Suasana ditempat penyergapan sangat mencekam, suara tembakan yang terdengar dari pistol Fikri membuat Temi terhuyun karena mengenai tubuhnya entah dibagian mana dan Intan menjerit ketakutan. Dan, suara raungan kesakitan dari Fikri membuat Giri setidaknya tersenyum kejam karena pelurunya mengenai kaki lelaki gila itu.
"Fikri...?!! Diam ditempat...!!" seru Giri dengan suara garang. Lelaki ini mengkode teamnya untuk segera meringkus lelaki yang tersungkur ditanah itu karena tembakan dikaki. Giri pun ikut berlari mendekati Temi dan Intan yang menangis ketakutan.
"Sini nak.. Sayang... Sama uncle...?" ajak Giri pada Intan yang ikutan terjatuh karena Temi terjerebab ditanah. Temi kena tembakan dari Fikri dibahu, untung tidak mengenai Intan batin Giri ngeri membayangkan hal tersebut.
"Dimas...?!! Bantu aku untuk mengangkat Temi.." ujar Giri ke salah satu teamnya.
"Siap..!" balas Dimas tegas. Dimas bergegas mendekati Temi dan membantu wanita muda ini untuk segera dibawa ke mobil mereka yang diparkirkan dekat rerimbunan pohon.
Dua orang dari team Giri memegangi Fikri yang meronta karena pergelangan tangannya diborgol. "Diam...!" sergah salah satu team Giri yang bernama Andika. "Kamu mempunyai hak untuk bicara nanti dikantor.." lanjut lelaki ini dengan sepasang mata tajam memelototi Fikri yang meringgis karena kakinya tertembak.
Intan masih menangis, bocah yang digendong Giri ini membelakak menatap lelaki yang menggendongnya. Giri hampir tersenyum karena hidung dan mulutnya ditutupi masker. Giri melepas masker tersebut dengan tangan kirinya yang bebas sehingga Intan mengenali dirinya. "Ini uncle Giri nak... Teman ayah kamu... Temannya uncle Rendy, uncle Arif.. Hmm.. uncle kembar Amran dan Emran.. ?" ucap Giri seraya menenangkan Intan yang sesegukan.
Intan mulai berhenti menangis tapi sesegukannya masih berlangsung. "Ncle..? Ncle Rif..?" ucap Intan yang seolah hanya menggingat Syarif saja.
Giri tersenyum masam, "Ya nak.. Uncle temannya uncle Arif.. Ahh.. Kamu ini hanya ingat Syarif saja.. Mentang-mentang dia lelaki paling cantik diantara kami.." gerutu Giri pada Intan yang tidak mengerti sama sekali ucapannya tapi sekarang tersenyum lebar karena menurutnya Giri melucu. Giri ikutan tersenyum. Well, wajar saja Intan menggingat Syarif. Lelaki yang mempunyai wajah tampan terkesan cantik itu memang sangat supel pada semua orang. Sedangkan dirinya, ia tidak terlalu mudah bergaul dengan orang. Giri mengendong Intan dengan mantap, membawa bocah tersebut ke dalam mobilnya.
"Semuanya selesaikan dengan cepat... Aku akan membawa Intan, antar Temi ke rumah sakit, sedangkan Fikri, tentu saja dia harus diamankan terlebih dahulu didalam sel.." ucap Giri pada Andika dan team pasukannya dengan tegas.
"Siap..!!" jawab mereka serempak. Mereka segera pergi dari lokasi penyergapan.
*****
"Mas... Ayo cepat...?!" seru Kusuma pada suaminya yang mengendong anak bungsu mereka, Kezia. Mereka barusan sampai dirumah sakit tempat Imelda melahirkan.
"Iya mungil... ini Kezia lumayan berat..." gerutu Rendy pada istrinya.
"Ya ampun mas.. Itu otot dilengan mas terlihat kuat, Kezia aja kok tidak terangkat sih.." Kusuma ikutan menggerutu.
"Mungil.. Mulut kamu itu ya terlalu licin...!" sergah Rendy dengan wajah kesal. "Awas.. Nanti aku bungkam..." ancam Rendy dengan sorot mata mengacam istrinya yang mulutnya terlalu bawel.
"Iya daddy.. Mommy memang perlu dibungkam.." Amar ikutan kesal karena sang ibu menggomel terus.
"AAMMMAARRRRR...!!" Kusuma stop dikoridor karena ucapan anak sulungnya itu. Sepasang mata berwarna coklat Kusuma melotot seram ke arah anak sulungnya. Rendy memasang wajah datar tapi mulutnya ingin tersenyum melihat sang istri naik darah. Tubuh yang mungil itu kalau marah pasti semua orang akan kena imbasnya. "Apa begitu cara bicara sama mommy..?" ucap Kusuma kali ini dengan lembut. "Mommy jadi sedih kalau Daddy nanti membungkam mulut mommy.. Ehh.. Amar ikutan kesal sama mommy.. Mommy kan rindu sama teman-teman mommy" nada suara Kusuma jadi sedih.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...