14

1.5K 84 8
                                    

"Dasar guru musik sial*n..!!" seru wanita yang sedang mengawasi Imelda berbicara lagi dengan pak Aryan. Sebenarnya sih, Imelda sudah mau bergegas masuk kantor. Tapi, pak Aryan menghadang wanita itu untuk berbicara.

Wanita yang mengawasi dari pintu kelas dimana dirinya mengajar tersebut mengeram kesal. Para siswanya yang sedang belajar karena sudah diberikan bahan pembelajaran tidak memperhatikan sang guru karena kesibukan mereka dalam belajar.

"Iya pak Aryan.. Saya cuma mengajar satu mata pelajaran hari ini disini.. Sebentar lagi, saya harus pergi untuk mengajar ditempat kursus. Lumayan untuk istirahat.." ucap Imelda santai pada pak Aryan karena lelaki ini menanyakan jam mengajarnya.

"Hmm.. Kalau begitu kita bisa keluar untuk makan siang. Aku juga mengajar cuma sampai jam 11 siang nanti. Ini baru jam 10. Sebentar lagi aku masuk untuk jam pelajaran teori. Bagaimana?" tegas pak Aryan sekali lagi meminta untuk bisa makan siang bersama guru musik nan cantik ini.

"Hmm.. Bagaimana ya..?" Imelda terlihat berpikir. Jam mengajar di tempat kursus itu jam 3 sore. Ia rasa, ia bisa makan siang bersama guru olahraga tampan ini. Apa salahnya berteman. Toh, ia bisa mencoba mendapatkan sebanyak mungkin teman di kota Bogor pikirnya suka dengan ide tersebut. "Baiklah pak Aryan.. Jam 1 siang ya..? Dimana kita akan bertemu untuk makan siang..?" tanya Imelda antusias.

Pak Aryan tersenyum membuat sepasang mata sang guru olahraga menyipit dan bibir lelaki itu melebar dengan sangat menarik. Jantung Imelda tiba-tiba berdebar.

"Kita akan ke cafe seberang toko buku di jalan Jendral Sudirman.. Kamu tahu kan toko buku itu..?" ucap pak Aryan dengan mata berbinar senang.

"Iya... Saya tahu.. Itu toko buku terlengkap dikota ini.. Jam 1 siang ya pak Aryan..?" Imelda kemudian berlalu dari hadapan pak Aryan setelah lelaki ini berkata 'deal'.

Dengan hati riang, Imelda membereskan semua buku diatas meja kerjanya. Ia ingin bergegas pulang, istirahat sebentar lalu nanti makan siang bersama pak Aryan.

"Oww.. Bu Imelda..? Sudah mau pulang..?" tanya bu Temi pada Imelda.

"Ehh.. Iya bu Temi.. Saya cuma ada satu jam pelajaran saja hari ini.. " jawab Imelda masih dengan hati riang.

"Hmm... " bu Temi mengamati wajah Imelda yang bersemu merah. Mata wanita ini berkilat.

"Saya permisi dulu ya bu Temi.. ?" Imelda tersenyum pada bu Temi.

Bu Temi mengangguk. Wanita ini meremas telapak tangannya dengan kuat mengawasi Imelda yang berjalan ke arah pintu keluar.

"Wanita gatal..!" desisnya marah. Ia bekerja di sekolah tingkat pertama ini sebagai bendahara. Ia anak dari pemilik sekolah. Ia lebih kaya, berkuasa dan tentu saja cantik di banding guru musik yang berusaha merebut lelaki yang sudah ia sukai semenjak pak Aryan bergabung disekolah milik ayahnya ini.

"Aku akan mencari cara agak bu Imelda jelek dimata pak Aryan. Menyesal aku tidak mengenai motornta waktu itu. Coba kalau kena waktu itu, pasti Imelda sudah memar-memar.." rutuk Temi sendirian lalu masuk ke ruangannya sendiri.

Ketika Temi marah dengan keadaan dirinya yang tidak terlalu dianggap oleh pak Aryan, lain dengan keadaan Tio yang berada di mobil jeepnya ketika melintas ke jalan dimana Imelda tinggal. Lelaki ini merasa kalau Imelda hanya bersikap baik hanya pada anaknya.

"Kenapa pula aku memikirkan wanita ini terus. Cukup Intan saja yang rewel, tapi tidak dengan kamu Tio. Kamu lelaki dewasa dan bisa menahan diri. Buktinya hampir dua tahun, kamu tidak pernah menyentuh wanita..?" rutuk lelaki ini pada dirinya sendiri.

Tio membelokkan mobilnya ke arah jalan raya dan hampir saja menabrak motor.

"Apa-apaan..?!!" Tio mengerem secara mendadak membuat suara decitan ban terdengar agak seram. Lalu, suara motor terjatuh membuat lelaki ini turun dengan cepat dan melihat seseorang jatuh hampir masuk selokan. "Imelda...?!" Tio berseru tanpa peduli kalau dirinya terdengar akrab memanggil nama wanita ini.

Imelda yang shock akibat terjatuh masih terduduk diaspal dengan matahari panas bersinar diatas kepalanya.

Derap kaki berlari ke arah Imelda, sepasang tangan kuat mengangkat pinggangnya dari aspal membuat dirinya bangun seketika.

"Apa kamu tidak bisa melihat ada mobil..?!" suara Tio geram bercampur khawatir. Sudah dua kali wanita ini ceroboh dalam berkendara. Ia memeriksa tubuh sang guru dengan mata tajamnya. Motor wanita itu masih tergeletak. Ada satu lelaki yang berada di dalam mobil mengamati Imelda yang dipegang lengannya oleh Tio. Lelaki ini mengenyit memperhatikan Imelda, seolah mencoba menginggat dimana pernah melihat wanita cantik itu.

"Saya.. Saya.." Imelda jadi gagap. Ia mengamati lelaki yang berada didepannya ini. Kenapa ia selalu berjumpa dengan Tio. Lelaki ini hampir menabrak dirinya. Ia tidak mendengar Tio membunyikan klakson. "Ini semua salah akang. Akang tidak membunyikan klakson. Inikan jalan sempit..!" tukas Imelda jadi emosi.

Tio menarik napas. Ia mengamati posisi jalan, dimana sekarang ada mobil di belakang mereka seolah ingin lewat tapi tidak memberikan tanda lampu sen atau mengklakson. Tio melepaskan Imelda, mengangkat motor wanita ini yang terjatuh dengan cepat, mendorong ke arah pinggir. Kemudian, mengangkat tangannya mengisyaratkan kalau mobil di belakanh bisa lewat. Imelda yang masih berdiri dekat selokan diam saja. Mobil itu melewati mereka dan mobil Jeep Tio.

Tio lalu menarik kunci dari motor Imelda, mengeluarkan handphone dari saku celana.

"Halo..? Bro.. ? Ya.. Titip motor dong.. Ini ada dijalan. Aku kirim pesan ya..?" Tio mengirimkan pesan singkat pada bengkel dimana temannya punya angkutan mobil.

"Akang mau apa.. Kenapa saya mendengar motor ini mau dititip..? Saya mau pulang. Lima menit lagi sampai.." ucap Imelda dengan kaki mau melangkah tapi goyah.

Tio melihat usaha Imelda yang melangkah. Dahinya mengernyit. Lalu, mendekati Imelda dan mengangkat wanita itu dengan mudah. Tio membawa Imelda ke mobilnya sebelum Imelda berteriak protes.

"Lepaskan..?!" protes yang terlambat. Karena Tio sudah mendudukkan Imelda dikursi penumpang pada mobilnya.

"Selalu membantah. Aku kebetulan saja lewat sini. Jadi tidak salahnya kamu aku antar. Toh, kamu tidak rugi juga.." tukas Tio lalu menutup pintu penumpang. "Pasang seat belt..!" perintah lelaki ini pada Imelda.

Imelda memonyongkan mulutnya seraya menggerutu, "Kenapa sih ketemu lelaki berwajah masam ini terus...?"

Tio diam saja, ia berderap ke arah pintu kemudi lalu masuk dan mulai mengemudikan mobilnya ke arah rumah lama dokter Puspa. Tak jauh dari seberang mobil Tio ada seseorang yang merekam kejadian tersebut seraya tersenyum puas.

"Rasakan kamu ya.. Dengan video ini, kemungkinan besar pak Aryan akan terbuka pikirannya karena melihat kamu seperti wanita murahan saja dipegang-pengang oleh lelaki yang menurutku itu sangat jantan.. Hmm.. Aku rasa.. Aku akan siapkan plan B juga..?" oceh orang ini seraya memasukkan handphonenya ke dalam tas dan mengamati mobil Jeep milik Tio meluncur ke arah jalanan. Ia sengaja keluar tadi dari sekolahan untuk mengikuti sang guru musik. Dan, itu membuahkan hasil batinnya senang dengan yang ia dapatkan.

****

Saya rasa.. Kalau pak Aryan yang terlihat kece itu mengajar disekolahan. Pasti para siswa pada meleleh.. Hahaha...

Guys.. Updatenya satu chapter dulu ya.. Hihihi... Perjalanan dari Angkor Wat sungguh mengesankan. Mengenal budaya dari negara lain itu juga sangat menyenangkan. See you soon..

Love,

CitraNyietNyiet

****

PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang