Gimana rasanya pacaran bertahun-tahun? 5 tahun sebagai teman dekat, 3 tahun lebih sebagai pacar. 8 tahun sama-sama.
Rasanya?
Seperti menempati sebuah rumah. Tiap hari melakukan banyak hal di rumah ini; dari bangun tidur sampai tidur lagi. Begitu terus tanpa henti. Banyak kebiasaan yang dilakukan. Dan memori-memori tentang apapun yang kita lakukan di rumah ini, satu-persatu memenuhi dinding.
Rasanya... seperti dia adalah pusat dunia gue.
Dia, Chanyeol, adalah pusat dunia gue. Rumah itu adalah hubungan kami berdua, dan dia adalah pemilik rumah itu. Bersama gue.
Tapi suatu saat tiba-tiba ada bagian atap dari rumah itu yang bocor. Gue yang pertama kali tahu, dan gue sedang mencoba memperbaiki sendiri karena gue gak ingin Chanyeol tahu kalau rumah sempurna ini juga bisa rusak. Karena Chanyeol benci sesuatu yang gak pada tempatnya, yang gak semestinya.
Kalau dia tahu atap rumah itu bocor, dia akan mencari-cari apa yang salah. Ujung-ujungnya dia akan menyalahkan diri sendiri yang gak becus urus rumah. Lebih baik gue perbaiki sendiri biar dia gak kepikiran.
Bagian terakhir tentang atap bocor itu, adalah perasaan gue dua hari ini.
Lucu, ya? We've been through a lot. Sempat putus di awal pacaran, LDR, cemburu-cemburu gak jelas, basically ups and downs in life kami habiskan bersama-sama. Tapi hanya karena masalah ini, semua jadi buram.
Karena masalah yang mungkin dianggap hanya ini berhasil membuka mata gue. Dua hari ini gue jadi lebih banyak berpikir. Gue tiba-tiba saja bisa melihat jelas keseluruhan hubungan gue sama Chanyeol selama ini.
Ternyata memang banyak bagian yang rumpang. Ternyata banyak lubang-lubang di rumah ini yang udah ada dari lama, tapi gak pernah kita lihat karena kita terlalu fokus pada kesempurnaan rumah ini.
Terlalu banyak, sampai membuat gue takut. Gue mulai kehilangan rasa aman di rumah ini.
"Pak Herman gak dateng lagi?"
Untung gue masih harus sibuk di kampus, jadi gue gak punya banyak waktu untuk berpikir lebih dalam lagi. Gue butuh distraksi agar pikiran gue ini gak selalu berujung ke tempat yang sama.
"Dia ke luar kota seminggu," jawab gue tanpa melirik Irene.
Saat ini gue, Irene, dan Suho lagi di kantin, tempat nongkrong unofficial kami bertiga setelah sama-sama sibuk urus skripsi dan jarang punya waktu untuk jalan bareng lagi. Jadi inget, dua hari yang lalu posisi gue juga begini, di kantin sama Irene dan Suho. Bedanya, waktu itu gue nangis-nangis karena omongan orang yang gak sengaja gue denger.
"Syukur deh muka lo udah gak keliatan depresi," komentar Irene setelah mengamati wajah gue. "Gue takut masalah kemarin jadi berkepanjangan."
Gue emang gampang banget kepikiran dan Irene tahu itu, gak heran kalau dia khawatir. Gue pikir gue juga akan kepikiran hal ini sampai mungkin nanti gue wisuda, tapi ternyata ada yang lebih menyita pikiran gue.
"Pasti gara-gara Chanyeol, lah. Dia ketemu Chanyeol semenit juga balik lagi kayak semula."
Kata-kata Suho langsung membuat gue diam. Mendengar nama itu disebut entah kenapa dada gue jadi sesak.
"Eh iya Threesixty bukannya mau tour? Belom berangkat emang?"
Terlalu berkutat sama masalah gue sendiri, gue jadi lupa kalau Threesixty akan mengadakan konser di beberapa kota besar di Jawa dan Bali mulai akhir minggu ini. Agak gila emang, tour di saat lagi hectic skripsi. Tapi katanya sih mereka emang lagi pengen kabur dari kewajiban dulu selama dua minggu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Day by Day
FanfictionKumpulan cerita kocak, aneh, dan menggemaskan tentang keseharian Yoona dan Chanyeol. [Diadaptasi dari akun RP Chanyeol dan Yoona di instagram yang aku bikin beberapa waktu lalu. Yang belum follow, boleh difollow dulu yaa namanya @/yoonatheala dan @...