Di hari Minggu pagi, rumah Tio ramai oleh teman dan keluarga terdekat karena geng Rempong sedang sibuk mengurus persiapan syukuran yang akan diadakan sore hari nanti.
"Mel...?!!" panggil Kusuma pada Amel.
"Yaa...?!!" Amel, Kamelia, dan Imelda menyahuti panggilan Kusuma.
Sontak semua teman tertawa karena ketiganya menjawab panggilan. Kusuma ikutan terkikik karena memang ketiga temannya ini mungkin dipanggil dengan sapaan yang terdengar sama.
"Saya mah memanggil Amel.. " tutur Kusuma dengan mulut yang masih menyunggingkan senyum ala iklan pasta gigi.
"Maaf atuh teteh.. Teteh sih.. Panggilnya lain kali lengkap-lengkap saja.." ucap Kamelia, istrinya Amran tersenyum masam.
"Iya atuh teteh... " Imelda ikutan menimpali ucapan Kamelia.
"Iya.. Iya.. Maaf.. Saya salah. Lain kali saya panggil lengkap-lengkap. Btw, mana buncisnya? Kita harus mengiris si buncis ini lumayan banyak.." Kusuma mengangkat pisau ditangannya yang terlihat mengerikan karena diacung-acungkan ke arah Amel.
"Iya teteh.. Saya ambil dulu ya.." Amel beranjak ke arah dapur untuk mengambil buncis yang ada diatas meja. Sewaktu mengambil kantong yang berisi buncis sekitar 5kg, mata Amel tanpa sengaja melihat ke arah tabung gas dibawah meja kompor. Wanita ini tidak tahu kenapa matanya menuju ke arah sana. Amel mengernyit lalu menggelengkan kepalanya dan pergi membawa kantong buncis menuju ruangan dimana teman-teman rombongan geng Rempong berkumpul tadi.
"Ini teteh.. Sok atuh diiris.. Saya dan teteh Janet mau mengiris bawang merah saja.. " Amel beringsut mendekati Janet yang matanya sudah berlinangan air mata karena bawang merah yang diirisnya itu.
"Iya sih Mel.. Bantu saya.. Kalian semua tega sekali membuatku menangis seperti ini. Dimana pesonaku sebagai seorang model kalau dilihat sama orang luar sedang mengiris bawang merah ini.." ucap Janet dengan suara pura-pura kesal dan mendesah berlebihan.
Semua teman kembali tertawa mendengar ucapan Janet ini. Rombongan geng Rempong yang kece-kece ini sibuk dengan urusan dapur tanpa mengeluh. Mereka terlihat berkelas semua, tapi tidak canggung untuk mengupas, mengiris dan mengurus segala macam bahan untuk dimasak ini. Julia yang suaminya seorang chef saja sekarang terlihat lihat memotong wortel untuk dijadikan acar. Wanita cantik ini tersenyum senang karena suaminya sangat sabar mengajarinya urusan dapur. Kalau urusan kamar tidur tidak usah ditanya lagi. Julia saja yang sudah hampir 2 tahun menikah masih merona kalau suaminya membisikkan alat-alat memasak dengan nada sensual diatas kasur.
"Hei Mrs. Serius.. Kenapa tersenyum sendiri dan merona sih...? Apa kamu teringat sesuatu seperti spatula...?" suara Kusuma terdengar jelas dan tiba-tiba membuat kepala Julia tersentak dan wajahnya tambah merona.
"Teteh... Spatula mah baik-baik saja... Mungkin rolling pin yang sekarang dipikirkan istrinya chef kita ini. Bagaimana menggunakan rolling pin kayu untuk meratakan adokan kue..?" suara Sari ikutan memanasi.
Julia tidak bisa menjawab, mulutnya membuka tapi tidak ada kata yang keluar. Imelda meringgis kasian karena paham betul kalau istrinya chef ini jadi bahan candaan.
"Sudah-sudah.. Apa kalian tidak kasian melihat Julia yang terdiam ini.. " suara mbak Dian terdengar menengahi kericuhan yang bakal terjadi jika tidak segera distop.
"Hehe.. Kami cuma bercanda kok mbak.." ujar Kusuma lembut pada sahabat karibnya itu.
"Iya.. Kami bercanda.. " Sari mengulangi ucapan Kusuma.
"Sebenarnya ucapan kalian tidak membuat saya marah.. Hanya saja, jangan terlalu keras. Nanti, akang Mario kedengaran dan menyeretku ke kamar karena saya kepikiran dengan spatula.." ucap Julia dengan suara pelan tapi jelas membuat seluruh wanita digeng Rempong tertawa termasuk Imelda yang notabane tidak terlalu mengerti siapa atau apa itu 'spatula'.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...