29

1.2K 81 0
                                    

"Hilda.. Apa yang harus saya lakukan untuk mengusir lelaki itu.. Setiap hari ada saja alasannya untuk kemari..." Imelda meminta pendapat Hilda yang baru saja pulang dari rumah sakit dan mengatakan kalau ada Fikri didepan teras. Ia belum keluar sedari tadi karena menghindari lelaki tersebut.

"Hmm.. Saya sih tidak tahu apa yang kurang dari lelaki itu Imel. Tapi, jika kamu tidak suka sebaiknya kami bicara dengan jujur dan baik-baik. Saya kira lelaki itu akan mengerti.." balas Hilda dengan logis walaupun ia tidak terlalu tahu apa masalah Imelda dengan Fikri. Yang ia tahu, temannya ini sudah menolak akang Tio yang waktu itu melakukan tindakan tidak sopan karena salah paham.

"Saya.. Hmm.. Baiklah.. Jujur.." ucap Imelda dengan terputus-putus. Ia belum jujur dengan siapapun selain ibunya. Kecelakaan yang ia alami menyebabkan dirinya tidak bisa mengandung. Operasi yang dijalaninya kala itu ternyata mengharuskan indung telurnya diangkat demi menyelamatkan hidupnya.

"Oke.. Sana, temui lelaki tampan itu.." Hilda mengedipkan matanya bercanda pada Imelda.

Imelda tersenyum, ia menarik napas panjang berulang-ulang lalu bergerak ke arah teras depan rumah dimana Fikri duduk santai sembari memegang handphone. Lelaki ini rutin datang setiap malam jam 7 namun tidak bertemu dengan Imelda karena wanita ini tidak mau keluar rumah walaupun Fikri tahu Imelda ada didalam rumah.

Suara pintu dibuka, Fikri menoleh dan melihat Imelda keluar.

"Ahh.. Akhirnya putri tidur bangun juga.. " Fikri berdiri dari posisi duduknya. "Ayoo.. Mari, silahkan duduk.." ajak lelaki ini seolah dirinyalah yang menjadi tuan rumah. Lelaki ini kemudian duduk kembali.

Imelda segera duduk. Ia akan mengatakannya sekarang sebelum keberaniannya hilang.

"Kang.. Maafkan saya.. Sebaiknya akang tidak datang lagi ke sini.. " ucap Imelda cepat.

Mata Fikri melotot pada Imelda, "Apa yang kamu bilang.. ?! Kenapa aku tidak bisa datang lagi..? Kamu mau pindah..?" alisnya mengernyit. Urat dilehernya terlihat menonjol.

"Tidak.. Saya tidak akan pindah.. " jawab Imelda.

"Lalu..? Aku ada urusan disini Imel.. Jadi, selagi urusanku belum kelar. Aku akan mampir terus ke rumah ini. Aku ingin meyakinkan kamu kalau kita bisa memulai hubungan dari awal lagi.." tangan Fikri saling menangkup. Lelaki ini terlihat serius dengan ucapannya.

Imelda tidak merespon ucapan Fikri, benaknya berputar. "Saya tidak bisa memulai hubungan baru dengan akang.." ia menarik napas secara perlahan. "Saya sudah dilamar duluan oleh lelaki lain sebelum akang kemari.." jantung Imelda berdebar-debar karena ucapan tersebut.

Wajah Fikri terlihat shock. Lelaki ini tidak percaya dengan ucapan Imelda.

"Akang tidak percaya dengan ucapan saya..?" Imelda seolah tersinggung padahal ia menyemangati dirinya sendiri agar Fikri percaya ucapannya. Toh, ia memang pernah dilamar oleh Tio sebelum Fikri datang tapi ia tolak.

"Tidak.. Aku tidak percaya.." Fikri sekarang terlihat kesal. "Kamu pasti mengatakan hal ini untuk menghindariku.."

"Saya tidak menghindari akang. Saya tidak bisa menemui akang lagi karena ini tidak pantas.." tukas Imelda tegas.

"Kalau kamu dilamar kenapa ibu kamu tidak mengatakan hal ini.. Dan, sepupuku juga tidak tahu..?" sela Fikri keras kepala.

Imelda menatap Fikri dengan raut wajah perhitungan. "Saya memang belum memberitahukan pada ibu. Sepupu saya, Nandini mempunyai teman bernama Tio. Singkat cerita, akang Tio melamar saya satu minggu sebelum akang datang ke sini.." jelasnya dengan suara tenang padahal telapak tangannya berkeringat. Ia harus pintar-pintar berkelit.

