"Aku rasa kamu mau dibangunkan dengan sebuah ciuman..?" suara dalam itu terdengar dari kejauhan. Benak Imelda berputar-putar. Ia merasa bergumam tanpa jelas karena menganggu dirinya yang sedang relaks.
"Huh.. Wanita ini tipe wanita ceroboh dan sembarang tidur. Apa dia kira ini tempat tidur atau hotel berbintang 4 sehingga bisa dengan cepat terpulas dengan air liur mengalir disudut bibir dan mendengkur..?!" suara itu kali ini terdengar kesal dan tegas, menyentak Imelda dari kabut kantuknya.
"Apa..? Aduh...?!!" seru Imelda ketika kepalanya menabrak sesuatu.
Seseorang mengumpat kesal dan mengeram.
"Apa-apaan kamu ini..? Putri tidur atau woman of steel..?!" gerutu Tio seraya mengelus-elus dagunya yang tertabrak kepala keras Imelda.
"Akang sih.. Kenapa pula berteriak-teriak didekat wajahku.. ?" balas Imelda yang juga mengelus kepalanya karena terasa nyeri.
"Aku tidak berteriak pada kamu.. Kamu tertidur dan sudah dibangunkan, apa aku harus menyiramkan air ke wajahmu biar kamu terbangun.. Atau.. Aku harus mencium kamu seperti pangeran..?" desis Tio seraya menatap Imelda tajam. Wajah mereka sangat dekat, Tio bisa melihat sepasang pupil mata Imelda membesar karena ucapan darinya.
Imelda menelan air ludah dengan gugup. Wajah lelaki berwajah masam ini sangat dekat dengan dirinya. Apa lelaki ini mengatakan ingin mencium dirinya? batin Imelda ngeri. Itu cuma kiasan bodoh! tampar otak Imelda untuk berpikir logis.
Napas Tio memburu, ia tidak bisa menarik leher atau memalingkan wajahnya dari Imelda. Ia merasa ada magnet yang menarik dirinya untuk berdekatan dengan wanita keras kepala dan susah diajak komunikasi ini. Aku rasa itu kamu sendiri yang tidak bisa berkomunikasi dengan wanita batin Tio mengocehi dirinya.
"Saya rasa.. Hmm.. ?" Imelda menoleh, mengamati kalau mereka sudah stop dan ada didepan pekarangan laundry milik lelaki berwajah masam tersebut.
"Nah.. Sekarang turun..?" suara Tio ternyata mengejutkan Imelda lagi karena sudah membukakan pintu penumpang tanpa ia tahu kalau lelaki ini sudah turun. Apa akang Tio bisa menghilang sehingga ia tidak merasakan pergerakan? pikir Imelda masam seraya beringsut untuk turun dari Jeep yang ia rasa cukup tinggi ini.
"Maaf..?" Imelda bergumam ketika tangannya mendarat didada bidang lelaki itu, telapak tangannya terasa hangat menyentuh kulit tebal disana.
Tio mematung, ia menarik napas panjang lagi.
"Bisa cepat beruban aku kalau berdekatan terus dengan wanita ini..?" gumam Tio seraya menutup pintu penumpang Jeep miliknya, lalu membimbing Imelda dari belakang tidak mau wanita ini kabur karena ia ingin anaknya bahagia. Well, bahagia untuk sesaat itu sangat berarti bagi anaknya yang ingin melihat guru musik ini.
Suara teriakan senang langsung terdengar ketika pintu samping terbuka dan muncullah bocah cantik mau berlari ke arah Imelda.
"Ayah...?!!" seru Intan pada Tio.
Tio berderap ke arah Intan, menangkap anaknya yang berlarian. Imelda juga ikutan berlarian. Ia khawatir Intan terjatuh walaupun terkadang jatuh itu hanyalah proses untuk menjadi tangguh.
"Wo..Wo.. Anak ayah suka berlarian ya..?" Tio tertawa ketika anaknya menciumi pipi kiri dan kanannya dengan antusias.
"Teacher Imel...?" tangan Intan menggapai ingin digendong oleh sang guru musik.
Imelda merasa terenyuh, ia senang melihat Intan yang begitu cantik dan lucu ini. Tapi, ia juga takut memulai hubungan dengan anak ini.
"Jangan pikirkan hal yang tidak perlu.." gumam Imelda pada dirinya sendiri seraya mengangkat kedua tangannya untuk menerima uluran tangan Tio yang mengendong Intan. "Sini sayang.. ?" Imelda mencium pipi Intan yang halus, bocah itu membalas dengan mencium hidung Imelda. Sang guru musik tersenyum. Tio merasa ini sangat membahagiakan anaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...