"Aku rasa ini tidak masuk akal bro..? Kamu langsung menyergap guru musik itu tanpa mendengarkan penjelasan kenapa sampai wanita itu mengatakan kalau kamu ini tidak layak untuk seorang wanita...?" tukas Haris yang sudah menenangkan dirinya karena mendengarkan ucapan Tio perihal kejadian di dalam ruangan toilet tadi.
"Iya Tio.. Apa kamu tidak bisa mengendalikan diri..?" suara dokter Benny menyayangkan kejadian tadi. Itu terlihat sangat merendahkan Imelda. Dan, ia tidak yakin Imelda yang berprofesi sebagai pendidik mengucapkan kata-kata yang menyakiti orang lain. Pasti ini kesalahpahaman saja.
"Bagaimana aku bisa mengendalikan diri kak.. Wanita itu.. Ehmm.. Wanita yang bernama.. Siapa tadi yang bersamaku diruangan kerja untuk membahas sesuatu perihal laundry menyinggungku tentang tidak terpengaruh dan wajar saja tidak layak untuk wanita lain.." sembur Tio dengan suara emosi. Urat nadinya bertonjolan dileher. Giri yang berdiri disamping kursi Haris mengamati Tio. Sepertinya ini berakar dari Imelda? pikirnya.
"Kenapa pula dengan wanita yang berada diruangan kerja. Apa sangkut pautnya dengan wanita itu..?" tanya Benny dengan suara sedikit kesal karena adik tirinya ini berbicara berbelit-belit.
Tio menarik napas panjang berulang-ulang. Ia memahami kalau kakak tirinya ini kesal.
"Mari kita mulai dengan pertanyaan sederhana saja Tio.." suara Haris terdengar tenang tapi tegas mengingat lelaki ini mantan polisi yang sangat handal untuk urusan introgasi seperti ini.
Tio mengangguk. Giri dan dokter Benny saling berpandangan.
"Kenapa kamu melakukan perbuatan 'itu' pada teacher Imelda..?" tanya Haris pelan.
Tio menatap mata Haris dengan tajam, rahangnya berkedut-kedut. "Wanita itu mengatakan pada wanita lain kalau aku tidak layak untuk seorang wanita.." jawab Tio dengan suara mendesis geram.
Semua orang yang ada diruang kerja itu terkesiap. Dokter Benny ingin berbicara tapi sepasang mata Giri memperingati sang dokter untuk tidak memotong apa yang ingin ditanyakan Haris pada Tio. Dokter Benny urung untuk berbicara.
"Apa kamu yakin Imelda mampu mengatakan hal tercela seperti itu tentang kamu...?" lanjut Haris dengan suara tenang tapi tidak percaya atas apa yang lelaki ini dengar tentang perkataan sang guru.
Tio terdiam, otaknya seolah mulai menyadari kalau dirinya telah berbuat salah.
"Apa kamu yakin seorang guru yang mempunyai pengetahuan lebih seperti Imelda ini mampu mengatakan hal yang tidak baik tentang kamu. Seorang guru yang merelakan waktunya untuk memberikan ilmu kepada para murid-muridnya tega melontarkan kata-kata tidak pantas tentang kamu. Katakanlah, kamu adalah orang lain, yang asing baginya karena kalian tidak terlalu dekat dan baru saja saling kenal. Maafkan aku bro.. Aku tidak yakin teacher Imelda mengatakan hal tersebut.." tukas Haris jadi sedikit emosi karena pemikiran Tio yang agaknya tertutup amarah atau sudah lama sendirian dan tidak bergaul dengan para wanita.
Tio menelan air ludahnya dengan gugup. Otaknya menyerap semua perkataan Haris. Hatinya langsung berdenyut sedih karena sikapnya seperti seorang lelaki yang tidak berpendidikan. Tega sekali ia memperlakukan Imelda seperti wanita murahan didalam toilet tadi. Ia melakukan perbuatan yang sangat tidak layak disana.
"Aku rasa ini salah paham bro Tio. Atau ada yang sengaja mengipasi kesalahpahaman ini agar kamu bertindak kasar..?" suara Giri terdengar masuk akal.
Kepala Tio tersentak, mata tajamnya menatap wajah Giri dengan sedikit bingung. Burhan dan Yogi yang sedari tadi diam hanya untuk mengamankan suasana saja jika sampai terjadi bahu hantam.
"Ak u tidak paham maksud kamu itu bro Giri..?" suara dokter Benny kali ini terdengar penasaran.
