🎐Prolog🎐

165K 5.8K 179
                                    

Ada beberapa orang yang pernah berkata bahwa cinta itu datang karena terbiasa. Namun jika ketika sudah terbiasa bersama tetapi cinta itu belum jua datang, maka siapa yang salah? Orang orang yang berkata, atau si manusia yang menjalaninya?

Orang orang juga banyak yang berkata bahwa sebuah hubungan harus di landaskan oleh sebuah perasaan yang bersambut. Jika hanya sebelah sisi saja maka apa gunanya menjalin hubungan? Di satu sisi ada perasaan hambar, sedangkan di sisi lain tentu akan berasa sakit jika salah satu dari mereka tahu bahwa perasaannya tidak berbalas.

Di sebuah kafe bernuansa putih dengan hiasan bunga di beberapa sudut, terduduk seorang remaja laki laki. Usianya baru menginjak 17 tahun beberapa hari yang lalu, cowok itu datang disana sendirian tanpa ada seseorang yang menemani.

Ia menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung remaja lainnya, yang putri terutama. Tubuhnya tinggi dan dihiasi otot otot kekar yang tercetak jelas di kaos berwarna putih nya rasanya merupakan salah satu daya tarik bagi sebagian orang untuk memandangi nya.

Sebagian orang lagi justru tertarik karena wajahnya yang terbilang cukup tampan, dengan alis yang tebal, hidung mancung, dan juga rahang yang tegas membuat siapapun tentu enggan untuk melepaskan pandangannya dari cowok itu.

Cowok tampan itu melirik kearah pintu ketika mendengar benda berbentuk kotak itu berderit, seorang gadis dengan rambut panjang terurai masuk kedalam kafe. Parfum nya yang beraroma bubble gum langsung dapat terhirup oleh cowok itu meski mereka berjarak beberapa kaki.

Gadis itu tersenyum ketika mendapati cowok itu menatap kearahnya, tanpa berlama lama gadis itu berjalan ke meja dimana cowok itu sedari tadi duduk.

"Hai, udah lama?" Gadis itu tersenyum, menampakkan lensung pipi yang semakin mempermanis senyumannya.

"Baru kok," balas cowok itu singkat, seperti biasa.

"Mau bicara in apa? Penting ya?" tanya gadis itu.

"Mau pesen apa?" Cowok itu justru ganti bertanya.

Gadis itu menghela nafasnya, tangannya lalu terulur memegang tangan lawan bicaranya ini ia tersenyum lagi lagi. "Kamu mau ngomongin apa Genta? To the point aja."

Cowok yang bernama lengkap Magenta Ardhiyasa itu menatap gadis di depannya ini dengan muka datar. Ternyata gadis itu sudah dapat menebak bahwa Magenta mengajaknya bertemu untuk membicarakan sesuatu yang serius.

Di balik wajah datar nya saat ini, Magenta menyembunyikan beragam rasa bersalah. Cowok itu menyembunyikan beragam penyesalan karena pada ujungnya ia harus menyakiti hati bidadari sebaik gadis di depannya ini.

"Gue... Gue minta maaf," ucap Magenta setelah terjadi keheningan yang cukup panjang.

"Maaf? Untuk apa?" Gadis itu menautkan alisnya bingung, ia tak mengerti untuk apa Magenta meminta maaf disaat cowok itu tidak memiliki kesalahan apapun kepadanya.

"Gue minta maaf karena gue gak bisa membalas perasaan lo selama ini."

Gadis itu kembali tersenyum, tidak ada sedikitpun kilatan kesedihan yang ia tampakkan di wajah cantiknya. Dia sudah dapat menebak bahwa hari ini pasti akan datang, bahkan jauh sebelum semuanya terjadi.

"Aku tahu kok. Aku yang salah karena mencoba mengganti posisi dia di hidup kamu, aku minta maaf."

Disaat dimana seseorang seharusnya menangis, gadis itu justru tetap berdiri tegar di tempatnya dengan senyum yang masih saja menghias.

"Ran, maafin gue ya?"

"Kamu gak salah Genta, semua salah aku."

"Please, jangan benci sama gue."

MAGENTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang