Saat bel pulang sekolah sudah di bunyikan Magika tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia memiliki agenda lain hari ini, yaitu menyelidiki mengenai botol whisky tersebut. Magika tidak ingin melakukan investigasi itu sendirian, oleh karenanya saat ini ia akan meminta seseorang yang ia percaya untuk menemaninya.
Sebetulnya bisa saja Magika melaporkan ini kepada OSIS, namun dalang dari semua ini bisa siapapun. Dan bisa saja ia adalah anak OSIS, Magika tidak mau jika nantinya ia laporan malah akan menghancurkan rencana investigasinya.
"Olla, gue butuh bantuan lo." Magika menahan langkah Olla yang baru saja ingin melangkah menjauh darinya.
Suasana kelas sudah sepi, kini hanya tersisa dirinya dan juga Olla. Itulah kenapa ia berani untuk meminta bantuan Olla. Saat ini mungkin hanya Olla yang bisa ia percayai, karena ia sudah mengenal gadis itu luar dan dalam. Magika yakin bahwa Olla tidak akan mungkin terlibat dalam skandal itu.
"Apaan sih Gi? Bantuan buat dapetin nomornya Magenta lagi?" Olla berdecak kesal karena Magika menahan langkahnya.
"Bukan itu."
"Terus apa?"
"Bantuin gue buat nyelidikin sebuah skandal," ucap Magika dengan nada serius.
Keseriusan ucapan Magika nyatanya hanya dianggap guyonan belaka oleh Olla, terlihat ketika gadis itu justru tertawa setelah mendengar ucapan dari Magika.
Di kepalanya ia berpikiran bahwa mungkin Magika habis nonton film detektif semalam suntuk. Mangkanya sekarang dia mabok dan sok sok an ingin menyelidiki skandal layaknya seorang detektif.
"Lo kenapa ketawa sih?" Magika berseru kesal. Ketika sudah serius berbicara kenapa pula Olla malah tertawa? Memang ia pikir ini adalah bahan candaan?
"Tell me, lo habis nonton apaan semalem?"
"Semalem?" Magika terdiam sejenak. Ia terlihat sedang berpikir, memikirkan hal apa yang ia lakukan tadi malam.
Seingat Magika, ia tidak melakukan aktivitas apapun semalam. Cuaca berubah seratus delapan puluh derajat ketika malam menjelang, hujan turun dengan begitu derasnya. Hawa hujan membuat Magika larut dalam mimpi dari sekitaran jam tujuh hingga pagi menjelang. Jadi ia tidak melakukan aktivitas apapun selain tidur.
"Gue gak nonton apa-apa. Kenapa?"
"Ah gak jadi!" Olla mengibaskan tangannya, ia tidak ingin membahas topik itu lebih lanjut. "Jadi, lo mau nyelidikin apa?"
"Lo bisa jaga rahasia kan?" tanya Magika, dan Olla hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.
Olla merasa dirinya bisa cukup diandalkan jika untuk menjaga rahasia. Karena menurutnya tidak ada gunanya juga membocorkan rahasia pada orang lain. Memangnya itu akan membawa keuntungan pada kita? Tidak kan? Jatuhnya hanya buang-buang energi saja, gak penting untuk dilakukan.
"Jadi gue menemukan sebuah fakta bahwa halaman belakang sekolah kemungkinan sering dipakai untuk mabok mabokan," ucap Magika dengan sangat pelan, bahkan rasanya gadis itu setengah berbisik saking pelan nya. Ia tidak ingin ada orang lain yang tahu, cukup ia saja sampai semuanya terungkapkan.
"What? Lo serius?" Olla membelalakkan matanya kaget, ia tak habis pikir jikalau apa yang baru saja Magika katakan itu benar-benar terjadi.
"Gue serius, dan gue gak bisa membiarkan ini terus-terusan terjadi."
"So, lo mau apa?"
"Gue mau mengungkap segalanya."
Agak kaget sebenarnya mendengar Magika mau peduli akan sekolah ini, padahal biasanya gadis itu paling tidak pernah peduli dengan lingkungannya. Magika yang biasanya hanya peduli akan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGENTA
Teen Fiction#1 FiksiRemaja 16 Agustus 2019 Magenta Ardhiyasa. Pentolan Band The Rythm dengan suara dan tampang yang sama-sama mempesona. Siapa yang tidak mengenalnya? Seisi SMA Andalas mengenalnya, bahkan banyak yang menjadikannya sebagai ikon Pacar idaman. Dib...