6

1.7K 118 13
                                    

"Apa ini tidak bisa dibersihkan dengan chemical... ?!" Tio berkata dengan suara yang dirasa staffnya cukup keras karena pertama kali ini sang bos terlihat murka.

"Sudah kang.. Sudah direndam juga biar noda dilinen itu hilang.. Mungkin nodanya sudah mengendap terlalu lama..?" jawab Robi pada sang bos.

"Sudah lama bagaimana? Apa kalian tidak memeriksa terlebih dahulu linen hotel ini bernoda seperti itu? Kalau kita tidak memperhatikan dari awal bernoda, ini akan mengurangi reputasi kita sebagai penyedia jasa laundry. Kita tidak mau kan pihak hotel menuntut karena linen milik mereka bernoda?! Iya kan..?!" Tio menarik napas panjang. Via mengamati sang bos yang murka pad Robi. Ian sanh leader sedang tidak ada ditempat. Lelakk itu sedang off kerja.

"Hmm.. Maafkan aku kang.. Aku kurang teliti..?" ujar Robi dengan nada menyesal.

Tio menatap Robi lalu Via yang sedang mengurus bill tamu. Ia kesal karena anaknya berbuat ulah lagi setelah satu minggu sang guru menemui anaknya. Setelah itu, anaknya jadi rewel ingin video call, menemui atau berbicara dengan teacher Imelda rutuk Tio dalam hati.

"Baiklah.. Aku akan menangani noda dilinen itu.. Kamu urus yang lain.. " perintah Tio pada Robi lalu beranjak ke arah washbin tempat dimana linen berwarna putih itu terdapat noda bekas darah. Tio mengambil chemical  khusus untuk penghilang noda darah.  Dengan perlahan tapi pasti noda darah yang menempel terangkat dari linen berwarna putih tersebut.

Robi yang mengurus handuk hotel bernapas lega karena wajah sang bos sudah tidak terlalu angker.

Semua karyawan yang bekerja juga menarik napas. Mereka saling lirik untuk memastikan suasana hati sang bos sudah tenang.

'Aman...' ucap Via dengan mulut membuka tapi tidak mengeluarkan suara, hanya dengan gerakan mulut saja.

Keadaan laundry berjalan aman dan tidak ada gangguan lagi dari sikap Tio yang kadang membuat para karyawan takut dengannya. Musik berdendang diradio yang tersedia dilaundry menambahkan semangat para karyawan untuk bekerja.

***Hey sayangku
Hari ini aku syantik
Syantik bagai bidadari
Bidadari di hatimu
Hey sayangku
Kau lakukanlah diriku
Seperti seorang ratu
Ku ingin dimanjakanmu

Musik yang ringan serta asik mencairkan suasana para karyawan, tapi tidak dengan Tio. Lelaki ini memegang sikat kecil dengan erat seolah ingin meremukkan benda kecil ditangannya itu. Hatinya malah menggelegak mendengar alunan musik dari lagu yang dinyanyikan Siti Badriah ini. Dengan cepat Tio memindahkan linen berwarna putih tadi ke bilasan air lalu berderap ke arah kantornya dan menutup pintu dengan cepat mengurung dirinya dari suara musik yang bergema diruangan operasional.

"SI*LLLLL...!!" seru Tio pada sosok wanita yang ada didalam pikirannya itu. Urat menonjol dari leher lelaki ini. Tio terlihat seperti harimau jantan yang dikurung didalam kandang. Lelaki ini menoleh ke arah jam didinding jam 1 siang. Satu pikiran terlintas didalam otaknya, Tio mengambil kunci mobilnya lalu keluar dari kantor masih mendengar suara musik yang kali ini berganti dengan lagu dari Inul Daratista berjudul 'buaya buntung'.

"Via...?!! Aku mau keluar makan siang.. Awasi yang lain..?!" seru Tio pada Via yang sedang memasukkan pakaian bersih ke dalam kantong transparan untuk dipacking.

"Siap kang.. 86..!" sahut Via.

Tio pergi tanpa menoleh lagi. Ia akan makan siang saja diluar, sekalian menanyakan kontrak kerjanya dengan pihak klinik bersalin tempat dokter Puspa bekerja.

Ketika didalam mobilnya yang melaju Tio teringat belum mengatakan pada anaknya kalau tidak mungkin meminta teacher Imelda berkunjung lagi.

Tio memukul kemudi mobil dengan kuat membuat telapak tangannya nyeri. Ia mengumpat kesal, panas matahari membakar puncak kepalanya ketika ia keluar dari mobil. Murid-murid berlarian dari gerbang menuju mobil, motor atau siapapun yang menjemput mereka.

PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang