15

1.6K 100 12
                                    

Imelda masih gondok karena tindakan Tio yang selalu tidak bisa ia cegah. Mengangkat dirinya dengan mudah ke dalam mobil, mengantar ke rumah, lalu pergi begitu saja dengan cepat.

"Apa sih maunya lelaki itu..?" tukas Imelda ketika melihat mobil Jeep milik Tio menderu ke arah jalanan besar. Ia diturunkan didepan rumah tadi.

"Saya rasa, tidak ada yang tahan lama berdekatan dengan akang Tio. Yah.. Kecuali keluarga lelaki itu sendiri.." lanjut Imelda seraya bergerak ke arah kamar tidurnya untuk mengganti baju dan membersihkan tubuh karena ia akan makan siang bersama pak Aryan. Imelda tersenyum, ia menggingat wajah tampan sang guru olahraga. Teduh dan baik hati.

"Baiklah.. Saya bisa istirahat sebentar lalu menunggu pak Aryan mengirim pesan lagi untuk memastikan tempat kami akan makan siang.."

Imelda melepaskan setelan kerja miliknya. Celana panjang dan blazer coklat serta kemeja warna marron miliknya. Ia sibuk dikamar tidurnya sendiri tanpa tahu kalau seseorang sudah mengirimkan video yang ada dirinya di angkat oleh Tio ke pak Aryan.

Pak Aryan melotot melihat video yang terkirim ke pesannya.

"Astaga.. Apa itu kekasih bu Imelda..? Lelaki ini terlihat sangat akrab..?" Aryan mengamati video yang bedurasi ketika 20 detik itu dengan wajah muram. Ia baru saja mau mengirim pesan pada Imelda jika mereka jadi makan siang di cafe dekat toko buku. Sekarang, hatinya terasa agak gamang. Apakah dirinya telah salah mendekati wanita yang sudah mempunyai seorang kekasih?

"Aduh bagaimana ini..? Aku tidak mau merusak hubungan orang lain..?" gumam Aryan jadi bingung. Ia mengusap rambutnya yang agak ikal tersebut. Menarik napas panjang berulang-ulang. Aryan mengirimkan pesan pada Imelda.

"Aku tunggu di cafe sebelah toko buku jam 1.." Aryan menekan tombol send dengan cepat. "Jika benar bu guru Imelda mempunyai kekasih, wanita ini pasti tidak akan datang ke cafe. Kita lihat saja nanti.." gumam Aryan lebih bersemangat. Toh, terkadang apa yang dilihat belum tentu benar.

Berdiri dari posisi duduk dikursi tempat dirinya biasa mangkal kalau selesai mengajar yaitu diruangan khusus guru olahraga.

"Kamu harus berjuang Aryan.. Bu guru Imelda patut untuk diperjuangkan jika memang belum mempunyai kekasih. Kalau sudah punya kekasih, maka aku akan mundur dengan teratur.." ujar Aryan menyemangati dirinya sendiri. Ia penasaran siapa yang mengirimkan video ini padanya. Ia tidak kenal dengan nomor orang yang tertera dihandphonenya ini. Nanti saja memikirkan hal itu batin Aryan seraya mengambil tas lalu keluar dari ruangan dan berjalan menuju parkir motor.

Seorang wanita yang mengamati pak Aryan menggepalkan kedua tangannya dengan geram dari pintu tempat dirinya biasa berada, yaitu ruangan bendahara.

"Sial*n..!!" desisnya marah. "Pak Aryan tidak terpengaruh dengan video itu.. Apa sih yang ada diotak guru olahraga ini.. Apa aku harus menggunakan cara yang kasar..?" lanjutnya dengan mata berbinar kejam. Berderap masuk ke ruangan, wanita ini mengambil tempat pena lalu melemparkannya ke lantai dengan kesal. "Lihat saja nanti.." rutuk wanita yang tak lain tak bukan bu Kiki. Wanita ini berderap mengambil tas dan berjalan ke arah pintu keluar.

Pak Aryan memacu motornya dengan kecepatan normal. Ini hari yang panas batinnya seraya mengamati jalanan yang cukup ramai karena aktivitas. Sang guru olahraga bergumam pelan menyanyikan lagu yang hanya lelaki ini sendiri pahami.

Tidak butuh waktu yang lama untuk sampai di cafe. Pak Aryan memarkirkan motornya diparkiran motor. Melepaskan helm dan melihat kalau Imelda juga baru sampai.

"Hai... bu Imelda?" seru pak Aryan pada Imelda.

Imelda mencari suara yang memanggil namanya. Ia melihat pak Aryan sudah melepaskan helm dan berdiri didekat motornya. Imelda tersenyum, betapa tampannya guru olahraga ini batinnya dengan hati berdebar. Ia memarkirkan motor, melepaskan helm dan mendekati pak Aryan.

PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang