41

1.2K 69 4
                                    

Imelda merasa kepalanya agak muyeng. Ia menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Sudah 3 hari yang lalu kepalanya dipagi terasa muyeng. Ia tidak tahu ada apa pada dirinya.

"Ada apa Imel..?" tanya Tio ketika stop didepan sekolah Imelda.

"Ehh.. Tidak ada apa-apa.." balas Imelda sengan senyum meyakinkan suaminya.

"Wajah kamu agak pucat.. Kamu sakit..?" tangan Tio terulur mengusap pipi Imelda yang memang terlihat pucat.

"Hmm.. Tidak kok kang.. " Imelda memejamkan matanya menikmati sentuhan sayang suaminya ini.

Tio mengamati istrinya. Mereka sudah menikah sekitar satu bulan setengah, ia sibuk dengan urusan laundry. Usahanya ini bahkan buka cabang untuk mensiasati ramainya pelanggan laundry. Yang diruko lamanya ia fokusnya untuk klien hotel dan rumah sakit. Sedangkan, dicabang untuk pelanggan umum. Pundi-pundi uang mengalir deras ke kantongnya. Ia sangat senang akan hal ini. Rencana untuk memeriksa Imelda ke dokter ahli kandungan terlupakan karena padatnya urusan laundry. Ia juga tidak terlalu khawatir kalau istrinya tidak mengandung. Toh, mereka sudah punya Intan.

"Baiklah.. Jika tidak ada apa-apa. Kamu mengajarlah, tebarlah ilmu sehingga berguna bagi murid-murid disekolah ini.." ujar Tio lembut.

"Iya kang.. " tangan Imelda terulur ke arah Tio. Tio mengulurkan tangannya karena sang istri mau sungkem.

"Hati-hati ya.. Ingat jaga.. Ini.." Tio membuat tanda hati dari kedua tangannya membuat Imelda tersenyum merona. Tio menyeringai.

Imelda turun dari mobil Tio. Ia melambai pada suaminya. Kemudian, masuk ke arah pekarangan sekolah dimana murid-murid menyapa dirinya.

Tio menghela napas. Suara pesan masuk terdengar dihandphone. Ia membuka handphone. Pesan ini tertulis, "Kamu dibodohi istrimu..!"

"Siapa yang mengirim pesan padaku..?" Tio mengenyit. Lalu, ada video yang masuk. Ia menekan tanda play. Tampaklah sang istri dan pak Aryan didalam video sedang mengobrol. Darahnya segera saja naik. Ia melotot menatap handphonenya. Rahangnya berkertak.

"Aku akan memotong tangan Aryan karena menyentuh tubuh Imelda..!" desis Tio geram. Ia merasa kesal, marah dan cemburu melihat keduanya bercakap divideo ini. Tega sekali Imelda karena berdekatan dengan lelaki lain. Mereka sudah menikah dan ia bahkan tidak pernah melirik wanita lain. Ia tahu kalau Imelda harus berinteraksi pada guru lain. Tapi, ini sudah berlebihan. Ia selalu melihat pak Aryan didekat Imelda.

Tio menonton sampai habis. Lalu, menoleh ke arah sekolahan.

"Apa aku harus mendatangi lelaki itu langsung..?" gumam Tio dengan napas memburu. Matanya berkilat marah.

"Tidak.. Jangan disini. Kalau aku membuat keributan, Imelda pasti malu. Aku akan membuat perhitungan dengan istriku ini nanti.." Tio menstarter mobil dan berlalu dari depan gerbang sekolah dengan hati kesal.

Seorang wanita tersenyum melihat mobil Tio yang pergi dengan decitan ban tertinggal diaspal.

"Hah..! Ternyata dugaanku benar. Sebentar lagi bu Imelda akan mendapatkan badai dalam rumah tangga."

*****

"Imel.. Apa kamu ingin mengatakan sesuatu perihal Aryan...?" tanya Tio pada istrinya ketika mereka sudah dikamar tidur.

Imelda mengernyit, ia baru saja selesai menyisir rambutnya karena mau tidur. "Pak Aryan..? Ada apa dengan beliau..?"

"Kamu jangan terlihat bingung seperti itu Imel.. Katakan saja yang sejujurnya..?" suara Tio sedikit menyindir.

Imelda lalu teringat akan video yang ia dapatkan waktu itu. Ia memucat, wajahnya terlihat bingung dan sedikit bersalah lantaran tidak memberitahukan hal ini pada suaminya. "Hmm.. Sejujurnya..?"

PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang