"Jeng Kusuma memang wanita menggagumkan, kita tidak bisa mempredisikan kalau otaknya yang cerdas itu mau apa. Tapi, bisa dipastikan sang ketua sangat baik pada semua orang.." bisik Nandini ketika membantu Imelda menggeringkan piring setelah dicuci. Piring bekas mereka makan camilan yang dibeli secara mendadak melalui online oleh Janet, sang wanita mantan model. Imelda tertawa ketika Nandini mengatakan kalau Kusuma suka membuat sang suami, Rendy jadi sedikit kewalahan dengan sikap wanita itu. Nandini sih tahu dari suaminya Amel, Syarif mantan personal assisten Rendy Wijaya, suaminya Kusuma. Syarif yang juga kakak ipar tirinya ini karena suaminya, Emran adalah adik tiri dari lelaki tersebut suka bercanda tentang sang mantan bos ketika mereka berkumpul disaat senggang.
"Heii.. Kalian berdua yang ada didapur jangan menggosipi saya ya.. Awas kalau saya sampai dengar.. Saya jewer..." seru Kusuma dengan bercanda dari ruang keluarga yang jaraknya tidak jauh dari dapur itu. Jawaban "Tidak.." terdengar dari dapur secara bersamaan. Kusuma akhirnya terkikik, merasa geli sendiri. Wanita ini lagi mengecek handphone miliknya, melihat kalau ada informasi penting dari keluarga, terutama anak-anaknya yang sudah bisa ditinggal tanpa merenggek ikut. Ia mendesah karena waktu seakan cepat sekali berputar. Ia bahkan sudah mempunyai anak kembar tiga yang sekarang sekolah dikelas 4 sekolah dasar. Anak bungsunya pun sudah masuk TK.
Sari, Dian dan Amel saling berpandangan lalu tersenyum. Janet, Linda, Tri yang lagi duduk sembari melihat album photo dimana masih ada photo-photo Tri dikala ia usia balita. Sedangkan, Kamelia, Septi, dan Gita duduk santai sembari mengelus perut mereka karena kekenyangan. Ini semua ulah sang ketua, yang seakan ingin membuat mereka semua gemuk terkecuali dirinya sendiri.
"Saya rasa, teteh curang deh.. Lihatlah perut kami ini...?" renggek Gita pada semua teman-teman. "Bergelembir ada lemaknya..?" tambahnya membuat yang lain terkikik geli termasuk Kusuma.
"Ah.. Kamu melebih-lebihkan Git.. Kamu tahu kan kalau kita yang sudah mempunyai anak dengan mudahnya bertambah berat badan jika tidak terkontrol. Tapi, saya perhatikan tidak ada yang berubah dari bentuk tubuh kalian selain kalian tambah aduhai karena sudah mempunyai suami.. ?" ujar Kusuma sembari mengamati tubuh teman-temannya itu. Ia tahu ada Janet dan Kamelia yang masih saja tetap langsung walaupun ada tempat-tempat yang sudah tepat terisi. Dan, lihatlah dirinya, ia memang bertulang kecil dan tubuhnya sekarang lebih berisi karena suaminya terus memberikan asupan kasih sayang padanya.
"Iya teteh.. Tapi, lihatlah.. Makanan disini sudah ludes dan berpindah ke perut saya.." oceh Gita seraya meraba perutnya.
"Eh... Jangan-jangan itu bukan isi makanan..?" suara Septi terdengar nyaman karena juga kekenyangan. Semua wanita berseru 'oh' dan 'ah' lalu 'hore...' membuat suasana semakin heboh.
"Aduh.. Aduh.. teteh Septi ini.. Untuk saat ini masih prioritas Harun dulu deh.. Hehe.." jawab Gita dengan pipi merona.
"Ahh.. Kamu ini Git.. Saya rasa dokter Ben juga akan paham kalau kamu mau punya anak lagi.." sambar mbak Dian seraya mengedipkan matanya tanda paham.
Semuanya kembali tertawa. Nandini dan Imelda sudah selesai didapur. Keduanya ikut nimbrung di ruang keluarga.
"Oke.. Girlss... Kita ke rumah ini ada tujuan bukan..? Ini sudah hampir sore. Well, bisa dikatakan ini mendekati petang. Dan, sebentar lagi suamiku yang tercinta itu menelpon karena istrinya yang paling ia cintai ini pergi terlalu lama..?" ucap Kusuma setengah geli dan rindu dengan suaminya.
"Huuuu.. Tidak seru ahh teteh.. Ini baru jam 5 sore..? Belum malam..?" suara Amel seolah tidak ingin sang ketua cepat pulang ke Bandung padahal ia tahu mereka sama-sama mempunyai keluarga yang harus diperhatikan.
"Bukan begitu Mel.. Kamu tahu kan kalau mas Rendy itu protektif. Bahkan, terlalu protektif. Apa kamu tidak melihat ada mobil hitam parkir sedari tadi diseberang rumah ini..? Yah, itu pasti suruhan mas Rendy. Seolah, kita ini anak kecil saja yang harus dijaga...?" degus Kusuma tapi penuh cinta untuk suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...