"Magenta! Berhenti lo!"
Suara yang menginterupsi itu membuat cowok yang menggunakan topi hitam itu berhenti sejenak lalu memutar balikkan badannya menatap gadis dengan hoodie pink yang memanggilnya barusan.
"Yes, kenapa?" tanyanya dengan wajah polos serta senyum miring yang tercetak di wajahnya. Sebenarnya tanpa perlu bertanya lagi Magenta sudah tahu alasan gadis itu memanggilnya. Apa lagi kalau bukan akibat keisengannya di snapgram beberapa jam lalu?
"Bagus banget ya lo masang wajah gak berdosa gitu," ketus Magika. Kesal saja, setelah semua yang cowok itu lakukan ia seperti tidak merasa bersalah sama sekali.
"Wait wait wait, gue punya dosa apa ya emangnya?" tanya Magenta. Cowok itu berusaha mati matian menahan tawanya menatap wajah Magika yang sepertinya kesal setengah mati kepadanya.
Kalau di pikir pikir ya memang lucu sekali. Sejak awal pertemuan biasanya Magika cenderung menampilkan wajah sok manis yang sebenarnya membuat Magenta mual melihatnya, dan sekarang gadis itu menampilkan ekspresi yang berbanding terbalik dari biasanya. Sangat berbeda, dan bagi Magenta titik yang lucu dan menarik ada disana.
"Maksud lo apa nge post ini? Huh?!" Magika menyodorkan layar ponselnya tepat di depan muka Magenta supaya cowok itu bisa melihat dengan jelas dan bisa sadar akan kesalahannya.
"Kenapa lo yang marah ya? Emang ini lo?"
"Ya menurut lo ini siapa, Genta?! Kembaran gue?"
Magenta memajukan wajahnya tepat di depan wajah Magika, meneliti dengan saksama setiap inci dari wajah gadis itu. Dan jelas ini membuat Magika gugup setengah mati, di kepala nya mulai muncul berbagai spekulasi mengenai apa yang akan terjadi setelah ini.
"Genta, ma----ma----mau ngapain lo?" ucap Magika dengan terbata-bata. Gadis itu meneguk ludahnya, mencoba menetralisir perasaan gugup yang menyelimuti dirinya.
"Kalo itu emang lo, kayanya kamera gue ini terlalu bagus deh. Perbedaannya itu kaya bumi dan langit, yang di snap gue cantik dan yang ini..... Hmmmm..."
"Lo mau bilang gue jelek gitu? hah?" Magika mendorong wajah Magenta menjauh.
Magenta mengendikan bahunya santai, "Kurang lebih begitu," ucapnya dengan senyum miring, lalu cowok itu memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan memutar badan berjalan meninggalkan Magika yang tengah menggeram kesal.
Sepertinya kesialan yang hari ini Magika dapatkan tak berhenti begitu saja, setelah foto aib nya tersebar di media sosial akibat ulah si menyebalkan Magenta kini nasib sial datang menghampiri Magika kembali.
Baru dan ia ingin mengendarai motornya dan langsung pulang ke rumah untuk melepas penat, ia melihat ban motornya kempes depan belakang. Menyebalkan bukan?
Sebenarnya ini kesalahannya juga, ia memilih untuk parkir di tempat parkir guru yang rawan di kempes kan oleh para satpam. Tapi pertanyaannya setelah sekian hari Magika memarkirkan motornya di sana, kenapa baru sekarang ia mendapat konsekuensi?
Kenapa harus sekarang? Kenapa tidak dari kemarin? Atau kenapa tidak besok saja? Benar-benar, sudah jatuh harus tertimpa tangga pula.
Magika menendang nendang ban sepeda motornya sambil menggerutu dan memaki maki satpam yang sudah pasti adalah dalang dari semua ini.
"Masih waras mbak? Atau... Gak bisa ngebedain mana bola mana ban?"
Magika mendengus, ia menatap kesal kearah Magenta yang lagi lagi melintas di hadapannya. Entah kenapa Magika menjadi sedikit menyesal sudah menjatuhkan hatinya pada cowok itu.
Awalnya, Magika pikir Magenta adalah tipe tipe cowok kalem dan pacarable . Tapi semakin kesini, semua pemikiran Magika perlahan lahan mulai luntur. Magenta tidak seperti apa yang Magika pikirkan diawal. Magenta terlalu berbanding terbalik dengan pemikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGENTA
Novela Juvenil#1 FiksiRemaja 16 Agustus 2019 Magenta Ardhiyasa. Pentolan Band The Rythm dengan suara dan tampang yang sama-sama mempesona. Siapa yang tidak mengenalnya? Seisi SMA Andalas mengenalnya, bahkan banyak yang menjadikannya sebagai ikon Pacar idaman. Dib...