Tio melihat istrinya yang masuk ke pekarangan sekolah. Ia tadi sengaja mengantarkan Imelda karena siang hari nanti mereka akan makan bersama. Ia mengamati sekolah yang menjadi tempat istrinya menyalurkan ilmu. Seorang lelaki muncul dari area parkir, mengejar Imelda. Tio kenal dengan lelaki itu. Pak Aryan namanya, lelaki yang pernah makan siang bersama Imelda. Tangan Tio menggengam erat dikemudi mobilnya tanpa sadar ketika pak Aryan terlihat sangat dekat dengan Imelda. Ia mengernyit karena Imelda tersenyum pada lelaki itu.
"Apa yang mereka bicarakan..?" gumam Tio ketika Aryan mengambil buku yang dipegang Imelda untuk dibawa oleh lelaki tinggi itu. Dadanya mengembang sesak karena rasa tidak suka. Tidak ada yang boleh tertawa atau tersenyum mengoda pada istrinya. Tio mengawasi sampai istrinya dan Aryan menghilang dari pandangan.
"Aku akan membatasi pergaulan istriku ini dengan lelaki lain, aku tidak mau ada lelaki yang memperhatikan Imelda lebih dari seharusnya.." ucap Tio sembari pergi dari depan sekolahan.
Dikejauhan terlihat Temi yang mengawasi mobil Tio pergi, wanita ini tersenyum seperti serigala jahat. Pikirannya menemukan ide brilian untuk memberikan pelajaran pada Imelda karena sampai sekarang pun pak Aryan masih dekat pada wanita itu.
"Kamu akan jatuh Imel.. Kamu belum tahu berurusan dengan siapa.." ucap Temi dengan nada sinis lalu berjalan ke arah ruang guru untuk memberikan informasi tentang acara study tour siswa kelas akhir sekolah menegah pertama tersebut.
****
"Kang.. Cepat sekali akang sampai..?" ujar Imelda pada suaminya yang ternyata sudah sampai dan berdiri disamping pintu kemudi.
"Kenapa memangnya..? Tidak boleh aku datang lebih cepat..?" tanya Tio dengan suara sedikit ketus membuat Imelda mengenyit.
"Tidak sih kang.. Saya hanya.. Hmm.. Yah.. Sudahlah kang, kita langsung saja ya ke cafe milik teman akang itu, cafe Divo..?"
Cafe Divo milik chef Mario. Dinamakan Divo sesuai dengan nama anak chef Mario dan Julia.
"Hmm.." gumam Tio lalu memegang tangan Imelda dan membimbing istrinya ini masuk ke mobil.
Imelda terlihat bingung karena sikap suaminya ini sedikit ketus, raut wajahnya pun tegang. Mereka berkendaraan dalam diam. Imelda tidak mau menganggu konsentrasi suaminya ini, sebaliknya Tio pun tidak mau bercakap. Benaknya berkecamuk tentang lelaki yang kelihatannya selalu dekat dengan Imelda. Sampai di cafe Divo, Tio turun dan membukakan pintu penumpang, membantu Imelda turun. Lelaki ini mungkin kesal tapi tetap bersikap gentlement.
"Terima kasih.." ujar Imelda.
"Hmm.." balas Tio sembari mengamit lengan Imelda dan membimbing istrinya ini masuk ke cafe.
"Ooohhh.. Hohoho.. Ada pengantin baru disini.. Kebetulan sekali...?!!" seru Mario ketika Tio dan Imelda masuk ke cafe.
Tio menganggukkan kepalanya, Imelda tersenyum. Mario menghampuri sahabatnya ini.
"Mari.. Ayo.. Silahkan.. Juliaku... Sayangg...!! Ini ada teacher Imelda.." panggil Mario pada Julia yang sekarang membantu menghandle cafe Divo. Julia keluar dari meja kasir untuk memeluk Imelda.
"Wahh.. Pengantin baru ini harum sekali.. Pasti akang Tio ngusel-ngusel terus deh..?" bisik Julia didekat telinga Imelda. Imelda tentu saja menjadi merona karena ucapan Julia ini. "Hmm.. Sudah... Tidak usah malu.. Ayo.. Duduk.. ?" ajak Julia pada Tio dan Imelda.
Kedua orang ini duduk dikursi yang sudah tersedia. Julia mengedipkan matanya sebelah pada sang suami mengisyaratkan bisa menghandle teman mereka ini.
"Well.. Kalian silahkan pilih saja menu apa yang ingin disantap. Aku permisi dulu karena urusan didapur.. Maklumlah ya.." ucap Mario dengan riang tapi dengan nada meminta maaf karena dicafe memang terlihat ramai oleh pengunjung.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...