🎐MAGENTA | 54🎐

45.9K 3.1K 435
                                    

Wajib vote dan comment yang banyak, bodo amat ga mau tauuu😜😜

🎐

Sekuat apapun inginku untuk mendapatkan mu, tetap saja aku ini hanya manusia biasa yang bermain dengan logika dan memiliki titik lelah

🎐

Dua hari terlewati sejak kejadian memilukan itu, hati Magika masih terasa perih. Di saat-saat ia sendirian, benar-benar sendiri terkadang ia menangis. Nafsu makannya hilang, dan dia jadi lebih murung dari biasanya.

Baru kali ini Magika merasa patah hati sampai sebegininya.

Dia tidak ingin menyalahkan orang lain di sini. Karena sesungguhnya dirinya sendiri lah yang salah. Dia salah karena terlalu berharap banyak pada seseorang yang mungkin memang hanya akan ada dalam angannya, tidak akan pernah tergapai---sampai kapanpun.

Bel istirahat sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, Olla sudah terlebih dahulu pergi ke kantin. Sedang Magika, dia memilih untuk menuju kamar mandi terlebih dahulu. Dia ingin buang kecil sekaligus membasuh wajahnya yang kian hari terlihat kian suram. Sama seperti kisah cintanya kali ini.

Ketika ia hendak berbelok ke kanan, tepatnya ke arah kamar mandi suara berat seseorang memanggil namanya. Mendengar suara orang yang sangat ia damba itu membuat perasaannya yang semula sudah sedikit lebih baik mendadak kembali ke keadaan semula. Sesak itu kembali menghantam, namun Magika berusaha keras untuk biasa saja. Dia benar-benar berusaha untuk menahan tangisnya. Dia tidak boleh terlihat lemah di hadapan orang lain.

"Gi, tunggu!" seru orang itu kembali. Magika menghentikan langkahnya, ia menoleh menatap Magenta dengan wajah datar. Sejujurnya ia bingung harus berekspresi seperti apa saat ini.

"Lo mau ke mana?" tanya Magenta ketika jarak di antara mereka hanya menyisakan satu langkah.

"Kantin, tapi gue mau ke kamar mandi dulu," jawab Magika apa adanya. Nada bicaranya terdengar tidak seceria biasanya, dan Magenta cukup peka dengan hal itu.

"Gi, are you okay?" tanya Magenta dengan nada khawatir yang mendominasi.

"Gue gak apa-apa," jawab Magika.

"Lo marah sama gue?"

"Buat apa?"

"Karena gue ngebatalin janji kita mungkin?"

Magika menarik senyumannya, senyum getir yang membuat dadanya semakin sesak. "Gak masalah, dibandingkan urusan lo itu gue kan memang bukan apa-apa."

[BEBERAPA BAB TELAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PROSES PENERBITAN, BUAT YANG MAU BACA LEBIH LENGKAP BISA IIKUTAN PRE ORDERNYA TANGGAL 24 SEPTEMBER, ATAU BELI NOVELNYA. TERIMAKASIH SUDAH MAU MEMBACA CERITA INI❤]

---

MAGENTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang