Pelajaran Bu Jeni hari ini membuat Magenta benar-benar mengantuk, atau teknisnya memang selalu sukses membuatnya ingin buru-buru pulang dan tidur di kasur nya yang empuk.
Entah sudah yang keberapa kalinya ia menguap, pelajaran ini benar-benar membosankan. Hampir dua jam pelajaran berlalu dan Magenta tidak merasakan bahwa ia mendapat sesuatu yang berfaedah.
Ia hanya melihat bermacam-macam reaksi kimia di depan sana tanpa mengerti apa ataupun bagaimana reaksi itu dapat terjadi. Meski ini merupakan tahun keduanya mempelajari kimia, tetap saja unsur unsur kimia di papan tulis itu terasa asing baginya.
Tiba-tiba saja Magenta mengangkat tangannya seraya memanggil nama Bu Jeni, sontak guru itu menoleh dan menanyakan apa tujuan Magenta mengangkat tangannya seperti itu.
"Saya mau izin ke toilet Bu," ucap Magenta.
Tanpa ber lama lama Bu Jeni langsung mengizinkan Magenta untuk pergi ke toilet. Dengan senyum mengembang Magenta berdiri sembari mengedipkan sebelah mata pada Jo yang memandangnya kesal karena tidak diajak dalam rangka bolos kali ini.
Iya, Magenta bukan mau pergi ke toilet. Toilet hanyalah alibi supaya ia bisa keluar kelas lebih cepat dari yang seharusnya. Lagipula tadi juga sudah di absen, jadi tidak mungkin juga kan ia akan dianggap alpa hanya karena ia keluar di saat saat terakhir.
Tempat yang Magenta tuju setelah keluar dari kelas adalah kantin, setelah memesan satu mangkok mie ayam beserta es jeruk cowok itu melangkahkan kakinya menuju salah satu meja yang berada di pojok kantin. Ia memilih tempat itu dengan alasan sederhana.
Pojok kantin merupakan tempat yang terhindar dari sinar matahari yang menyilaukan mata, dan lagi di sana terdapat sebuah kipas angin yang menyejukkan.
Magenta memulai sesi makannya dengan meyuapkan se sendok mi ayam ke mulutnya, kunyahannya terhenti ketika ia melihat Magika tiba-tiba saja datang dan duduk tepat di depannya.
"Hai Gen, selamat siang," ucap Magika sambil meletakkan semangkok bakso di atas meja.
"Lo gak bosen ngikutin gue?" tanya Magenta setelah ia menelan suapan nya tadi.
Magika menggeleng polos, ia seolah tidak peduli dengan pertanyaan itu. Magika memilih untuk langsung menyantap bakso yang ia pesan.
Merasa tidak direspon sama sekali Magenta mendengus sebal sambil memutar bola matanya. Kelihatannya sebentar lagi versi menyebalkan gadis itu akan muncul kembali ke permukaan.
"Oh iya, lo kok disini? Bukannya ini lagi pelajarannya Bu Jeni?" tanya Magika.
Saking menyukai Magenta, Magika sampai mencari tahu seluk beluk hidup cowok di depannya ini. Bahkan sampai jadwal pelajaran Magenta pun Magika hapal.
"Gue bolos," jawab Magenta.
"What? Bolos? Seriusan?" Magika memasang ekspresi kaget.
Magenta mengangguk namun di wajahnya tersirat sebuah pertanyaan. Kenapa Magika harus se kaget itu mendengar nya sedang bolos saat ini? Memangnya kenapa? Tidak boleh?
"Gue pikir lo anak baik-baik yang gak suka bolos," ucap Magika.
Selama ini pikiran Magika selalu mendoktrin bahwa Magenta adalah anak yang baik-baik. Jadi tentu saja melihat cowok itu disini dan berkata ia sedang bolos sangat membuatnya terkejut.
"Lo sendiri, kenapa disini? Bukannya belum waktunya istirahat?"
Magika nyengir kuda, ia memang sengaja bolos saat ini. Materi Trigonometri yang diajar oleh Pak Bambang tadi membuatnya mengantuk parah. Jadi dari pada tertidur dan pada akhirnya dihukum, Magika lebih memilih berpura-pura sakit dan izin untuk ke UKS. Beruntungnya guru yang mulai botak itu tidak curiga dan membiarkannya pergi dengan damai.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGENTA
Teen Fiction#1 FiksiRemaja 16 Agustus 2019 Magenta Ardhiyasa. Pentolan Band The Rythm dengan suara dan tampang yang sama-sama mempesona. Siapa yang tidak mengenalnya? Seisi SMA Andalas mengenalnya, bahkan banyak yang menjadikannya sebagai ikon Pacar idaman. Dib...