Wedding day...
Aku tidak menyangka kalau hari ini akan terjadi lagi. Tapi, kali ini pernikahanku terlihat lebih hikmat dan hangat. Suasana yang terlihat akrab sesama teman-teman membuatnya yakin kalau menerima Imelda sebagai istrinya mampu mengetarkan hatinya. Ia melirik ke arah wajah Imelda yang tersenyum mengamati para teman-teman, keluarga terdekat ataupun rekan guru yang hadir diacara pernikahan ini.
"Apa kamu tidak akan berhenti tersenyum..?" bisik Tio didekat bahu Imelda.
Imelda tersentak. Mereka duduk dikursi yang ditata sedemikian rupa seolah mereka berdua adalah Raja dan Ratu yang dihadapan mereka adalah keluarga tercinta. Ia menatap suaminya yang begitu jantan ini, membuat jantungnya berdebar lagi. Ia sekarang sudah menikah. Ia tersenyum lagi karena tadi melihat wajah akang Fikri yang seolah tidak percaya kalau dalam waktu tiga minggu yang dijanjikan ia bisa menikah dan membebaskan dirinya dari lelaki itu. Ibunya terlihat duduk bahagia bersama kakaknya. Ia tahu kalau ibunya merasa berhutang budi pada akang Fikri. Namun, itu bukan salahnya kan. Ia tidak minta untuk jatuh tertimpa kayu waktu itu. Cuma yang akan ia sesali karena sempat memberikan harapan pada pak Aryan, guru olahraga yang juga datang diacara pernikahan ini. Ia melihat pak Aryan sediki tegang tapi mampu menutupi hal tersebut.
"Saya tidak akan berhenti tersenyum sampai semua orang tahu jika kita sudah menikah.. " balas Imelda senang karena ia lepas dari Fikri. Biarkan lelaki itu mencari wanita lai yang tepat untuk lelaki itu karena ia tahu kalau dirinya sudah tepat bersama Tio. Suaminya mungkin tidak akan keberatan jika nantinya ia mengaku tidak bisa punya anak karena mereka sudah mempunyai Intan.
Tio menatap Imelda yang tersenyum itu. Ia mengulurkan tangannya ke arah pipi istrinya. "Baiklah.. Kamu bisa tersenyum terus sampai tamu pergi. Setelah itu, giliran aku yang tersenyum karena tempat tidurku sudah tidak terasa dingin lagi.." bisik Tio dengan sinar mata menghangat dan jari yang mengusap pipi Imelda mengirimkan gelitik geli diperut wanita itu.
Keduanya diamati para tamu membuat para wanita geng Rempong mendesah senang dan setuju dengan tindakan sayang Tio pada Imelda itu.
Dalam dua minggu, Tio sudah membeli rumah baru yang ada taman belakangnya agar para teman bisa berkumpul menggingat banyak sekali anak digeng Rempong tersebut. Rumah ini tidak terlalu besar hanya ada 3 kamar tidur beserta kamar mandi, ruang tamu sekaligus merangkap ruang keluarga, lalu ada dapur yang juga merangkap tempat makan. Namun, yang penting taman belakang ini sekarang dimanfaatkan untuk menampung semua orang yang kalau dihitung sekitar 200 orang. Tidak terlalu banyak tapi tetap akrab. Tio sangat berterima kasih untuk semua bantuan dari rombongan geng Rempong yang ikut mensukseskan acara ini.
Ketika masuk acara santap siang. Tentu saja, chef Mario memberikan bantuan dalam urusan makanan. Begitu juga dari Wulan Bakery, milik Ranti, istrinya Burhan ini. Semua sajian kue lezat tersedia untuk dinikmati.
"Aku rasa ini ada yang tidak beres.." gumam Fikri didekat Temi, sepupunya. Mereka hadir karena ia ingin membuktikan kebenaran akan pernikahan Imelda, sedangkan Temi datang ingin melihat sang guru olahraga, pak Aryan.
"Tidak beres bagaimana kang.. Toh, Imelda sudah menikah.. " balas Temi sembari berdiri dari kursi cantik yang dihiasi pita putih tersebut untuk menuju meja makan yang terlihat sangat wah ini. Temi sebenarnya iri karena Imelda sudah menikah dan juga senang kalau pak Aryan lepas dari cengkraman wanita itu. Ia tidak peduli kalau Imelda menikah dengan sepupunya atau tidak asal ia bisa mendekati pak Aryan tanpa halangan.
"Ini Tem.. Pernikahan ini begitu cepat dilaksanakan.." desis Fikri kesal. Ia benar-benar tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Ia kira Imelda akan gagal. Agaknya ia meremehkan keahlian Imelda untuk meyakinkan Tio yang ia tahu kalau lelaki ini pernah ditolak lamarannya oleh Imelda. Tio, duda beranak satu, membuka bisnis laundry yang ia ketahui juga lebih dari kata cukup karena lelaki ini mempunyai rekanan yang hebat dalam bisnis laundry tersebut. Yang ia tidak terlalu tahu kenapa sampai Imelda menolak lamaran Tio. Itu terjadi sebelum dirinya menyatakan akan menikahi Imelda. Sumber yang ia dapatkan dari seorang wanita yang katanya Tio melakukan tindakan tidak sopan pada Imelda disuatu acara. Wanita ini teman dari seorang wanita yang menghadiri acara sewaktu Imelda dan Tio ada disana. Ia kira mungkin Imelda menolak Tio waktu itu karena lelaki ini tidak terlalu kaya. Dan, ketika ia ingin menikahi wanita itu, Imelda pasti meminta pada Tio agar dinikahi. Ia juga yakin kalau Imelda tidak mengatakan hal yang sebenarnya pada Tio perihal dirinya. "Wanita itu sangat licik..." gumam Fikri mengikuti Temi yang mengambil santap siang. Sepupunya ini justru semangat, menatap berbagai menu mewah terhampar diatas meja hidangan. Ia mengamati rombongan lelaki yang terlihat kaya, elegan, dan tampan berkumpul di bawah rerindangan pohon besar. Ia mengernyit karena mengenali setidaknya tiga lelaki disana. Ada owner HARYOG dan lelaki pemilik studio pemotretan dan lukisan yang sekarang ia ketahui kalau keduanya kembar. Apakah rombongan lelaki itu temannya Tio? Pikir Fikri agak iri karena ketiga orang yang ia kenal itu saja sangat hebat menurutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...