Hari ini Magika mengikuti rapat OSIS yang diselenggarakan untuk membahas beberapa hal. Seharusnya Magika merasa senang karena dengan begitu artinya ia akan terbebas dari semua mata pelajaran, dan bonusnya ia juga pasti akan konsumsi. Hitung-hitung hemat uang jajan juga.
Namun tidak untuk hari ini. Ada perasaan yang mengganjal ketika harus berada satu ruangan dengan Rendy, terlebih saat ini posisi Rendy berada tepat didepannya. Badan Magika panas dingin ketika menatap wajah cowok itu.
Berulang kali Magika sudah berusaha mengalihkan pandangannga kearah layar untuk menyimak presentasi yang sedang berlangsung, namun perasaanya terus-terusan tidak tenang. Ia merasa sedari tadi Rendy memerhatikan dirinya, meski ketika ia tengok ia tidak menemukan hal tersebut.
Magika menghela napasnya lega ketika Rendy menutup rapat hari ini. Gadis itu segera beres-beres untuk pulang. Sekolah sudah selesai sejak satu jam lalu, itu artinya ia tak perlu repot-repot untuk kembali ke kelas.
Dengan secepat kilat Magika berjalan menuju pintu keluar, ia ingin segera pulang. Hawa di ruang OSIS sama sekali tidak enak khusus hari ini.
"Magika!" Panggilan itu membuat Magika seketika menghentikan langkahnya, ia kemudian menoleh kebelakang menatap gadis berkerudung yang baru saja memanggil namanya.
"Pulpen lo ketinggalan," ucap Disa sambil mengangkat pulpen merah jambu milik Magika. Gadis berkerudung itu kemudian melangkah maju mendekat kearah Magika.
Tepat di belakang Disa, Rendy juga ikut berjalan. Perasaan deg deg an langsung menyelimuti Magika, wajah dingin cowok itu seolah ikut menurunkan suhu di sekitarnya.
"Makasih ya," ucap Magika setelah menerima pulpen dari Disa.
"Kalian ngehalangin jalan gue, minggir!" bentak Rendy tiba-tiba. Refleks Disa dan Magika membukakan jalan untuk Rendy dan membiarkan cowok itu untuk melintas.
"Mau ke parkiran bareng?" tawar Magika.
Guratan kebingungan langsung tergambar di wajah Disa. Seumur-umur kenal, baru kali ini Magika memberinya tawaran seperti itu. Jadi agak mengherankan saja ketika Magika mengatakan hal itu.
Namun Disa enggan bertanya kenapa tiba-tiba saja sikap gadis itu sedikit berbeda. Disa hanya memberi senyuman hangat disertai dengan gelengan kepalanya.
"Lo duluan aja, gue mau ke kelas dulu. Ambil buku yang ketinggalan."
Magika mengangguk, ia tidak akan memaksa untuk ikut atau apapun. Tawarannya hanya sekedar basa basi semata sebenarnya, jika Disa mau ikut ya syukur jika tidak ya tidak masalah. Ia tidak akan memaksa.
"Yaudah, gue duluan," ucap Magika. Kemudian gadis itu melangkahkan kakinya meninggalkan Disa.
Sekolah sudah sangat sepi, ketika Magika menengok ke dalam kelas-kelas yang ia lewati ia hanya melihat bangku-bangku disana. Tiada lagi aktivitas belajar mengajar yang terjadi.
Langit sudah tidak secerah beberapa jam lalu, awan hitam mulai menyelimuti. Hujan nampaknya akan segera turun dalam waktu dekat. Magika mempercepat langkahnya untuk mencapai parkiran, ia tidak ingin kehujanan karena ia bukanlah kalangan anak-anak hits yang berangkat sekolah menggunakan mobil. Ia hanya menggunakan motor matic sebagai moda transportasi sehari-harinya.
Ketika sampai di lorong terakhir yang akan menghubungkannya langsung dengan parkiran, tiba-tiba saja tangannya ditarik menuju ke bawah tangga. Magika kaget bukan main, dan ketika ia menatap orang yang menariknya secara kasar tersebut perasaan tidak enak lansung menyelimutinya kembali.
Tatapan cowok itu begitu tajam dan juga diiringi dengan napas yang memburu. Magika di dorong paksa ke sudut tembok. Ia berusaha lari, ia berusaha menghindar, namun cowok itu menahannya. Ia mencengkram lengan Magika kuat kuat sampai membuat lengan gadis itu memerah.
![](https://img.wattpad.com/cover/161412637-288-k201070.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGENTA
Ficção Adolescente#1 FiksiRemaja 16 Agustus 2019 Magenta Ardhiyasa. Pentolan Band The Rythm dengan suara dan tampang yang sama-sama mempesona. Siapa yang tidak mengenalnya? Seisi SMA Andalas mengenalnya, bahkan banyak yang menjadikannya sebagai ikon Pacar idaman. Dib...