"Hmm.. Mari kita telaah secara perlahan. Bro Tio bilang dia tadi sedang berbicara dengan seorang wanita yang kita tidak tahu siapa namanya itu. Berbicara tentang bisnis laundry..? Lalu, Tio taid mengatakan kalau lelaki yang sangat jantan ini tidak terpengaruh dan wanita itu setuju dengan perkataan teacher Imelda tentang 'Tio yang tidak layak untuk seorang wanita'? Apa ini tidak terasa aneh..? Apa wanita itu pernah berbicara dengan teacher Imelda perihal Tio? Kalau pernah dimana? Katakanlah mereka sempat bicara disini, tapi aku yakin mereka pasti membahas bukan tentang kelayakan Tio untuk seorang wanita. AKu yakin mereka berbicara bagaimana cara untuk mendapatkan perhatian dari Tio. Nah, aku asumsikan kalau si teacher kita ini tidak setuju dengan pembahasan itu dan mungkin saja teacher Imelda merasa dirinya yang tidak layak untuk Tio bukan sebaliknya..? Bagaimana asumsi dariku ini..?" Giri menarik napas panjang secara perlahan. Ia mengamati kalau wajah Tio berubah dari merah lantaran kesal menjadi sedikit pucat lantaran menyesal. Ahh.. Lelaki ini rupanya sangat memperhatikan sang teacher. Sayang sekali caranya tidak benar.
"Itu bisa saja terjadi bro Giri. Dalam kasus ini, terkadang orang bisa saja memutarbalikkan fakta. Aku penasaran apa yang dilakukan wanita yang berbicara bisnis laundry dengan Tio sebelum teman kita ini menyerbu ke dalam toilet? Apa wanita itu mencekik kamu dengan sepasang tangannya atau yang lain sehingga wanita itu bilang kamu lelaki yang tidak terpengaruh dan akhirnya terlontar kata-kata keji itu..?" suara Burhan terdengar seperti peluru yang ditembakkan ke sasarannya. Tepat dan akurat.
Tio menunduk, melotot ke arah lantai. Ia tidak bisa membela dirinya karena semua lelaki diruangan ini bisa menatap jernih pokok permasalahan, tidak seperti dirinya yang mudah terbakar hanya dengan ucapan yang semestinya tidak ada artinya itu.
"Apa yang harus kita lakukan Tio.. Wanita itu.. Hmm.. Teacher Imelda adalah sepupu dari Nandini, dia teman kita.. Kamu bisa saja marah karena ucapan itu, tapi.. Tindakan kamu itu tidak dibenarkan adikku. Dia layak dihormati, hormati dia seperti kita menghormati ibu kita.. Aku rasa semua wanita pantas dihormati dalam kadarnya masing-masing. Kamu harus melakukan sesuatu Tio. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika teacher Imelda pergi dari Bogor. Mungkin saja kamu lega, tapi aku rasa Intan akan mencari sosok teacher Imelda setiap ia berpapasan dengan para wanita.." suara dokter Benny terdengar sedih.
Tio merasa matanya memanas. Ia tidak ingin anaknya sedih. Kenapa ia melakukan hal ini. Tapi, nasi telah menjadi bubur. Ia tidak bisa mengulang waktu. Kedua tangannya menggepal dengan sangat erat. Ia mengangkat kepalanya yang tertunduk, menatap Haris dengan sinar mata memohon maaf karena membuat kehebohan dirumah ini.
"Aku akan menikahi teacher Imelda.." suara Tio terdengar tegas. Ruangan mendadak sunyi senyap. "Aku akan menebus kesalahaanku ini.." lanjut Tio.
Semua lelaki diruangan ini jadi saling berpandangan. Mereka agak sangsi kalau teacher Imelda mau menikah dengan Tio.
****
Hai..Hai.. Maaf update lama.. ^_^
Akhir tahun yang membuatku harus menelaah apa yang sudah saya lakukan disepanjang tahun ini. Dan, kita harus menjalani tahun depan menjadi yang lebih baik.
Saya sangat beruntung masih bisa meluangkan waktu untuk berkhayal dan membagikan semuanya pada kalian ditulisan ini. Tidak berarti tulisanku ini bagus, tapi saya yakin ada penilain tersendiri dari kalian semua.
Terima kasih banyak untuk yang sudah mengikuti geng Rempong sejauh ini. Saya kadang harus menyepi untuk mendapatkan ide agar bisa membangun karakter pada tulisan ini.
Well, see you soon.
CNN
****
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...