Aku tahu cinta sangat menyakitkan. Aku hidup dengan hati yang hampa. Tidak ada lagi desiran dihatiku ini. Semuanya hilang bersama kenanganku akan dirimu batin Tio agak nelangsa. Ia mengamati keriuhan yang terjadi dihalaman samping rumah sang pelukis, Emran Pratama. Teman dari kakak tirinya, Benny. Ia diundang untuk mengikuti acara potong tumpeng sang pelukis yang berhasil mendapatkan penghargaaan dari pemerintah setempat atas sumbangsihnya dalam pengalangan dana lewat pameran lukisan yang diadakan oleh Emran.
"Aku rasa kamu akan kesambet jika terus-terusan menerawang seperti itu Tio..?" suara dokter Benny memperingati adik tirinya ini. Sang dokter memandangi istri dan anaknya yang duduk dibawah pohon rerindangan untuk menikmati semilir angin sore.
"Iya nih bro Tio.. Jangan ditekuk dong mukanya, nanti tidak ada awewe yang mau mendekat..?" suara Syarif memanasi adik tirinya Benny ini.
Tio tersenyum masam menaggapi celetukan dari raja jahil di geng rempong ini.
"Aku mah tidak menekuk wajah bro.. Hanya saja seperti inilah wajahku.." ucap Tio kalem terkesan dingin.
Benny dan Syarif menarik napas berbarengan. Mereka tahu kalau Tio sangat tertutup setelah kematian sang istri. Lelaki itu agaknya sangat mencintai istrinya dan belum bisa melupakan Ira.
"Baiklah.. Jika wajah kamu seram seperti bro Rendy.. Aku rasa itu akan menandakan akan datang satu wanita cerewet ke dalam hidupmu.." oceh Syarif tanpa pikir panjang membuat dokter Benny mematung dan rahang Tio mengencang.
Amran yang mendengarkan kakaknya ngomong nyeblak seperti itu mengawasi raut wajah Tio yang terlihat mau marah.
"Hei kak.. Itu kakak ipar memanggil kakak? Lihatlah.. teteh Amel melambaikan tangannya seakan tidak sanggup lagi menenangkan anak-anak.
Amel terlihat memang melambaikan tangannya karena diserbu oleh Amir, Amar dan Anna. Di pangkuan Amel ada anak bungsu Amel dan Syarif sedang memegangi buku.
"Aduh.. Apa lagi ulah si kembar tiga ini.. Mana ya teteh Kusuma.. Biasanya sang ibu galak itu ada dekat mereka..?" Syarif mendapatkan lemparan bantal kursi dari Rendy membuat Andi dan Yogi terkekeh.
"Enak saja bilang istriku galak..?" tukas Rendy pura-pura kesal padahal dalam hatinya sangat tahu kalau sang istri memang galak pada anak-anak mereka. Galak dalam arti sayang bukan kasar.
"Nah kan.. Bro Rendy malah melempariku dengan bantal.. Kesel deh..?!" Syarif berdiri seraya menghentakkan kakinya seolah kesal dan terkesan manja membuat semua lelaki yang duduk disofa melotot lalu tertawa terbahak-bahak. Tio juga tidak bisa mengendalikan dirinya, ia tertawa lepas untuk pertama kali karena ulah gokil Syarif ini.
Mereka melihat Syarif yang melangkah ke arah rerindangan pohon menuju sang istri yang kewalahan mengatur kembar tiga yang mau berebut mendekati Amel.
"Wohh.. Boyss... Girls.. Jangan diserbu auntie Amel..?" suara Syarif terdengar lembut tapi tegas.
Ketiga anak kembar Kusuma ini menoleh ke arah Syarif.
"Uncle kami tidak menyerbu auntie Amel.. Kami ingin melihat handphone auntie.." suara Amar terdengar jelas dan pintar.
"Iya uncle.. Auntie Amel tadi melihat video musik.. Anna mau lihat juga... " kali ini suara Anna yang terdengar lembut menjelaskan kenapa mereka menyerbu Amel.
"Iya nak.. Kita akan menontonnya, tapi kita akan duduk tenang karena mommy kalian entah kemana.." Amel merasa kewalahan karena kedua anak kembarnya, Ridwan dan Annisa juga sekarang menuju ke arahnya. Sedangkan, anak-anak yang lain duduk akan terpisah dengan kegiatan mereka masing-masing bersama ibu mereka.
Syarif mencari sosok langsing Kusuma yang tidak terlihat batang hidungnya itu. Batang hidung yang wanita itu katakan biasa-biasa saja alias tidak mancung. Syarif menghela napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...