Seharian ini Magika hanya berdiam diri di kamar menyembunyikan badannya di bawah selimut, kejadian yang ia alami semalam membuatnya meriang. Suhu tubuhnya diatas ambang batas normal, kepalanya pusing, dan hidungnya terasa gatal.
Magika berusaha untuk memejamkan matanya dan tertidur namun entah kenapa ia tidak bisa. Ia jadi heran, padahal biasanya jika ia di sekolah ia selalu memanfaatkan setiap situasi untuk tidur. Dan sekarang ketika ia sudah terfasilitasi dengan baik ia justru tidak bisa tidur.
Alhasil ia hanya melakukan aktivitas bermain game di ponselnya, tidak ada chat masuk sama sekali ke ponselnya kecuali pesan di grup dan pesan teman temannya yang mengucapkan get well soon. Maklum Magika kan jomblo.
Suara pintu kamarnya terdengar di ketuk, Magika pikir itu mamanya yang ingin mengecek keadaanya namun ternyata ia salah. Yang datang kali ini adalah Olla dengan sekresek buah apel di tangan kanannya.
"Gi, keadaan Lo gimana?" Olla berjalan mendekat lalu menaruh buah yang ia bawa diatas nakas.
"Jauh lebih baik daripada pagi tadi, cuma hidung gue masih gatel banget rasanya."
"Gue panik banget tau gak denger lo tenggelam."
Alis Magika bertautan. Olla tahu dirinya tenggelam dari mana? Seingatnya ia tak menceritakan hal itu kepada siapapun, bahkan ketika mamanya bertanya semalam Magika enggan menjawabnya.
Lantas Olla ini tahu dari siapa? Magenta? Tidak-tidak, mana mungkin Olla tahu dari Magenta. Secara mereka berdua tidak dekat sama sekali, dan seingatnya mereka tidak pernah mengobrol di sekolah. Bahkan mungkin mereka tidak mengenal satu sama lain, dan hanya sebatas tahu saja.
"Lo tahu gue tenggelam dari mana?"
"Temen gue dateng ke pesta yang sama dengan yang lo datangin. Dia cerita sekaligus kasih foto lo ke gue."
"Foto apa?" tanya Magika, ia harus tahu foto macam apa yang orang itu berikan pada Olla. Takutnya sama seperti yang di sebar Magenta waktu itu. Magika kan tidak sudi foto aib nya menyebar kembali.
"A photo when Magenta gave you artificial breath or technically he kissed your lips."
"What?!" Magika membuka lebar-lebar matanya. Omong kosong macam apa ini? Magenta memberinya napas buatan? Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin Magika tidak tahu apa-apa?
Olla mengangguk dengan wajah yang serius, tidak ada sama sekali tanda bahwa gadis itu tengah bergurau saat ini. Magika mengarahkan jemarinya kearah bibirnya, ia menyentuh bagian itu. Benar-benar tidak bisa di bayangkan, jika itu benar itu tandanya Magenta telah merenggut ciuman pertamanya.
Perasaan khawatir dan takut tiba-tiba saja memyelimuti diri Magika. Bagaimana jika ternyata ada orang lain lagi yang memotret atau bahkan memvideo adegan itu lalu menyebarluaskannya di sosial media? Mau ditaruh dimana mukanya nanti? Belum lagi kalau sampai di tangan papanya.
Sumpah, Magika tidak kuat membayangkan apa yang akan terjadi jika papanya sampai tahu mengenai hal ini. Papa Magika adalah orang yang sangat protektif, jangankan sampai beradegan seperti itu berdekatan dengan laki-laki pun Magika sudah bolak balik mendapat pelototan tajam yang diakhiri dengan omelan.
Magika melihat mamanya berdiri di ambang pintu sambil melambai kearah samping dengan senyuman diwajahnya.
"Sini, ini kamarnya Magika."
Suara derap langkah terdengar samar dan semakin lama semakin jelas di telinga Magika. Entah kenapa ia deg degan sendiri menanti orang yang di bawa mamanya.
Dan jantungnya seakan mau copot melihat ternyata orang yang dibawa mamanya itu adalah Magenta. Pipi Magika seketika memanas melihat wajah itu, suasana canggung pun tiba-tiba menyelimuti.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGENTA
Fiksi Remaja#1 FiksiRemaja 16 Agustus 2019 Magenta Ardhiyasa. Pentolan Band The Rythm dengan suara dan tampang yang sama-sama mempesona. Siapa yang tidak mengenalnya? Seisi SMA Andalas mengenalnya, bahkan banyak yang menjadikannya sebagai ikon Pacar idaman. Dib...