Entah bagaimana ceritanya Magenta bisa penasaran dengan hubungan Magika yang sebenarnya dengan Dani. Setelah melihat mereka berduaan kemarin sampai malam bahkan sampai besok paginya benak Magenta terus saja bertanya-tanya.
Dia tak tahu apa alasannya, tapi dia sangat penasaran.
"Jo, menurut lo Magika punya pacar?"
Jo menoleh, kerutan jelas tampak di kening cowok keturunan tionghoa tersebut. Cukup aneh mendengar Magenta bertanya seperti itu. "Kenapa lo nanya gitu?"
"Ya gue penasaran aja," jawab Magenta sekenanya. Tak mungkin juga ia bercerita mengenai ia sampai sulit tidur hanya gara-gara melihat Magika dan Dani berduaan kemarin. Kalau Magika dengar, bisa-bisa gadis itu jadi besar kepala nantinya.
Jo mengendikkan bahunya. "Gak tahu gue, tanya aja sama anaknya langsung."
"Terus, kalo dia sama Dani itu hubungannya apa? Kelihatannya kok nempel banget."
"Lo cemburu Gen?" tanya Vino dari bangku depan.
Spontan Magenta menggeleng. Mana ada ia cemburu, memang Magika siapa sampai harus ia cemburui? Kata cemburu bukan kata yang tepat Magenta rasa, ia hanya penasaran. Sudah, sebatas itu saja.
"Wah, sohib gue terpikat pesonanya si cewek absurd," ucap Jo sambil terkekeh geli. Alisnya naik turun menggoda Magenta yang sudah terlihat salting di tempatnya.
Detik selanjutnya Jo dan juga Vino sudah saling melempar godaan demi godaan yang mereka tujukan untuk Magenta. Magenta lama-lama tidak betah juga, cowok yang menggunakan hoodie maroon nya itu memilih berdiri dan melangkah meninggalkan kelas.
Tempat yang ia tuju adalah kantin, ia memesan segelas es teh dari warung mang Ujang seperti biasa. Ia harus segera menurunkan tensi dalam tubuhnya yang baru saja dibuat tinggi oleh kedua sahabatnya.
Ketika Magenta baru saja hendak keluar dari warung Mang Ujang dengan segelas es teh di tangannya, dengan tidak terduga seseorang menginjak kakinya sampai membuat cowok itu memekik keras sambil mengumpat.
"Sakit bangsat!"
Mata gadis yang menginjak kaki Magenta tampak melebar, gadis itu ikut panik melihat Magenta yang memekik kesakitan akibat ulah dari sepatu pantofelnya.
"Genta, sorry. Gue gak sengaja, sumpah."
Dengan muka kesal Magenta menatap wajah gadis berambut panjang tersebut. "Iya gak apa-apa. Lo mau pesen makanan Gi?"
Dengan sedikit kaku Magika menganggukan kepalanya.
"Habis pesen, duduk semeja sama gue," ucap Magenta, lalu cowok itu berjalan menuju salah satu meja kosong yang terdapat di sana.
Magika menatap Magenta dengan raut kebingungan yang tampak jelas di wajahnya. Gadis berambut panjang itu tak ingin memilkirkannya lebih lanjut, ia justru memilih untuk langsung memesan makanan lalu membawanya ke sebuah meja yang berjarak beberapa meja dari tempat Magenta duduk.
Magika berniat menjaga jarak dengan Magenta, jika benar Laras dan Magenta memang ada sesuatu ia tentu tidak ingin lagi masuk ke kehidupan Magenta menjadi pengganggu, apalagi jadi orang ke tiga.
Baru saja Magika menyuap bakso pertamanya, mulutnya harus dipakasa berhenti mengunyah karena tiba-tiba saja Magenta berpindah tempat duduk dan duduk di sebelahnya.
Dengan susah payah Magika menelan hasil kunyahannya, tangannya lalu terulur untuk menyentuh sedotan, mengarahkannya ke mulut dan menyeruput jus mangga itu beberapa kali tegukan.
"Lo gak ngerti maksud dari perkataan gue tadi?" tanya cowok itu.
"Gue pengennya duduk di sini. Lagian kenapa sih, tumben banget minta gue duduk sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGENTA
Roman pour Adolescents#1 FiksiRemaja 16 Agustus 2019 Magenta Ardhiyasa. Pentolan Band The Rythm dengan suara dan tampang yang sama-sama mempesona. Siapa yang tidak mengenalnya? Seisi SMA Andalas mengenalnya, bahkan banyak yang menjadikannya sebagai ikon Pacar idaman. Dib...