gak banyak barang yang gue tinggal di kantor ini. Paling cuma sandal kamar bulu-bulu yang dibeliin Chanyeol dulu sama selimut hello kitty karena gue sering kedinginan kalo lagi siaran. Jadi, gak butuh waktu lama buat gue beres-beres dan siap-siap cabut.
Gak ada pesta perpisahan atau apapun itu karena semua masih sibuk. Gue pasrah dipelukin sana-sini sambil ditepuk-tepuk.
Duh, kan, belum apa-apa gue udah kangen.
Setelah gue pamit ke semuanya, dari teman sesama penyiar, orang-orang atas, sampai OB dan satpam, gue keluar dari gedung ini. Setengah hati gue tertinggal di sana, tapi setengahnya lagi siap diisi dengan hal-hal lain yang lebih menantang.
Tapi langkah gue langsung terhenti waktu gue melihat sosok yang gak asing di parkiran, berdiri tepat di sebelah mobil gue. Penampilannya berantakan kayak orang kurang tidur. Tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku jaket sementara tangan kanannya memegang buket bunga.
Rasanya asing melihat sosoknya dari dekat, terutama setelah gue berusaha menghilangkan bayang-bayangnya selama ini.
Sisi jahat gue berniat mengabaikannya, tetapi sisi baik gue memilih untuk menunggu. Mungkin memang ada yang perlu dia sampaikan. Nggak mungkin, kan, dia dateng ke sini dari entah kota mana, cuma buat berdiri di parkiran Breakthru tanpa tujuan?
Karena sisi baik gue yang menang, gue berdiri di tempat, menunggunya mengatakan sesuatu. Dia terlihat kikuk. Berkali-kali dia mengusap bagian belakang kepalanya yang gak tertutup topi.
Gak tau berapa lama gue dan Chanyeol berdiri diam berhadap-hadapan seperti ini. Dua menit? Lima menit? Lima belas menit?
Sampai akhirnya dia mengulurkan buket bunga itu ke hadapan gue. "Hari terakhir kamu siaran, kan? Ini buat ucapan selamat, sekaligus good luck buat adventure baru yang lain."
Gue hanya terpaku, berkali-kali menatap bergantian wajahnya dan bunga itu.
"Kamu... dari mana?" hanya itu yang bisa keluar dari bibir gue.
Dia tersenyum tipis, walaupun senyum itu gak sampai ke matanya. "Aku dari Semarang. Dari bandara langsung ke sini naik taksi."
Kenapa, Chan? Kenapa kamu bela-belain kabur dari tour cuma buat ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Day by Day
ФанфикKumpulan cerita kocak, aneh, dan menggemaskan tentang keseharian Yoona dan Chanyeol. [Diadaptasi dari akun RP Chanyeol dan Yoona di instagram yang aku bikin beberapa waktu lalu. Yang belum follow, boleh difollow dulu yaa namanya @/yoonatheala dan @...