43

1.2K 67 19
                                    

Berita Imelda yang mengandung tersebar ke rombongan geng Rempong. Mereka semua menyerbu rumah Tio. Imelda tidak bisa menolak ucapan selamat dan hadiah awal untuk menyambut calon bayi.

"Tidak usah repot-repot teteh.." ucap Imelda setengah tidak enak hati dan setengahnya lagi ngiler karena Amel membawa mangga muda berikut buah yang lain untuk dirujak.

"Ahhh.. Tidak usah malu.. Saya juga ngiler melihat buah-buah ini dan ini sekarang kita akan buat bumbunya.." sambar Kusuma sembari mengerjapkan matanya karena menggigit mangga muda itu.

"Aduh teteh.. Air liurku mengambang nih..." suara Nandini terdengar mendesah. Para wanita lainnya ikutan mendesah melihat sambal rujak yang selesai diulek oleh mbak Dian.

"Ayo.. Mari mendekat.. Kita santap bersama. Untuk teacher Imelda yang sedang membuat telinga, hidung dan anggota tubuh lainnya didalam rahimnya itu jangan terlalu pedas ya.." ujar Dian memberikan nasihat.

"Iya teteh.. " ujar Imelda paham. Semuanya mulai menikmati rujak buah dikerindangan pohon taman belakang rumah Tio. Suara mereka yang ceria dan bersemangat membuat suasana hati Imelda ikutan riang walaupun sudah hampir dua Minggu suaminya acuh terhadap calon bayi mereka. Tio sih memperhatikan kebutuhannya. Tapi, tidak pernah menyinggung urusan bayi. Lelaki itu seolah menganggap kalau Imelda tidak mengandung. Imelda akan menegarkan hatinya. Jika suaminya tidak peduli, ia yang peduli bahkan ia punya teman-teman wanita yang hebat disini. Ia yakin mereka mampu membantunya jika ia berada dalam kesulitan. Dan, suaminya bisa bermuram durja sendiri, ia tak peduli.

Ketika para wanita asyik dengan urusan rujak dan percakapan seputar bayi. Tio menghela napas berat.

"Ada apa dik..?" suara dokter Benny terdengar disamping Tio.

"Hmm.. Tidak apa-apa.." balas Tio pendek.

"Ohh.. Aku tahu.. Tio khawatir kalau Imelda tidak memperhatikannya lagi lantaran sibuk dengan bayi mereka.." suara Amran terdengar jahil di sebelah kiri Tio.

"Ahh.. Itu tidak benar Ran.. Aku rasa wajar saja kalau wanita yang mengandung lebih mencurahkan perhatiannya pada calon bayi.. " kali ini saudara kembar Amran yang berbicara. "Kamu kan sudah duluan mendapatkan perhatian sang claon ibu.. Jadi, gantian dong.." lanjut Emran sembari menyeringai membuat Syarif yang baru duduk disamping Emran terkekeh.

"Iya nih Tio.. Itukan akibat kamu juga  calon bayi itu muncul dirahim istrimu.. Pasti tiap malam kamu push-up dan sit-up...?" celetuk Syarif membuat para suami tersedak oleh tawa.

Tio hanya merenggut saja. Wajahnya yang terlihat kejam tambah seram saja. Rendy yang mengamati Tio jadi penasaran. Lelaki yang sudah berkepala empat ini masih terlihat tampan, malah tambah dewasa saja. Ia akan 'bergosip' pada Kusuma nanti malam. Ia rasa Tio menghadapi masalah kalau dilihat dari bahasa tubuh lelaki ini.

"Sudah-sudah.. Jangan dijahili bro Tio.. Kita main catur saja atau kalian melakukan kegiatan lain. Tuh, Burhan sedang latihan tinju dengan Haris dan Giri..." ujar Rendy pada teman-teman lainnya.

"Ogah ahh bos.. Bro Haris seram kalau meninju.. Atutttt..." elak Syarif dengan tingkah konyol membuat Amran terkekeh geli.

"Ighhh.. Akang takut ya sama kakak ipar...?" cibir Emran pada kakak tirinya itu.

"Ya iyalah.. Kalau akang Haris bertinju denganku, dia sekaan memiliki dendam kesumat padaku.." balas Syarif dengan wajah serius.

"Ahh.. Yang benar bro..?" tanya Bram ikutan serius.

"Iya.. " sinar mata Syarif mengeras. "Kemari.. Merapat sedikit.." ajak Syarif pada semuanya. Tio yang ikutan mendengar jadi penasaran juga. "Akang Haris dendam karena wajahku ini lebih tampan darinya.." bisik Syarif jahil. Lalu, lelaki ini tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal semua teman-temannya karena ia jahili.

PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang