"Ini tidak benar bu.. Kenapa ibu menyetujui permintaan akang Fikri perihal pernikahan..?" ucap Imelda ditelepon ketika Fikri mulai berulah mengenai kehidupan pribadinya. Ia mau menikah jika seorang lelaki bisa menerima dirinya yang tidak bisa mengandung ini. Ia rasa semua lelaki akan mundur ketika mendengar pengakuannya nanti. Yah, ia bisa mengusir akang Fikri dengan cara seperti itu. Lelaki ini pasti kabur pikir Imelda sedikit tenang.
"Iya nak.. Kamu kan sepengetahuan ibu tidak berhubungan dengan seorang lelaki. Ibu hanya mengatakan pada Fikri boleh mendekati kamu asal kamu setuju.. " balas bu Lusi, ibunya Imelda ini.
Imelda menarik napas panjang. Bunyi bel tanda pelajaran selanjutnya berganti membuat Imelda memperhatikan seisi kantor yang mulai berangsur ramai.
"Hmm.. Nanti kita lanjutkan lagi ya bu pembicaraan ini.. Jaga diri ibu baik-baik dan sehat selalu. Saya mau mengajar dulu.. Imelda pamit ya bu.." Imelda langsung memutuskan pembicaraan setelah ibunya mengucapkan salam.
Imelda mengambil buku musik dan alat peraga yang kali ini berupa harmonika genggam. Berdiri dari posisi duduknya, Imelda mau berjalan ke arah pintu luar kantor. Dirinya hampir bertabrakan dengan seseorang.
"Owh.. Bu Imelda.. Apa kabar..?" suara dalam orang yang dikenal Imelda ini membuatnya tertegun.
"Ehh.. Pak Aryan.. Baik-baik saja. Pak Aryan sendiri bagaimana..? Habis dari cuti..?" Imelda berkata dengan antusias dan sedikit penasaran karena hampir dua minggu tidak melihat sang guru olahraga.
Pak Aryan tersenyum dengan mempesona. "Iya bu Imel.. Cuti 2 Minggu. Ada urusan dengan keluarga.. " balasnya dengan wajah bersinar senang karena bertemu dengan Imelda.
"Ohh.. Baiklah kalau begitu, saya harus masuk ke kelas dulu.. " ucap Imelda dengan tangan mengencang pada buku dan alat peraga. Ia tersenyum untuk permisi.
"Bu Imel.. Bagaimana kalau nanti siang kita mampir minum es di depan sekolahan..?" tanya pak Aryan dengan nada memohon.
"Hmm.. Baiklah, nanti setelah jam bubar sekolah.." jawab Imelda santai. Toh, tidak ada salahnya untuk minum es bersama pak Aryan.
Pak Aryan menangkupkan tangannya didada menandakan sangat senang atas jawaban Imelda.
"Oke.. Sampai nanti bu Imelda, selamat mengajar.." tutur pak Aryan sembari mempersilahkan Imelda untuk berjalan menuju kelas.
Pak Aryan masih memperhatikan Imelda yang berjalan. Seorang wanita diruangan yang ikut memperhatikan menjadi sangat geram.
"Aku heran kenapa akang Fikri tidak bisa bergerak cepat untuk menikahi Imelda padahal sudah aku kirimkan video itu... Dan, lihatlah sekarang pak Aryan berusaha mendekati wanita itu lagi.. Ughh.. Gemes deh.." Temi menggerutu dikantornya sendirian.
***
Pak Aryan dan Imelda minum es campur di ruko yang berada tepat seberang sekolah dimana keduanya mengajar.
"Hmm.. Es ini sangat melegakan ya bu Imel..?" ucap pak Aryan dengan santai.
"Iya.. " balas Imelda pelan seraya menyendokkan es ke dalam mulutnya.
Pak Aryan memperhatikan wajah Imelda yang merona cantik mungkin pengaruh udara panas.
Keduanya menikmati es campur dengan pelan sembari mengobrol santai. Baru sekitar 20 menit mengobrol. Dua sosok mendekati mereka dan menegur Imelda.
"Hai bu Imelda..?" sapa Temi pada Imelda.
Imelda mendonggak dan melihat Temi bersama seorang lelaki yang seketika membuat moodnya jelek.
"Akang Fikri..?" ujar Imelda dengan suara bingung. Ia tidak membalas sapaan dari Temi. Pak Aryan mengernyit penasaran pada sosok Fikri yang dikenal oleh Imelda ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...