Hari berganti hari dijalani semua makhluk dibumi ini. Tidak ada kejadian spesial untuk Imelda selama dua minggu terakhir setelah kejadian dirumah Haris dan Janet. Wanita ini tetap sibuk dengan urusan mengajar.
Sampai sore hari, Imelda pulang seperti biasa menggunakan motornya. Imelda tidak melihat pak Aryan mengajar. Menurut informasi yang didapatnya, sang guru olahraga sedang cuti untuk urusan keluarga. Yah, ia juga merasa tidak kehilangan. Ketika motornya stop dilampu merah, disebelahnya ada mobil bagus yang tidak ia paham jenis atau merknya. Yang pasti mobil orang kaya. Kaca terbuka, menampakkan sosok lelaki yang sangat sedap dipandang menggunakan kaca mata hitam. Imelda mengernyit seolah kenal dengan sosok tersebut.
"Hai..?" lelaki itu menyapa Imelda.
Imelda hanya mengerjap saja, si lelaki membuka kaca mata hitamnya membuat Imelda terkesiap.
"Kamu..?!" seru Imelda dengan marah seketika.
"Yah.. Aku.." balas lelaki itu dengan senyuman meminta maaf.
Wajah Imelda memerah karena seketika perasaan emosi menyeruak dari dalam dirinya. Lampu berganti kuning lalu hijau. Suara klakson dibelakang mereka berbunyi menandakan kalau mereka menganggu perjalanan.
"Aku akan mengikuti kamu sampai ke rumah.." ucap lelaki ini seraya mempersilahkan Imelda untuk jalan.
"Kenapa lelaki itu ada disini sih.. Ya ampun..!" rutuk Imelda kesal. Ia menjalankan motornya menuju rumah kost diikuti oleh mobil keren dibelakangnya. "Jangan karena kebutuhan ibu dipenuhi setiap bulan maka lelaki ini seenaknya datang kembali menemuiku. Saya tidak sudi.." gumam Imelda masih marah. Bagaimana tidak marah, hidupnya hancur gara-gara lelaki yang berusia mungkin sekitar 38 tahunan itu. Ia harus menanggung semuanya lantaran lelaki ini dulunya dengan ceroboh menabrakkan mobil ke pohon dan ranting serta dahan berikut pohon tersebut menimpa dirinya dan ayahnya, ayahnya meninggal ketika sudah dirawat selama satu hari dirumah sakit. Lelaki ini bahkan tidak tahu kalau akibat dari kecelakaan itu membuat dirinya tidak bisa mempunyai anak. Air mata mengaburkan pandangan Imelda. Ia mendengus, menghapus matanya dengan tangan kiri lalu melajukan motornya dengan pelan dan konsentrasi. Lelaki ini harus ia jauhkan agar ia tidak mendapatkan lagi kesengsaraan.
Lelaki yang didalam mobil menatap motor Imelda berikut punggung wanita itu dengan hati berdesir. Ia sudah sangat lama ingin menemui Imelda. Kejadian sekitar 7 tahun itu membuat dirinya merasa bersalah sekaligus jatuh hati pada sosok kuat Imelda. Kuat karena mampu melewati semuanya. Ia rela memberikan semuanya untuk wanita ini. Urusan uang tidak masalah untuknya. Ia bahkan setiap bulan mengirimkan kebutuhan untuk keluarga Imelda. Imelda anak bungsu dengan satu saudara lelaki yang sudah menikah. Wanita ini sangat cerdas dan mandiri. Lihatlah wanita itu, habis mengajar. Yah, ia suka sekali dengan Imelda. Seorang guru yang cerdas, guru musik yang pastinya mampu membuat seorang lelaki menyanyi bahagia jika bisa menikahinya.
Masuk ke pekarangan rumah kost, Imelda stop di tempat parkir motor. Mobil berwarna putih keren itu juga stop. Imelda melirik ke merk mobil besar itu. Pantas saja keren, merk mahal batinnya. Sang pemilik mobil turun dengan cepat, menyeringai seksi dengan kaos berwarna putih dan sweater diikatkan dileher. Wanita pasti akan tergila-gila pada lelaki ini pikir Imelda. Tapi, tentu saja bukan dirinya.
"Well, kenapa anda ada disini..?" tanya Imelda sedikit tidak sopan karena tidak mempersilahkan lelaki itu untuk duduk di kursi depan teras.
Lelaki tinggi ini berjalan ke arah teras dan menghempaskan tubuh kekarnya itu dikursi santai diteras tanpa memperdulikan Imelda yang mengerutu dibelakang punggungnya.
"Hah.. Aku lelah sekali.. Dan haus.. Apa ada air minum yang bisa kamu sajikan untukku..?" suara lelaki ini mengalun tenang. Sepasang mata berwarna coklat tua itu mengawasi Imelda yang sedang menarik napas berulang-ulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...