Imelda memercikkan wajahnya dengan air dingin. Ia menarik napas berulang-ulang demi meredakan rasa yang timbul lantaran melihat Tio masuk ke ruangan yang tak jauh dari tempat dimana ia berdiri bersama dengan wanita cantik.
"Apa saya cemburu..?"
"Kenapa dengan nyeri yang saya rasakan didada ini...?"
"Saya tidak tahu jika lelaki berwajah masam ini bersama wanita lain membuatku ingin mengurung akang Tio dikerangkeng.."
Imelda mendengus ketika ucapannya sedikit menyimpang karena ingin mengurung ayahnya Intan dalam kerangkeng. Siapa sih dirinya yang harus merasakan cemburu ketika lelaki itu bersama wanita lain? Ia tidak berhak untuk membatasi pergaulan akang Tio kan? Ini pasti reaksi karena para geng rempong berusaha mencarikan wanita yang bisa mendekati akang Tio. Ia tidak mau ikut bagian dari acara mak comblang ini. Ia takut karena dirinya terpengaruh dengan hal ini.
"Tidak.. Tidak.. Saya tidak mau terikat dengan hubungan ini. Ini rumit. Saya tidak mau suatu hari nanti orang menyalahkan saya karena saya tidak bisa.." ocehan Imelda terputus ketika pintu toilet terbuka. Sosok yang sedang ia ocehkan berdiri tegak disana dengan wajah tegang seolah menahan marah terpantul dari cermin didepannya. Imelda membalikkan tubuhnya, mengenyit, lalu pintu toilet terdengar dikunci. "Akang Tio..?"
Tio berjalan dengan langkah pelan dan terlihat seperti predator ke arah Imelda, sepasang matanya bersinar tajam. Imelda menelan air ludahnya dengan gugup.
"Ada apa kang..?" bisik Imelda dengan rasa ngeri karena lelaki yang berjalan ke arahnya ini terlihat marah.
Tangan besar Tio menarik kedua lengan Imelda ketika sudah berada didekat wanita itu.
"Apa yang kamu katakan perihal diriku..?!!" desis Tio dengan rahang dikertakkan. Mata lelaki ini melotot dan mengguncang kedua lengan sang guru musik.
Imelda yang diguncang terlihat seperti boneka kain. Kepalanya bergoyang seperti sedang berada diatas kapal laut.
"KATAKAN..!!" suara Tio berhembus didepan dahi Imelda.
Imelda belum bisa merespon apa yang ditanyakan Tio. Apa yang ia katakan tentang lelaki ini? pikirnya bingung.
"KATAKAN IMEL..?!!" seru Tio dengan murka kali ini.
Imelda tersengat oleh suara murka itu. "Apa.. Apa yang akang katakan. Saya tidak mengerti?" Imelda berusaha melepaskan cengkraman kuat dilengannya itu.
"Kamu tidak mengerti..?" dengus Tio dengan napas memburu karena kesal sekaligus tidak habis pikir kenapa sang guru musik mengatakan hal yang menyakiti hatinya ini.
"Iya kang.. Saya tidak mengerti.. Lepaskan?" pinta Imelda minta untuk dilepaskan lengannya.
Tio mengumpat tentang wanita bermulut kejam dan sadis.
"Apa yang akang katakan itu..?! Untuk siapa kata-kata itu..?" kali ini Imelda yang kesal.
Tio mengeram, ia mengangkat Imelda dengan cepat ke arah wastafel dan mendudukkan wanita itu disana dengan dirinya berada ditengah-tengah kaki sang guru musik.
"TIDAK.. TIDAK.. LEPASKAN..?!!" seru Imelda kalut karena posisi duduknya tidak sopan.
"DIAM.. !! Kamu harus mendengarkan apa yang harus aku katakan tentang wanita bermulut sadis.." tukas Tio dengan satu tangan kali ini mencengkram rahang Imelda dengan mudahnya. Sepasang mata hitam Tio menatap tajam mulut Imelda yang mengerucut karena cengkraman tangannya.
"Hmmffmm... Le.. Lepas..?" Imelda menggoyangkan kepalanya tanpa hasil, kedua kakinya berusaha menendang Tio tapi lelaki ini sangat gesit sehingga lengan kuat Tio menarik pinggangnya dan ia terjepit dengan posisi pinggul lelaki itu berada ditengah-tengah pahanya. Imelda ingin menangis seketika karena mulai merasakan tubuh kuat Tio menekan dirinya. Ia juga merasa takut karena lelaki ini mengeluarkan aura kejam dan kasar.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...