Magenta tertawa terbahak-bahak setelah mendengarkan cerita dari Jo soal Magika yang katanya minum air keran. Magenta tidak habis pikir kenapa Magika melakukannya, bukannya gadis itu bisa saja meminta minum ke temannya?
Atau jika tidak, bukankah ia bisa membeli minum sendiri ke kantin? Sebuah spekulasi melintas begitu saja di kepalanya. Bisa jadi Magika kehabisan uang, dan jika itu alasan yang sebenarnya. Magenta salut karena, itu artinya Magika anti meminjam uang temannya.
Ketika melihat gadis itu melintas di depan kelasnya, Magenta dengan segera mengambil tasnya lalu berjalan cepat menyusul gadis yang kini berjalan sendirian di koridor sekolah itu.
"Hai Gi," sapa Magenta dengan senyuman. Entah itu senyum apa, antara tulus dan juga mengejek.
Magika memandang sinis kearah Magenta, setelah semua yang terjadi hari ini ia yakin tidak ada lagi tujuan Magenta tiba-tiba saja mendatangi dirinya jika bukan untuk mengejek.
"Cuaca lagi panas ya Gi," ucap Magenta lagi lagi dengan senyuman di wajahnya.
Jika hari-hari biasanya ketika Magika melihat senyuman itu maka ia pasti akan meleleh di tempat. Namun beda untuk hari ini, senyuman itu rasanya begitu menyebalkan. Begitu menyakitkan ketika dipandang mata.
"Jawab dong Gi, dikacangin terus gak enak tahu." Magenta menyenggol lengan Magika menggunakan lengannya.
Magika menghentikan langkahnya, gadis itu lalu menghadap ke arah Magenta sembari bersedekap dada. Magika menghela napasnya kasar, cuaca memang sedang panas dan hadirnya Magenta bukannya memberi kesejukan malah justru menambah panas suasana dengan beragam tingkah aneh cowok itu yang jelas tidak seperti biasanya.
"Lo mau apa sih Gen?" Magika bersuara juga pada akhirnya. Ia butuh tahu apa yang Magenta inginkan sehingga cowok itu bersikap tidak sewajarnya.
"Gue bakal traktir lo es buah di depan."
"Gak perlu deh! Gue tahu lo gitu cuma buat ngejek gue kan? Ngaku deh lo!" Magika mendorong pelan pundak Magenta menggunakan telunjuknya.
Bukannya merasa marah atau bagaimana karena Magika mendorongnya, cowok itu justru tersenyum miring sambil menatap gadis yang memandangnya dengan tatapan kesal itu.
"Gue gak butuh persetujuan lo Magika," ucap Magenta, lalu setelahnya ia menarik tangan Magika dan membawa gadis itu menuju lapak yang menjajakan es buah di depan sekolah mereka.
Tidak terima karena begitu saja ditarik tentu saja dirasakan oleh Magika, gadis itu memberontak minta di lepaskan karena menurutnya apa yang Magenta lakukan saat ini adalah tindakan menyebalkan yang seakan menjatuhkan harga dirinya.
Namun apalah daya, tenaga Magika tidak sebesar itu untuk dapat lepas dari Magenta. Dan saat ini berakhirlah dirinya di sebuah lapak es buah depan sekolah yang letaknya di trotoar.
"Pak es buah dua," ucap Magenta kepada seorang lelaki paruh baya dengan kaos putih polos yang di bahu nya tersampir sebuah lap.
"Lo tuh kenapa nyebelin sih Gen!" Magika berseru kesal.
"Apa?" Magenta menaikkan sebelah alisnya. "Yaudahlah nikmatin aja, orang gratis ini. Daripada lo minum air keran lagi kan?" tambah Magenta kembali dengan senyum miring yang sukses membuat Magika mendengus keras.
Sudah ia duga bahwa Jo pasti akan membocorkan semuanya. Dan sekarang di mata Magenta pasti ia terlihat seperti gadis kere kurang kerjaan yang minum air keran, itu kenapa Magenta membawanya ke tempat ini untuk di traktir es buah. Cowok itu pasti tidak tulus dan hanya berniat untuk mengejeknya saja. Magika yakin itu.
Ketika es buah itu dihidangkan di meja yang mereka berdua tempati, entah kenapa Magika merasa ingin untuk mencicipinya. Es buah itu begitu menggoda di cuaca yang panas seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGENTA
Teen Fiction#1 FiksiRemaja 16 Agustus 2019 Magenta Ardhiyasa. Pentolan Band The Rythm dengan suara dan tampang yang sama-sama mempesona. Siapa yang tidak mengenalnya? Seisi SMA Andalas mengenalnya, bahkan banyak yang menjadikannya sebagai ikon Pacar idaman. Dib...