Tio menggengam kemudi mobilnya dengan kuat dan geram, lelaki ini menggamati wanita yang sudah seminggu bahkan lebih membuat hidupnya tidak teratur.
"Siapa lelaki itu..?" desis Tio ketika melihat seorang lelaki tegap mengejar Imelda ke arah pintu gerbang dimana sang guru musik sudah mau pergi dengan motornya yang berjenis skuter berwarna merah tersebut.
Tio langsung mau meloncat turun dari kursi kemudi ketika sang lelaki didekat Imelda tertawa senang entah apa penyebabnya.
"Dasar wanita penebar pesona..." Tio memukul kemudi mobil sehingga terkena klakson membuat dua orang murid tersentak karena berjalan didekat mobil Tio yang stop.
Imelda yang tidak tahu diamati sedang berbicara dengan pak Aryan tentang anak-anak sekolah yang suka berlarian seperti kijang sehingga ia harus extra hati-hati dalam mengendarai motor. Itulah kenapa guru olahraga ini tertawa.
Ketika bunyi klakson kembali terdengar oleh Imelda, wanita ini mencari sumber suara itu dan melihat mobil Jeep yang stop tidak jauh dari sekolah.
"Kang Tio..?" gumam Imelda tanpa sadar.
"Siapa..?" tanya pak Aryan.
"Ehh.. Bukan siapa-siapa.. Hmm.. Btw, saya sudah harus pulang pak Aryan. Mau mengajar lagi dikursus musik sore nanti.. " jawab Imelda cepat pada pak Aryan yang ikutan menoleh ke arah dimana Imelda tadi melihat mobil Jeep.
"Hmm.. Oke.. Hati-hati dijalan bu Imelda.." ujar pak Aryan sembari mengawasi Imelda yang membenarkan letak tali pengencang pada helm.
"Iya pak Aryan.." Imelda lalu menstarter motornya lalu mengklason tanda permisi.
Pak Aryan tetap ditempat mengawasi kepergian Imelda yang meluncur ke arah jalan raya. Kemudian, mobil Jeep bergerak juga ke jalan raya mengikuti kepergian Imelda. Guru olahraga ini mengernyit lalu memutar tubuhnya untuk berjalan ke parkir motor miliknya. Ia juga mau pulang dan istirahat sebentar.
Dikejauhan sosok wanita mengamati pak Aryan dengan tangan diremas-remas seolah geram. Wajah manis wanita ini terlihat mengkerut menahan marah.
"Dasar wanita gat*l... Aku tidak akan membiarkan guru musik tidak tahu malu itu merebut perhatian dari pak Aryan.." rutuk wanita ini. Dengan menggengam erat tali tasnya, wanita ini berjalan ke arah parkir mobil. Ia sudah mengajar disekolah swasta ini selama dua tahun dan ia sudah berusaha mendekati pak Aryan yang mengajar duluan disekolah ini tapi belum berhasil menarik perhatian guru olahraga tersebut. Ia mengeram kesal, masuk ke mobil type matic. Meluncur meninggalkan tempat parkir untuk mengejar motor Imelda.
Imelda memacu motornya dengan perlahan. Sekitar 50-60km/jam. Menurutnya sih cukup cepat karena ia tidak perlu terburu-buru tiba dirumah walaupun cuaca cukup terik. Ia memikirkan apa yang akan terjadi jika dirinya menjalin hubungan dengan seorang lelaki. Pikiran Imelda seketika melayang ke wajah sang guru olahraga. Ia tersenyum karena pak Aryan begitu supel dan tidak terlalu serius bahkan masam seperti lelaki satunya pikir Imelda sebal.
"Kenapa pula saya teringat lelaki masam itu.." rutuk Imelda sembari menekan tombol lampu sen ketika memberi tanda untuk berbelok ke arah kanan. Ia juga membunyikan klakson karena tikungan agak tertutup tembok. Takutnya nanti ada orang atau kendaraan lain dari arah berlawanan. Wanita ini tidak tahu ada mobil yang mengikuti dirinya pulang. Tidak juga membiarkan bayangan seseorang mempengaruhi konsentrasi dalam mengemudi, Imelda lebih fokus pada jalanan.
Mobil dibelekang motor Imelda membunyikan klakson. Imelda mengecek melalui kaca spion. Ia sedikit minggir untuk memberikan jalan bagi mobil itu jika mau mendahului.
Mobil tersebut melintas melewati motor Imelda dengan posisi yang bisa membuat guru musik ini jantungan. Body mobil sangat dekat dengan motornya sehingga Imelda gugup lalu refleks mengerem mendadak.

KAMU SEDANG MEMBACA
PELAJARAN NADA CINTA {Geng Rempong : 14}
RomanceTio Suwandi, 29 tahun, seorang duda anak satu. Selalu sibuk dengan urusan bisnis laundry dan tentu saja mengurus anaknya. Ia tidak peduli dengan urusan cinta lagi karena hatinya sudah mati bersama kepergian sang istri yang tiada. Imelda Marli, 24 ta...