"Aku akan membuat siapapun orang yang bertanggung jawab atas kejadian ini meringkuk dipenjara" suara Rendy mendesis marah karena melihat istrinya sekarang berbaring ditempat tidur rumah sakit. Kusuma menderita luka bakar ringan dibagian tangan karena menarik Amel yang bajunya tersambar api. Kusuma menghela napasnya karena kemarahan suaminya ini. Ia sudah sangat bersyukur tidak mengalami luka serius. Amel yang bajunya tersambar api tidak mendapatkan luka bakar berat. Istrinya Syarif ada diruangan sebelah Kusuma juga sedang diperiksa.
"Mas.. Jangan emosi dulu ya.. " ucap Kusuma dengan suara tenang. Wanita ini biasanya sangat cerewet. Mungkin pengaruh shock jadinya tidak rewel.
"Jangan emosi gimana..?" tukas Rendy dengan suara dingin. "Mungil... Kamu bisa saja mengalami.. Hmm.. Luka yang lebih serius jika tabung pemadam kebakaran yang dibuka oleh Imelda tidak tersemprot sempurna.. Tabung pemadam kebakaran itu cukup berat.. Aku tidak bisa membayangkan kalau sampai apinya melahap kalian..!" wajah Rendy menjadi kaku karena memikirkan bagaimana rombongan wanita digeng Rempong ini berjibaku dengan kobaran api.
Kusuma menarik napas pelan-pelan. Ia memandangi sang suami yang tegang. "Hmm.. Tenang ya mas.. Saya sekarang baik-baik saja.. Kita bisa kembali ke rumah Tio. Dan, acara akan tetap dilaksanakan. Kita malah harus menyelenggarakan syukuran ini. Urusan dapur bisa kami handle.. Kami bisa memasak diluar. Bila perlu memakai tungku kayu kalau masih ada yang trauma dengan tabung gas.." papar Kusuma dengan sepasang mata berkilat penuh keyakinan. "Perihal kebocoran gas ini disengaja atau tidak.. Kita akan urus nanti. Jika sampai ini terjadi karena ada kesengajaan. Maka, saya sendiri yang akan membakar orang tersebut..!" kali ini suara Kusuma terdengar kejam. Rendy mengamati wajah istrinya yang bertekad tersebut. Lelaki ini pun tersenyum tenang. Dengan lembut, Rendy menarik pinggang Kusuma dan memeluk istrinya yang mungil ini.
"Baiklah.. Kita kembali ke rumah Tio dan Imelda. Aku rasa Amel juga sedang berdebat dengan Syarif karena berkeinginan seperti kamu.." ucap Rendy seraya mengusap-usap rambut belahan jiwanya ini.
"Hmm.. Tentu saja Amel akan berdebat. Dan, lelaki berwajah cantik itu akan kalah melawan Amel.. Ayo mas.. Bantu saya menemui Amel dikamar sebelah..?" pinta Kusuma dengan manja pada suaminya.
Rendy menyeringai. Lelaki ini mengangkat Kusuma dengan mudah. Menurunkan wanita yang sudah memberinya 4 orang anak ini secara perlahan ke lantai. Kemudian, membimbing Kusuma ke arah pintu kamar untuk keluar.
****
Bagian dapur rumah Tio benar-benar kacau. Rombongan wanita yang ada disana tidak menyangka kalau akan terjadi kebocoran gas yang menyebabkan kebakaran. Imelda mengingat kembali kejadian yang sekitar 2 jam lalu terjadi dirumahnya ini. Bau gas yang tercium dari ruangan mereka berkumpul membuat semuanya berdiri untuk mengecek. Namun, dalam sekejap suara dentuman sudah terdengar dari dapur yang ruangannya bersebelahan dengan mereka. Imelda yang terkejut berlari mencari tabung pemadam kebakaran ketika semuanya berteriak mengatakan kalau Amel ada didapur. Tubuhnya bergetar membayangkan kalau Amel sampai mendapatkan luka berat.
"Shh.. Tenanglah... Teteh Amel tidak apa-apa. Begitu juga ketua geng Rempong. Mereka wanita-wanita hebat. Termasuk kamu sayangku..?" Tio mengusap-usap lengan istrinya yang bergetar. Rombongan mereka masih ada dirumah ini kecuali Rendy, Kusuma, Syarif dan Amel yang masih berada dirumah sakit. Dan, menurut kabar dari Amran, mereka akan segera kembali ke rumah Tio melanjutkan apa para wanita ini inginkan, yaitu acara syukuran. Acara ini akan lebih spesifik karena baru saja mereka semua selamat dari marabahaya. Kobaran api yang melahap sebagian dapur tidak menimbulkan korban jiwa.
"Tapi kang... Saya sangat khawatir dengan teteh Kusuma dan teteh Amel..." sepasang mata Imelda meredup lantara tidak enak hati.
Tio menarik napas dalam. Ia saja sangat khawatir karena semua wanita berada didalam. Suara mobil Rendy dan Syarif datang membuat kedua orang ini mendesah lega. "Ayo.. Kita temui mereka..." ajak Tio pada Imelda.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomansaTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...