"Jadi, kamu langsung menerima lamaran lelaki yang bernama Tio ini padahal kamu baru saja tinggal disini..?" suara Fikri terdengar skeptis.

"Iya.. Saya langsung menerima lamaran akang Tio.." sambar Imelda. "Saya lihat akang Tio orangnya baik. Saya memang baru pindah ke sini dan itu tidak masalah karena saya menyukai akang Tio.." lanjutnya. Ia tidak berbohong mengenai hal menyukai lelaki berwajah masam ini.

Fikri mengernyit pada Imelda. "Kamu berbohong Imel. Kalau memang kamu sudah dilamar, kamu juga pasti tidak akan jalan berdua saja seolah sangat akrab dengan guru olahraga disekolah waktu itu..?"

Imelda terdiam, bagaimana ia harus membantah ucapan Firki ini. "Saya tidak berbohong perihal lamaran dari akang Tio ini. Pak Aryan itu adalah rekan kerja. Saya akan buktikan kalau dalam waktu dekat kami akan menikah. Yah, nanti saya kirimkan undangan pernikahan kami.." ucapan Imelda ini membuat Fikri terdiam. Imelda sendiri menjadi pucat karena apa yang ia katakan tentunya harus dibuktikan. Bagaimana ini? batin Imelda ngeri. Ia kan sudah menolak lamaran dari akang Tio.

Fikri berdiri dari duduknya dikursi. "Aku akan pulang sekarang. Jika ucapan kamu itu benar, maka aku akan mundur seketika. Tapi, aku ingin menghadiri pernikahan kamu dan Tio.." ucap Fikri dengan suara sakit hati tapi yakin kalau Imelda berusaha mengakalinya. Ia lalu tersenyum dalam hati. Imelda belum tahu berurusan dengan siapa? Ia akan mencari tahu siapa Tio ini. Apa lelaki yang pernah ia lihat di video? "Pastikan saja dalam waktu satu bulan ke depan kamu sudah menikah dengan Tio. Jika tidak, maka aku yang akan datang ke rumah ibu kamu dan meminta secara khusus. Aku tahu ibu kamu sangat menyukaiku daripada lelaki yang bernama Tio ini. Beliau saja belum kenal dengannya kan?" Fikri tidak butuh jawaban karena sudah tahu jawabannya dari wajah Imelda.

"Ya.. Saya akan mengirimkan undangan untuk akang nanti.." balas Imelda dengan suara setengah bergumam dan takut.

"Well, aku akan sangat menantikan undangan itu Imelda. Nah, aku permisi dulu.. Selamat malam.." Fikri mengulurkan tangannya ke arah Imelda.

Imelda memandangi tangan besar Fikri. Ia berdo'a agar dirinya bisa meyakinkan Tio untuk menikahi dirinya agar ia tidak sampai bersama Fikri. Maka, ia menerima uluran tangan Fikri. "Selamat jalan kang.. Hati-hati.." Imelda meremas lembut tangan Fikri.

Fikri hanya mengangguk saja. Lelaki ini tidak mengucapkan salam perpisahan. Dengan langkah panjang, Fikri berderap ke arah mobilnya dan pergi dari halaman depan rumah kost tersebut.

Imelda mengawasi mobil milik Fikri sampai menghilang ke jalanan. Ia menghembuskan napasnya dengan gemetaran. Kepalanya sedikit sakit karena sudah memikirkan bagaimana ia harus mendekati Tio dan minta untuk dinikahi!

"Pikirkan hal itu nanti Imelda. Sekarang kamu harus istirahat dan seperti kata peribahasa 'Habis gelap terbitlah terang'..." sesudah berkata seperti itu, Imelda masuk ke rumahnya dengan pikiran gundah. Ia bahkan belum mengatakan hal yang benar-benar penting pada Fikri. "Ah.. Sudahlah.. Toh, saya akan menikah dengan akang Tio.. Yah, semoga saja ini cepat terjadi. Jika tidak, maka hidupku akan terjebak bersama akang Fikri..." Imelda akhirnya tersenyum. Ia yakin kalau Tio nanti bisa menerima dirinya walaupun tidak bisa mengandung seorang anak.

*****

Wah... Sekarang teacher Imelda yang harus berusaha membujuk akang Tio untuk menikah.. Hihihi.. Bagaimana nih..? Apakah Tuan berwajah masam akan tergugah.. Hmm.. Kita lihat saja nanti.. Tetap semangat dan penasaran ya..!!

^_^

CitraNyietNyiet

*****

PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang