Magenta berada di tengah keramaian di pusat pesta. Banyak sekali teman-teman dari masa lalunya yang ia temui. Salah satunya adalah dua orang laki-laki yang ada di hadapannya saat ini.
Yang satu namanya Ilham, cowok yang mengadakan pesta ini. Dan yang kedua adalah Devano, sahabatnya dengan mantan pacar yang berjibun.
Dari ketiganya bisa di bilang Magenta adalah satu satunya orang dengan jalan yang paling lurus. Lurus yang di maksud di sini adalah Magenta bukan anak yang macam-macam. Ia tidak suka balapan liar seperti Ilham, dan ia juga bukan lah playboy seperti Devano.
Hidup Magenta benar-benar lempeng, kenakalannya paling paling hanya sebatas datang terlambat ke sekolah atau jarang mengerjakan pr. Selebihnya dia bisa di katakan anak baik-baik.
"Kata Ilham lo bawa cewek, mana?" tanya Devano sembari celingukan kesana kemari.
"Kenapa? Mau lo jadiin pacar emang?"
Devano tersenyum sambil menarik turunkan alisnya, sudah dapat di tebak. Begitulah Devano, ia paling tidak betah kalau lihat ada cewek jomblo. Bawaannya pengen di pacarin lalu diputusin ketika sudah dapat yang lebih baik. Magenta menyumpahi Devano dalam hati, semoga saja ia dapat azab pedih atas kelakuannya selama ini.
Suasana menjadi riuh seketika, entah apa yang terjadi dari area belakang. Ketiga cowok itu langsung bergegas menghampiri tempat yang menjadi sumber dari semua ini.
Magenta membelalakkan matanya ketika ia melihat ada seorang gadis yang tercebur ke dalam kolam renang, namun tak ada satupun manusia di sana yang datang untuk membantu. Mereka hanya berdiri di tepi kolam, diam dan tak melakukan apa-apa.
Jelas ini membuat Magenta sangat geram, namun ia menyimpan kegeramannya itu. Tanpa berpikir panjang Magenta melompat masuk ke dalam kolam renang untuk menyelamatkan gadis itu sebelum semuanya terlambat.
Magenta bertambah kaget kembali ketika ternyata gadis itu adalah Magika. Dengan cepat Magenta membawa Magika ke tepi, cowok itu memandang orang-orang yang ada di sekitaran nya dengan tatapan emosi.
"Lo semua punya otak gak sih?! Ada orang tenggelam malah di tonton bukannya di bantuin. Punya otak tuh di pake! Tolol banget lo semua!" Magenta berujar dengan tatapan yang berapi api.
Tidak habis pikir dengan jalan pikiran orang-orang di sekelilingnya kini. Kenapa mereka tidak mau membantu Magika? Dimana rasa kemanusiaan mereka semua?
"Gi, bangun Gi." Magenta menepuk nepuk pipi Magika, berharap gadis itu siuman.
Beberapa detik terlewati tidak ada respon dari tubuh Magika. Magenta menjadi bertambah khawatir kini, sumpah demi apapun jika ada hal buruk yang terjadi pada gadis itu Magenta tak akan segan menghabisi setiap orang yang hanya menjadikan kejadian ini sebagai bahan tontonan tanpa niatan membantu.
"Gen, coba lo tekan perutnya. Dia kelihatannya banyak minum air." ucap Ilham yang kini berdiri tepat di belakang Magenta.
Magenta mengikuti instruksi dari Ilham, ia menekan perut gadis itu beberapa kali. Namun hasilnya masih sama, tubuh Magika tidak memberikan respon apapun. Jelas Magenta bertambah panik, otaknya terasa buntu. Ia tidak bisa berpikir jernih untuk dapat memikirkan cara untuk membuat Magika siuman.
"Woi, ini gimana? Dia gak sadar sadar." Magenta berseru panik.
Suasana hening sejenak sebelum akhirnya ada usulan dari Devano untuk memberikan napas buatan pada gadis itu.
"Lo gak waras? Main cium anak orang sembarangan!" Magenta menatap Devano kesal, ia merasa usulan cowok itu agak kurang berbobot.
"Lakuin aja apa salahnya sih? Ini anak keburu koid nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGENTA
Teen Fiction#1 FiksiRemaja 16 Agustus 2019 Magenta Ardhiyasa. Pentolan Band The Rythm dengan suara dan tampang yang sama-sama mempesona. Siapa yang tidak mengenalnya? Seisi SMA Andalas mengenalnya, bahkan banyak yang menjadikannya sebagai ikon Pacar idaman. Dib...